Roman-romannya, pagi ini gadis cantik berambut pirang berbola mata biru itu mengatupkan sedikit gigi-giginya, sembari berkacak pinggang di depan cermin kamarnya. Kini, ia tengah bersiap-siap menjalani hari di sekolah pada tahun ajaran baru, setelah sebulan penuh tak mengasah otak di sekolahan. Giginya yang tampak putih cemerlang mengisyaratkan sebuah kebahagiaan besar, bahwa hari ini si gadis cantik rupawan itu akan menebar senyum kebaikan demi sebuah tujuan. Walaupun, ada sosok yang kini tengah bermain di tubuh mungilnya, dan itu adalah si KANKER.
*******
Si kanker tak berupa itu sudah beberapa minggu bermain dengannya. Semenjak tragedi meninggalnya saudara kembar gadis cantik itu, esoknya dokter pula yang mulai memvonis dia terkena kanker otak stadium 2. Ya, semuanya berawal dari saudara kembarnya, kakaknya, yang bernama Angelica mengidap kanker otak stadium lanjut. Dan pada waktu ke waktu di pergi meninggalkan gadis cantik itu untuk selama-lamanya. Namun kini, takdir berubah menjadi lebih kuat dan menampakkan kesengitannya, ketika ia juga divonis dokter mengidap penyakit yang sama dengan saudara kembarnya. Namanya Angelina Febria Sari.
ANGELINA...
Yapp, nama itu sungguh sederhana dan indah, namun kaya akan sarat makna yang tiada tara. Dialah sosok terakhir yang kini menemani hidup Ayah dan Mamanya yang masih setia berdecak kagum pada anak yang kini tinggal menyisakan satu-satunya harapan besar. Walaupun Tuhan menakdirkan hal yang sama kepada dia sama seperti kakaknya, namun Angelina masih tetap menebarkan sayap-sayap kebaikan kepada setiap orang, termasuk untuk kedua orang tuanya.
Di pagi yang cerah ini, Angelina tak mau ribet merapikan rambutnya dengan dipermak menjadi sesuatu yang membahana. Cukup menciptakan nuansa kesederhanaan saja sudah membuat dia menjadi sosok yang mempunyai alasan untuk bahagia. Karena dia akan tetap bertahan menebarkan sayap-sayap kebaikan dan kebahagiaannya.
*******
Dengan sedikit tergopoh-gopoh ia meraih sarapan yang tergeletak di atas meja. Pagi itu Ayah dan Mamanya tampak sudah duluan menghabiskan santapan sarapan pagi mereka dengan puas. Dan kini, tinggal Angelina yang akan menghajar habis-habisan makanan yang sudah disediakan di atas meja makan. Tampaknya, Mama dan Papanya akan siap bertempur melawan tumpukan kerjaan mereka yang sudah pada menunggu di perkantoran. Namun, Angelina masih bahagia melihat mereka melakukannya dengan sepenuh hati.
''Angelina, sarapan kamu udah mama siapin di atas meja, ya!!!'' teriak mama Angelina dari arah dapur, sambil membawakan rantangan nasi mungil berwarna-warni layaknya pelangi. Tampaknya, bontot itu akan diberikan kepada Angelina.
''Iya, Ma! Aku udah siap makan, kok. Mama tenang aja. Nggak perlu khawatir aku bakal kuat hari ini. Nggak sakit-sakitan kayak kemarin-kemarin...,'' Angelina membalas ucapan Mamanya itu sambil tersenyum kecil. ''Mama, percaya kan, kalau aku itu kuat?'' tanya Angelina sembari terus mengunyah makanannya.
Astaga, ini anak kuat banget, sih. Aku jadi terharu melihatnya...Sabar, ya, Ngel. Nggak lama lagi kamu bakal sembuh kok. Dan dia nggak akan main-main lagi di tubuh kamu,
Seketika Mamanya Angelina mulai tertegun pulas ketika mendengar ocehan anaknya yang tergolong cerewet itu. Tampaknya ia iba dan salut dengan anak semata wayangnya yang selalu bersemangat di kala pagi datang.
Melihat Mamanya melamun, Angelina mengambil segelas air putih yang tergeletak disampingnya, seraya langsung ia memercikkan sedikit air ke wajah Mamanya. Berharap mamanya nggak akan melamun lagi. ''Mama, kok malah nge-lamun, sih,'' gerutu Angelina sebal. ''Aku ngomong Ma. Masa dikacangin, sih...,'' Angelina menampakkan wajah cemberutnya, sembari menatap lekat mata mamanya.
Mamanya pun lekas terkejut, karena mendengar gerutuan anaknya itu. ''Ehhhh, iy, Ngel. Mama denger, kok,'' ujar Mamanya yang akhirnya menyahuti omongan anaknya itu. ''Ih, sebel, deh. Tapi, kamu jangan percak-percikin mama pake air, dong. Jadi basah, kan,'' omel Mamanya, sembari mengelapi wajahnya yang terpercik sedikit air yang dipercik Angelina.
''Itu, mah, salah mama sendiri. Siapa suruh kacangin aku tadi. Melamun mulu, sih...,'' ujar Angelina sembari sedikit tertawa kecil. Kemudian, dia melanjutkan acara makan roti dengan mulutnya.
''Iya, iya, mama akui kalau mama nge-lamun tadi.''
Angelina sedikit tertegun mendengar omongan Mamanya. ''Melamun karena siapa, Ma?'' tanya Angelina.
''Karena Papa, hehehehe,'' seloroh Mamanya menjawab, sambil sedikit tertawa.
Tapi, tiba-tiba Ayah Angelina datang sambil membawa tas tentengan kerjanya.
''Apa tadi, hah? Kok ada ngomong Papa-papaan, sih? Hmm, mama udah mulai, ya! Mama, berpaling dari papa?'' Ujar Ayah Angelina yang saat itu menghampiri anak dan istrinya. Dengan sedikit tawa dan candaan ia duduk di samping Angelina.
''Ih, papa kok ngomong gitu, sih. Nggak tau! Mama cuman omelin si Angelina, doang, kok...,'' seloroh Mama Angelina malu. Lalu, dia tampak memberikan tentengan rantangan nasi untuk Angelina.
''Ngel, ini, ya, tentengan kamu hari ini. Jangan lupa dimakan, harus habis pokok e! Mama nggak mau lihat ada yang tersisa sedikit pun. Titik nggak pake koma! Nih,'' seloroh mama Angelina, sembari memberikan rantangan makanan kepada anaknya itu. ''Awas, ya!'' Mama tampak menunjuk mata anaknya dengan jarinya. Mencoba memastikan kalau Angelina benar-benar akan memegang janji Mamanya itu untuk menghabiskan bontot yang telah disiapkan untuk dimakan.
''Iya, iya, Ma. Nggak usah bawel, deh,'' gerutu Angelina dengan nada sedikit kesal. Kemudian, dia bangkit dari meja makannya. ''Ma, Pa, aku berangkat duluan, ya...!'' Angelina berpamitan kepada kedua orang tuanya. Lalu, ia berjalan ke arah Ayah dan Mamanya. ''Doain Angelina, semoga hari ini lancar belajarnya.'' ujar Angelina, sambil mencium tangan mereka.
''Aminnnn!'' sahut keduanya. ''Mama doain kamu yang terbaik, sayang. Kan, Angelina malaikat terindahnya mama. Kamu pasti kuat dan cerdas.'' ujar Mamanya sembari tersenyum lepas melihat ada kebahagiaan dan kedamaian di mata anaknya itu.
''Papa juga doain ya! Semoga si bocah ni satu nggak cerewet-cerewet lagi kalau lagi belajar di kelas. Hehehehe,'' seloroh Ayah Angelina, sedikit terkekeh menatap putrinya.
Angelina menampakkan raut wajah kesalnya kepada Ayah. ''Ih, Papa, masa aku dikatain bocah, sih. Nyebelin, deh...,'' Angelina memalingkan wajahnya dari Ayahnya. Lalu, berlalu.
''Eh, tunggu dulu, dong. Jangan marah sayang. Papa cuman bercanda kok. Kamu nggak jadi bocah ingusan lagi, kok. Jadi apa maunya?'' Ayah Angelina tampak sedikit menghibur, seraya berusaha mencegat kepergian anaknya itu.
Kemudian, Angelina pun kembali ke hadapan ayahnya. ''Putri Cantiknya Papa, dong!'' gumamnya sembari tersenyum bahagia. Kemudian dia mencium pipi ayahnya.
Ayahnya tersenyum pulas. ''Hehehe, iya, deh.'' dia sedikit terkekeh.
''Ya, udah sekarang kamu pergi ke sekolah, gih. Keburu telat nanti. Hari ini hari senin, lho. Kamu pasti harus upacara, kan? Masa kamu lupa, Ngel!'' seloroh Mamanya. ''Jangan sampe kamu dicap jelek sama guru-guru karena telat datang ke sekolahan. Udah pergi terus, gih. Buruan!'' perintah Mamanya.
''Iya, Ma.'' sahut Angelina. ''Aku naik sepeda aja, ya, Pa, Ma. Mau bareng kawan soalnya. Kayaknya dia udah nungguin di depan, deh.'' seloroh Angelina bahagia. Kemudian dia berlalu dari hadapan Ayah dan Mamanya.
''Hmm, ok, deh. Tapi hati-hati bawa sepedamu itu, jangan kencang-kencang! Kamu belum terlalu vit, kan, kata Dr. Everest. Kamu ingat?'' nasehat Ayahnya. ''Ok???'' Dia berusaha meyakinkan anaknya itu agar mendengar nasehatnya.
''Iya Papa Bawel...,'' sahut Angelina terkekeh. ''Ya udah aku pergi dulu, ya, bye, Pa, Ma!!!''
''Daaaa!!!''
*******
Tidak butuh lama bagiku untuk menciptakan sebuah kebahagian...
Sangat sederhana, jika kita mau menciptakannya dengan tulus dan ikhlas,
Karena setiap kebahagiaan tersirat sebuah alasan kuat, mengapa kita harus selalu tersenyum bahagia,
Walau raga tak lagi sama....
-----Angelina*******
Makasih, guys, udah baca cerita aku di part ini. Jangan lupa buat comment, vote and share yaaa! Semoga kalian tetap setia sama cerita aku.
See you soon in the next part! Yang pasti bakal bukan kalian baper, dah...
KAMU SEDANG MEMBACA
You're the Reason
Novela Juvenil''Sayang, kamu tenang, aja, ya. Aku pasti sembuh, kok. Kan, dia cuman hinggap sebentar di tubuh aku. Hmm, bentar lagi dia juga akan pindah ke yang lain...I love you, Honey!'' Dia tetap kuat dan berpijak tak berkutat di antara balon-balon indahnya ya...