Chapter 10 : Putus & Keputusan

10.2K 1.8K 491
                                    

BGM-nya diputar yaa♡

"Sorry, Alvaro, gue gabisa."

Satu tatapan dalam di kedua mata menjadi jawaban untuk Arra; yang mana telak mengantar afeksi tersendiri.

Kegiatan makan siang terhenti begitu saja, kedua pihak lebih memilih diam sambil memandang ke sembarang arah.

"Tapi—kenapa?"

Satu lontaran pertanyaan menjadi pemicu amarah tersendiri untuk yang lebih muda.

"Lo masih nanya?! Jelas karena Tasya itu kakak gue! Lo seenak jidat ngomong gitu, lo gak mikir perasaan kakak gue?!"

"Ar, gue gak bisa lagi maksa perasaan gue. Gue sakit, kakak lo sakit. Jujur sama gue, lo juga naksir gue, 'kan?"

Diambil napas dalam-dalam, Arra total jengah dengan semua sikap keras kepala lelaki didepannya itu. Berakhir dengan si Manis yang mengambil tiga kantung belanjaannya dan beranjak pergi begitu saja, melupakan eksistensi sosok menyebalkan bernama Taehyung Alvaro.



Alvaro terdiam. Nafsu makan yang mengambang hilang bukan menjadi masalah, karena masalahnya justru terletak dengan perginya seorang Jungkook Arraya.




"Gue salah, ya?"

●○●

Kasur empuk pada hari libur selalu menjadi destinasi favorit. Begitupun si Bungsu Arra, membanting diri keatas empuknya ranjang tentu menjadi pilihan setelah perdebatan panjang dengan kekasih kakaknya. Cukup lelah, setelah dari McD Arra menghabiskan hampir satu jam diperjalanan. Salahkan kota Jakarta yang selalu macet tidak kenal waktu.

Langit-langit kamar menjadi titik fokus; telak mengabaikan beberapa jajanannya yang kini menumpuk diatas meja belajar.

Arra sedikit melirik nakas, yang mana terdapat satu figura foto dengan menjadikan sepasang kakak-adik yang sedang bermain pasir sebagai objek. Itu dirinya dan kakaknya, saat masing-masing mereka berumur dua belas dan delapan tahun.

"Arra sayang kak Tasya."

Begitu kalimat terakhir Arra sebelum memilih untuk masuk kedalam bunga tidur.




;

Tasya tersenyum lembut dari luar pintu melihat adiknya tertidur pelan. Itu bayi gue, begitu batinnya.

Mungkin Ia memang tersenyum, namun tidak dengan hatinya. Hatinya tergores, menganga lebar bahkan nyaris bernanah. Kejadian beberapa saat yang lalu berhasil berputar kembali dalam pikirannya.

"Tasya?"

Tasya yang baru saja selesai kelas dikejutkan dengan kedatangan sosok kekasihnya. Ia baru aja akan pulang, bahkan sudah berdiri diparkiran; menunggu Go-Jek katanya.

"Loh, 'kan aku bilang gak usah jemput tadi," sayup Tasya, namun tidak membohongi hati bahwa Ia bahagia.

Alvaro tersenyum lembut dan berjalan semakin mendekat. "Aku mau bilang sesuatu, boleh?" Tasya mengangguk.

"Ayo putus," tungkas Alvaro cepat, tanpa peduli rasa keterkejutan dari sosok didepannya.

"K-kenapa?"

Helaan napas menjadi pelarian disaat otaknya sedang menyusun kalimat yang akan Ia ucapkan.

"Kamu terlalu baik buat aku."

Baru saja Tasya ingin menyela, Alvaro lebih dulu terkikik geli, "Engga-engga, bercanda itu."

Satu jitakan cukup kuat pada dahinya menjadi balasan.

"Maaf, Tasya, aku gak bisa setia sama kamu."

"Maksudnya?"

"Aku sayang sama orang lain, Tasya. Sayang sekali. Aku gabisa nyakitin kamu, tapi aku juga gabisa nahan perasaan aku buat dia."

Tasya tersenyum, sudah akan memprediksi bahwa hari ini akan tiba. Namun tidak menutup fakta bahwa hatinya hancur. Sangat hancur.

"Arra, 'kan?"

Satu anggukan berhasil menjadi pukulan kuat untuk si Cantik. Terlampau hapal, adiknya memang selalu mendapatkan apa yang Ia punya.

Mainannya;

Makanannya;

Uang jajannya;

Perhatian orang tuanya;

Dan sekarang orang yang Ia cintai.

Namun Tasya tidak pernah membenci adiknya, karena yang dilakukan Tasya hanya satu

"Oke."

ㅡselalu mengikhlaskan.

Tasya selalu memberikan apa yang Ia punya kepada adiknya dengan ikhlas. Tidak pernah iri, tidak pernah mengharap lebih, tidak pula dendam.

Definisi bagi Tasya itu:

Jika Arra bahagia, maka Ia juga bahagia, walau itu merugikan dirinya sekalipun.

"Kamu gak marah?" tanya Alvaro dengan hati-hati.

Tasya menggeleng cepat, "Engga lah. Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

Tasya menepuk bahu Alvaro tiga kali sebelum tersenyum teduh penuh afeksi,

"Bahagiain Arra. Dia bahagia, gue juga bahagia."

Diusapnya sudut mata dan bibir bawahnya digigit. Setelah merasa adiknya sudah benar-benar tidur, Tasya masuk dan mendekati ranjang adiknya.

Dikecupnya dahi Arra lembut dan bergumam pelan,

"Kakak bakal bantuin kamu sama Alvaro, bayi."




















-------------------------------
Maaf pendek dan lama 😭 gaje banget lagi :") udah la ya :'D

Tiga atau dua part lagi end! Yey!



143♡

Sorry Not Sorry | taekook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang