Jihoon menatap dalam – dalam tempat tinggalnya yang baru. Mengamati tiap tekstur yang bisa ditangkap mata kecilnya sebelum memutuskan untuk melangkah masuk kedalam rumah. Mengetik beberapa pin yang telah di hapalnya dan kemudian berhadapan langsung dengan ruang tamu yang begitu luas. Tidak ada tanda kehadiran seseorang di dalamnya. Ia berjengit sedikit untuk memperhatikan sebelum akhirnya meraih ponsel untuk melihat jam.
Itu masih pukul 03.44 sore, tetapi sepertinya belum ada yang pulang dari kegiatan mereka. Termasuk Yoongi-, yang sebenarnya Jihoon belum kenal betul dengan pemuda pucat itu. Orang tua barunya tidak memberitahu apapun tentang Yoongi, seolah mereka menyuruh Jihoon untuk menyelami sendiri kehidupan kakak barunya itu. Jihoon menghela napas dalam, memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celananya dan membuka sepatu.
Ia membenarkan tas, memilih untuk beristirahat sebentar di atas sofa. Melempar kepalanya di bahu sofa dan menutup mata. Ia bersenandung malas, sebelum akhirnya dikejutkan dengan suara dari dapur. Hampir melompat saat menemukan sosok Yoongi dengan pakaian santai keluar dari sana. Menatapnya dengan tatapan seperti kemarin dan tadi pagi. Rasa gugup kembali menyergap Jihoon.
"Oh Hyung.. sudah pulang?"
Ia menggigit bibir bawahnya. Memperhatikan Yoongi yang mendekat dan memilih duduk tepat disampingnya. Jantung Jihoon berdebar cukup keras-, tidak nyaman menyergapnya. Tetapi Yoongi yang tanpa kata terlihat biasa saja sembari menyesap minuman kalengnya dan menyalakan televisi. Ada hening yang agak lama, membuat Jihoon berpikir keras untuk naik saja kedalam kamar dan meninggalkan rasa ketidak nyamanan dan canggung ini. tapi kemudian, persis ketika dirinya ingin undur diri, Yoongi bersuara.
"Aku tidak ada kelas hari ini.."
Itu terdengar begitu halus, bahkan jika Jihoon tidak ekstra untuk mendengarnya, Jihoon tidak akan mampu menangkap apa lagi yang dibicarakan oleh Yoongi. "Ada istirahat kecil yang diberi dosen untukku" lalu kemudian Yoongi menoleh. Menarik sudut bibirnya untuk membentuk senyuman. Jihoon terpaku sesaat, kemudian mengendurkan tubuh tegangnya dan berusaha membalas senyuman Yoongi yang sepersekian detik muncul itu.
Jihoon menggangguk. Memainkan ujung tas nya untuk menciptakan suasana nyaman yang berusaha dibangun oleh Yoongi. dirinya mengamati bagaimana Yoongi mengendurkan tubuhnya yang sedikit tegang dan bersantai di bahu sofa. Mata kecilnya mengamati dengan antusias acara yang disuguhkan di layar televisi.
Jihoon sama sekali tidak berusaha untuk membuka suara, karena dirinya juga sepertinya sebelas duabelas dengan Yoongi. Jihoon akui, dirinya buruk untuk dekat dengan orang lain. Ia lebih nyaman untuk berdiam diri, tanpa banyak bicara. Tapi kemudian yang membuat Jihoon terkejut adalah saat Yoongi berdehem, memecah keheningan antara dirinya dan Jihoon. Kepala itu menoleh kearahnya saat Jihoon berbalik untuk mengamati Yoongi, dan cukup membuat Jihoon terkejut.
"Maaf.." itu kata pertama yang diucapkannya, membuat Jihoon terkejut. Ia mengerjap, cepat – cepat ingin menyangkal Yoongi, tetapi pemuda pucat itu menyuguhkan senyuman sehangat mentari pagi yang dilihat oleh Jihoon pagi ini. membuat Jihoon kehilangan suara untuk menyuarakan pemikirannya. "Kau pasti tidak nyaman denganku. Aku memang sulit untuk dekat, tapi--, aku tidak masalah dengan kehadiranmu di sini" Jihoon mendengarkan, masih membuka telinganya lebar untuk mencerna.
Yoongi mengambil napas lagi, kemudian duduk tegap dan meraih kembali kaleng minumannya. Mengguncangnya sebentar dan meneguk isinya. "Jangan sungkan untuk menyapaku. Aku--, cuma tidak tahu bagaimana harus memulai sesuatu seperti, ehm, berkenalan" sebuah tepukan dibahunya ia dapatkan saat Yoongi berdiri dari tempatnya. Mematikan televisi dan kembali berusaha menarik sudut bibirnya untuk mengulas senyuman, agak ragu karena Jihoon sepertinya masih terpaku sendiri tanpa suara.
"Aku harus kembali ke kamar"
Jihoon mengerjap kemudian tiba – tiba bangkit saat Yoongi sudah berbalik untuk naik kelantai atas. Banyak sekali pemikiran yang membuat Jihoon sulit untuk mengungkapkan sesuatu pada Yoongi. tapi kemudian, setelah beberapa kata tersusun di otaknya, ia segera menghentikan Yoongi yang sudah menaiki beberapa anak tangga.
"Yoongi hyung"
Ia memanggil, Yoongi menoleh padanya dan menatapnya dalam, menunggu apa yang akan diucapkan oleh Jihoon. "Terimakasih untuk menerimaku disini, hyung. Aku akan menyapamu dengan baik mulai sekarang" Jihoon sendiri terkejut dengan dirinya yang mampu mengeluarkan suara yang manis sekali, dengan senyuman lebar dan rasa nyaman yang menyengat. Ia bahkan ragu jika itu adalah dirinya sendiri yang menguasai tubuhnya.
Lama Yoongi berdiam, yang kemudian Jihoon dapatkan sebuah anggukan dan senyuman kecil. Dan suara bernada manis dengan dua suku kata, "Tentu saja" sebelum akhirnya Yoongi kembali menghilang di tangga atas. Meninggalkan Jihoon sendiri di ruangan yang sama. Bibirnya tidak mau berhenti tertarik, yang kemudian membuatnya lega bukan main.
"Yoongi hyung itu--, " ia begumam lagi. Menatap layar televisi yang mati. "aku bisa melihat diriku darinya, sepertinya" yang kemudian membuat kepalanya menggeleng kuat – kuat. Menjatuhkan dirinya di atas sofa dan menghembus napas keras.
"Tidak-, dia lebih mudah menerima orang lain dari pada diriku. Sulit untuk nyaman sebenarnya. Tapi dia-, kenapa mudah sekali?"
.....
"Oh Jihoon-ah!"
Jihoon menoleh saat suara tuan rumah memanggilnya. Ia mendapati Nyonya dan Tuan Min sudah berada di meja makan. Ia mengulas senyum kecil sebelum beranjak menuju meja makan dan bergabung dengan orang tua barunya. "Malam, Eomma, Abeoji" masih agak sulit sebenarnya bagi Jihoon untuk memanggil kedua orang tua barunya seperti itu. Tetapi tentu saja, sebagai orang yang tahu rasanya terimakasih dia harus membiasakan diri untuk memanggil mereka seperti yang seharusnya. nyonya Min menggusak kepalanya dengan manis sebelum meletakkan piring dan makanan di depannya, membuat Jihoon sedikit gelagapan karena tidak terbiasa di perlakukan seperti itu.
"Terimakasih, eomma" ia mengulas senyum, meraih piringnya. "Buat dirimu nyaman, Jihoonie" dan suara berat dari Tuan Min membuatnya terkekeh dan mengangguk. "Tentu saja, Abeoji" yang kemudian membuat mereka tertawa. Tuan Min meletakkan koran yang dibacanya ke kursi kosong di sebelah, membuat Jihoon mengernyit. Ia menatap Nyonya Min yang asyik dengan sup nya.
"Um, Yoongi hyung--,"
Ia bersuara sepelan mungkin, ingin bertanya kenapa sosok Yoongi tidak hadir di makan malam keluarga. Nyonya Min yang mendengar berdehem sejenak sebelum mengabaikan makanannya untuk menanggapi Jihoon. "Jangan khawatir, anak itu sulit sekali untuk diajak makan bersama. Dia pasti sudah berkencan dengan kasurnya lagi sekarang" yang kemudian diiyakan oleh Tuan Min. mereka saling melempar candaan sejenak, seperti layaknya pasangan muda.
Jihoon mengulas senyum kecil, diam – diam memikirkan tentang Yoongi. merasa Jihoon yang diam dan tak menanggapi, kedua orang yang lebih tua berdehem, kemudian Tuan Min menepuk bahu Jihoon dengan sedikit keras, membuat ia tersentak kaget.
"Jangan khawatir, dia pasti menerimamu dengan baik, Jihoon-ah" Jihoon menoleh kearah Tuan Min yang tersenyum. "Anak itu memang sulit untuk bergaul, tapi aku yakinkan dia senang dengan kehadiranmu disini. Kau hanya harus sedikit lebih cerewet di dekatnya agar dia semakin nyaman padamu, Jihoonie"
"Tentu saja eomma"
Jihoon terkekeh. Ia menyuap sup kedalam mulutnya. Bergumam untuk menenangkan kedua orang tua yang tampaknya masih meyakinkannya tentang Yoongi. dirinya diam sejenak, bermain dengan pikirannya.
Entah kenapa, di benar – benar penasaran dengan Yoongi sekarang. Orang yang sama sekali terlihat tidak peduli dunia, tetapi hatinya sehangat mentari pagi, dan orang yang sulit bergaul dan menyusun kata, tetapi mudah sekali untuk menerima orang baru dengan cepat.
Yoongi layaknya orang yang harus di dalami, dan tiba – tiba rasa ketertarikan Jihoon pada kakak barunya itu melambung dengan tinggi.
Hey Jihoon-ah, sejak kapan kau tertarik pada orang lain selain dirimu?
Yang kemudian membuat Jihoon terasa dipukul sendiri oleh dirinya.
"Ya.. sejak kapan?"
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
From Jihoon To Yoongi (Reason To Love Min Yoongi) |Hoonyoon/Soonhoon/Kookga|✔
Fanfiction[ C O M P L E T E] ✔ Soonyoung lagi - lagi harus menemui Jihoon yang mabuk di sebuah bar. Dan akhirnya dia tahu, alasan yang sebenarnya kenapa si mungil itu memilih seorang Min Yoongi sebagai tambatan hati. "Aku punya banyak alasan untuk mencintai Y...