3. Dia terlihat tidak peduli, tapi sebenarnya perhatian

340 58 6
                                    

Ini sudah bulan kedua semenjak Jihoon hadir di tengah keluarga Min yang sudah berbaik hati untuk mengambilnya dari tempat kesendirian. Dan sudah memasuki dua minggu terakhir dimana Jihoon berhasil mengimbangi tempatnya dengan Yoongi. dimana Jihoon sudah bisa mengerti apapun yang di lakukan Yoongi. meski Yoongi masih saja hanya berbicara sepatah atau dua patah kata saja sepanjang telinganya masih berfugsi untuk mendengar.

Selama yang bisa Jihoon perhatikan, Yoongi selalu bangun pagi sekali hanya untuk bersandar di beranda, menikmati pagi dengan damai sebelum kembali ke kamar untuk tidur. Yang kemudian berangkat ke kampus sekitar pukul sepuluh, lalu pulang sekitar pukul empat sore hari dan kemudian keluar lagi untuk melaukkan hal yang entah apa untuk kemudian kembali pukul sepuluh malam dengan wajah lelah dan rambut kusut-, untuk yang satu itu Jihoon selalu penasaran.

Lalu kemudian, Yoongi akan berbicara padanya apakah sudah makan malam atau belum ketika mendapati bibi Hwang tidak berada di rumah atau ketika mendapati rumah kosong tanpa ada satu orangpun selain Jihoon. Meskipun hanya sebuah pertanyaan dengan nada datar dan tatapan yang terlihat acuh-, bahkan hampir tidak melihat kearah Jihoon sendiri.

Seperti saat ini, Jihoon baru saja kembali dari pekerjaan di kampus yang lumayan berat dan itu sudah pukul tujuh malam saat ia terkejut mendapati Yoongi yang baru saja akan pergi keluar. Jihoon yakin bahwa Yoongi bahkan sudah sangat terlambat untuk datang ke kegiatan malamnya yang Jihoon tidak tahu. Jihoon tersenyum sedikit, menyingkirkan sepatunya sebelum berdehem, memperhatikan Yoongi yang bahkan sekarang mundur dengan desahan berat dan berpaling darinya.



"Hyung tidak jadi pergi?"



Jihoon perhatikan, bagaimana Yoongi berhenti, kemudian berbalik dengan jaket yang sudah melorot di bagian bahunya yang jatuh, menatap Jihoon dengan tatapan sedikit kesal sebelum melepaskan sepenuhnya jaket kulit untuk ia lempar ke atas sofa.

"Aku kira kau juga tidur sepanjang sore sepertiku" ia berjalan kearah dapur, mengacak malas rambutnya. "Kau pulang terlambat ternyata" lalu ia mengeluarkan berbagai bahan masakan yang membuat Jihoon terkejut. "Hyung mau apa?" cepat – cepat Jihoon bergerak, mendekati Yoongi untuk berusaha menahan pergerakan pemuda itu. Yoongi mengerjap, mengecek wajah Jihoon yang terlihat khawatir entah karena apa. Lalu ia terkekeh lucu. Melepaskan sayur yang berada di tangannya untuk mengusap kepala Jihoon. Membuat sesuatu di dalam dada Jihoon terasa hangat sekali. Dengan gugup ia melepas tanganya dari lengan Yoongi hanya untuk menjauh.

"Dirumah tidak ada orang. Tidak ada makanan" ia mengambil celemek untuk kemudian memasangnya pada tubuhnya siap untuk memasak. Jihoon berdiam diri di tampatnya, terperangah dengan Yoongi yang tiba – tiba melakukan hal yang belum pernah sama sekali dilihatnya. Apalagi dengan kekehan yang bahkan terdengar begitu manis di telinganya. "Hyung--,"



"Duduklah, Jihoon-ah. aku akan selesaikan secepatnya"



Satu tarikan bibir dari Yoongi membuat Jihoon tiba – tiba berdetak. Hanya dengan senyuman kecil yang begitu cocok untuk pemuda itu membuatnya tiba – tiba merasa aneh. Ia bergerak kaku untuk menduduki kursi. Memperhatikan dengan gelisah Yoongi yang serius sekali berkutat dengan kegiatannya. Jihoon membasahi bibirnya yang kering, tiba – tiba saja kepalanya terasa berat. Pusing menimpanya, membuatnya menelungkupkan kepala di atas meja.

Ia menatap punggung sempit Yoongi. "Hyung bisa jauh lebih terlambat untuk pergi kalau membuatkanku makanan" Jihoon terkekeh kecil. Masih menatap. Yoongi tidak berbalim, tapi hanya bergumam kecil seolah tidak peduli. Jihoon masih memperhatikan, bagaimana Yoongi beberapa menit kemudian berhasil membawakan sebuah makanan di depan mata Jihoon.

"kuharap rasanya enak" Yoongi bersuara, nadanya kecil sekali. Ia melirik jam diam – diam, tapi Jihoon dapat menangkap hal itu. Dengan cepat ia membawa tubuhnya duduk sepenuhnya. Mengambil piring dengan senyuman. "Tentu saja ini akan enak. Kau harus pergi sekarang, hyung" Ia meyakinkan Yoongi yang terlihat tidak mau bergerak. Tepat setelah ponselnya menjerit dari saku, Jihoon dapat melihat bagaimana Yoongi terkejut, terbelalak dan cepat – cepat mengangkat panggilan itu.

Dengan tidak enak berdiri dari kursi dan mengambil tempat yang lain. Jihoon terkekeh kecil, memperhatikan bagaimana Yoongi terlihat kelimpungan hanya dari punggung. Menyantap makanannya, dan kemudian menemukan itu begitu enak. Jihoon berdebar lagi di dalam sana.

"terimakasih makanannya, hyung. Ini enak"

Ia berujar ceria. Diam – diam terkejut dengan tingkahnya yang seperti anak – anak, berseri setelah mendapatkan sepiring makanan. Lagi Jihoon perhatikan, bagaimana Yoongi yang berusaha keras untuk tidak terlihat terlalu bangga saat ia mengenakan jaket kulitnya kembali, bersiap untuk segera pergi. "Hati – hatilah di jalan, Yoongi hyung"

Ia melambai pelan, yang kemudian membuatnya kembali menikmati makanannya. Pusing masih melandanya, berniat setelah ini dia akan segera bergegas ke kamar dan tidur. Tidak perlu repot – repot untuk bebersih, karena tubuhnya sepertinya tidak kuat lagi untuk meminta istirahat. Ruangan terasa sepi, Jihoon yakin bahwa Yoongi sudap pergi. Tanpa pamit-, sudah biasa. Karena pemuda itu memang seharusnya tidak usah repot – repot seperti ini.

Bagaimanapun, Jihoon merasa begitu bahagia. Yoongi memang tidak terlihat peduli dengan apapun seperti yang ia perhatikan di hari – hari sebelumnya. Tapi kemudian dia dikejutkan dengan fakta ini. bagaimanapun, Yoongi yang memasakkan sesuatu untuknya hanya karena tidak ada orang dirumah membuatnya merasa ada yang spesial. Yoongi itu perhatian-, tentu saja. Yoongi itu sebenarnya pemuda manis dengan wajah jutek, tetapi hatinya begitu hangat seperti yang sudah ia sebutkan di pertemuan pertama mereka. Jihoon terkekeh sendiri.

"Minum ini. kau terlihat lebih pucat dari biasanya"

Jihoon terlonjak. Kaget sekali saat Yoongi berada tepat di depannya dengan sebuah kemasan vitamin. Matanya mengerjap cepat-, secepat jantungnya bertalu karena kaget. "Yoongi hyung!" Ia bahkan memekik tanpa sadar. "Kukira kau sudah pergi!"

Dan kemudian, tawa yoongi bergema. Jihoon terpaku,benar – benar terpaku saat mendengar tawa dari Yoongi. ingat-, bahkan selama ini dia jarang sekali melihat wajah bahagia Yoongi yang seperti ini. dan ditambah dengan tawa-, tolong ingatkan Jihoon untuk bernapas dengan benar sekarang.

"Aku akan pergi sekarang"

Yoongi melambai dengan senyuman lebar. Meninggalkan Jihoon yang benar- benar harus menata hatinya yang kalang kabut. Jantungnya sudah luruh ke rusuk, tinggal menunggu nyawanya untuk melayang dari jasad-, oke berlebihan.

Wajahnya merah padam, dan Jihoon akui bagaimana dirinya terlihat aneh sekali. Saat pintu depan berdentum-, menandakan Yoongi sudah pergi. Jihoon menghembus napas keras – keras. Berusaha bernapas dengan baik.

Heol, apalagi yang bisa membuatnya hampir mati mendadak saat dikejutkan dengan tiba – tiba dan kemudian diserang dengan tawa yang begitu manis? Bersyukurlah Jihoon masih tinggal dan bernapas.

"Yoongi hyung itu-.." Jihoon meghela napas, mengambil kemasan vitamin dan mengeluskan perlahan. "benar – benar menakjubkan"

"Darimana dia tahu kalau aku sedang tidak terlalu sehat?"



Dan Jihoon tahu, Yoongi itu-, meski penampilannya terlihat begitu tidak peduli, dia adalah seoarnag yang sebenarnya perhatian dengan hal – hal kecil.



-,Perhatian dengan seekor anjing kecil

-,Lalu memasakkannya makanan saat tidak ada orang

-,Dan kemudian sadar jika dirinya sedang tidak sehat.



Min Yoongi-, benar – benar orang yang menarik Jihoon perlahan – lahan untuk menyusuri seperti apa dia sebenarnya.






[]

From Jihoon To Yoongi (Reason To Love Min Yoongi) |Hoonyoon/Soonhoon/Kookga|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang