Sebenarnya Jihoon sudah cukup dewasa untuk diangkat menjadi anggtota dari sebuah keluarga. Sebenarnya Jihoon sudah bisa mencari penghasilan sendiri sejak kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan. Tapi Jihoon nyatanya tetap menerima uluran tangan dari sebuah keluarga yang mengaku bahwa mereka adalah kerabat jauh orang tuanya.
Jujur, Jihoon tidak bisa menolak senyuman dan perhatian tulus dan juga sebuah permintaan dari mereka, dan Jihoon membuang jauh – jauh ego yang berada di dirinya. Ketika dia kemudian berkunjung untuk mulai hidup bersama keluarga barunya, ia berpikir bahwa keluarga itu hanya memiliki seorang anak lelaki yang sudah tinggal diluar kota, bekerja untuk kehidupan sendiri. Jadi alasan untuk membawanya kesini adalah mengisi kekosongan rumah, tapi nyatanya Jihoon salah.
Ketika ia mendapati seorang pemuda yang ia rasa lebih tua tiga tahun darinya itu ia terkejut. Pertemuan pertama dirinya dengan pemuda bernama Min Yoongi-, yang sekarang secara sah menjadi kakaknya adalah ketika hujan turun. Diluar sangat lebat, hujanya deras sekali dengan angin kencang yang berhembus.
Jihoon sedang sendirian dirumah ketika ia mendengar suara berisik dari luar. Cepat – cepat dirinya melompat dari sofa dan melesat untuk memastikan pendengarannya. Ia sedikit awas, sebelum akhirnya sosok tubuh yang basah kuyub muncul di depan pintu, membuat Jihoon berjengit dan hampir melabrak sebelum akhirnya teringat bahwa pemuda itu adalah orang yang sama di dalam foto yang dipajang di ruang tamu. Rambut hitamnya lepek dan menggulirkan buliran air hujan. Kulitnya putih pucat--, bahkan semakin pucat karena diterpa angin dan hujan. Jihoon akan membuka suara, sebelum akhirnya ia memilih bungkam saat tatapan mata tajam mengarah kepadanya.
Tanpa suara dan tanpa menyapa, sosok itu segera berlari ke ruang atas. Jihoon merenung, mendengar suara ribut – ribut diatas sana akibat pergerakan yang sembrono dari Yoongi. Jihoon menghela napas, menatap jejak – jejak air yang tercecer akibat ulah Yoongi, sebelum akhirnya menuju ke tempat penyimpanan untuk mengambil kain pel. Setidaknya-, biarkan dirinya menjadi orang yang tau balas budi.
Sepuluh menit pertama setelah menyelesaikan kegiatannya, Jihoon terdiam. Matanya masih menatap ke lantai atas, dimana mereka sudah terdengar lebih tenang saat ini. tidak ada suara apapun lagi, dan Jihoon merasa begitu kikuk. Jujur, dirinya tidak pernah bisa bersosialisasi dengan baik kepada orang baru. Atau dirinya memang tidak pernah terlihat ingin susah – susah menjalin sebuah hubungan dengan orang lain. Tapi kalau begini semuanya berbeda, karena dirinya ada di lingkungan baru yang berubah menjadi sebuah ikatan, setidaknya dia harus pergi menyapa.
Jadi ia menghela napas pelan. Melangkahkan kakinya menuju lantai atas-, sebenarnya alasan yang sama untuk menempati ruang kamar barunya, tepat di depan ruang kamar Yoongi, bekas dari anak pertama keluarga Min yang tidak menetap di rumah ini lagi.
"Aku setidaknya harus menyapa, bukan?" dia bergumam untuk dirinya sendiri. Menatap lama pintu kamar yang tidak bernoda. Bermain dengan pikirannya sebelum mencoba mengulurkan tangan untuk mengetuk pintu.
Ia menggigit bibir bawahnya sebentar, gugup yang tiba – tiba ia rasakan. Ada suara berisik sebentar sebelum akhirnya pintu kamar terbuka sedikit, memperlihatkan sosok Yoongi dengan handuk yang masih menggantung di kepalanya. Bajunya sudah berganti menjadi putih polos dengan sebuah celana di atas lutut. Mata pemuda itu menunjukkan sebuah pertanyaan, tetapi bibirnya masih bungkam.
Jihoon berdehem sebentar sebelum mengulas senyum kecil,- yang sebenarnya jarang sekali ia bagikan dengan orang lain, tapi ini Kakaknya. Jadi, biarkan ia beramah – tamah demi menghargai. "Yoongi hyung, kan? Aku Jihoon" ia sendiri dapat mendengar suaranya yang penuh keraguan. Menatap Yoongi kemudian, mencoba membaca reaksi yang di depan. "Oh?" Ia mencoba membuka suara, sebelum berdehem dan mulai membuka suara lagi. "Siapa?"
Jihoon mengerjap. Yoongi membuka pintu lebih jauh lagi, menampakkan seluruh tubuhnya. Matanya masih menatap Jihoon dengan tanda tanya, tetapi khusus untuk Jihoon sendiri-, ia juga sama bingungnya. Dirinya kira kehadirannya dirumah ini sudah diketahui oleh anggota keluarga yang lain, jadi dirinya tidak perlu bersusah payah kembali berkenalan. Tapi kemudian, setelah hening yang lama karena ia masih berusaha memikirkan alasan, Yoongi berdehem lagi. Menatapnya dengan tatapan intimidasi, dan Jihoon sedikitnya merasa terancam. Masalahnya, wajah Yoongi terlihat jutek sekali-, kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Jihoon To Yoongi (Reason To Love Min Yoongi) |Hoonyoon/Soonhoon/Kookga|✔
Fanfiction[ C O M P L E T E] ✔ Soonyoung lagi - lagi harus menemui Jihoon yang mabuk di sebuah bar. Dan akhirnya dia tahu, alasan yang sebenarnya kenapa si mungil itu memilih seorang Min Yoongi sebagai tambatan hati. "Aku punya banyak alasan untuk mencintai Y...