Enter: Meet Jihoon

1.1K 109 11
                                    

"Brengsek, Jihoon!"

Ia mengerang, mengacak rambutnya dengan frustasi. Kepalanya bergerak kesegala arah, gelisah. Ia menghela napas, menyeka keringat yang sudah membanjiri wajahnya. Sialan, padahal dirinya baru saja membersihkan diri untuk segera tidur dengan damai, dan segalanya tiba – tiba hancur begitu saja saat Jihoon menelponnya dengan suara serak-, mabuk.

Dirinya bahkan melompat dari tempat tidur dan terburu – buru meraih jaketnya. Sialnya ini sudah pukul sepuluh dan Jihoon yang tidak memberi tahu alamat dimana dia berada membuat Soonyoung harus keluar masuk beberapa bar yang terdekat di tempat mereka. Dan beberapa kali mengumpat karena tak juga menemukan sosok mungil itu dari tujuh tempat yang ia datangi. Dirinya juga sudah berusaha untuk menelpon kembali, tetapi ponsel Jihoon tidak bisa dihubungi, dan Soonyoung berpikir bahwa itu kehabisan daya.

Ia mendongak, mengusap wajahnya keras – keras dan berlari lagi, berdoa dalam hati saat melihat bar di ujung jalan bahwa Jihoon ada disana.

"Aku bersumpah akan menendang bokongmu jika kau benar – benar tidak ada disana" giginya bergemeletuk, menggeram dan mulai menggeliat untuk mencari kehadiran sosok mungil itu saat menapaki diri di ruangan bising dan penuh dengan hal – hal yang membuat kepalanya pusing bukan main. Sejak dulu, Bar bukanlah tempat dimana Soonyoung akan berakhir. "Astaga Jihoonie, kau dimana?!" Ia berteriak, berdesakan dengan beberapa orang dan mulai gelisah.

Kepalanya terkulai saat dirinya tidak menemukan tanda – tanda Jihoon, lantas tubuhnya terduduk lemas di salah satu kursi. Persetan jika itu sudah ditempati dengan rombongan orang mabuk, yang ia tahu hanyalah mengistirahatkan kakinya yang sedikit keram sembari menyumpahi Jihoon dalam hati.

"Kenapa kau memilih tempat yang seperti ini sih, Jihoon-ah" wajahnya gelisah sekali. Matanya kembali berkeliaran, kemudian hembusan napasnya keras. Ia berdiri dengan susah payah, menelan kecewa dan cemas yang mengembang dihatinya sebelum akhirnya sentakkan keras di bahunya membuatnya terkejut.

"Soonyoung-ah.."

"Astaga Jihoon!"

Ia memekik. Meraih tubuh mungil itu untuk memeriksa. "Kenapa kau disini, bodoh! Aku benar – benar menggila mencarimu ke semua bar di kota! Sialan" ia mengguncang tubuh Jihoon, membuat pemuda mungil itu terkekeh. Dan saat Soonyoung melihat wajah Jihoon, itu sepenuhnya merah. Anak itu mabuk sekali. "Tempat ini yang pertama kali terlihat saat aku meninggalkan rumah" Jihoon berdecak, oleng karena pengaruh alcohol dan Soonyoung dengan cepat menahan tubuhnya.

"Ayo kita pulang" Soonyoung mendesah, dia menarik tubuh kecil Jihoon untuk segera pergi dari tempat yang sungguh ia benci. "Uh aku masih ingin disini, Soon" Jihoon menolak. Menarik tubuhnya menjauh dari Soonyoung yang mengerang frustasi. Ia mencengkeram pergelangan tangan Jihoon dengan kuat. "Pulang sekarang, Jihoon. Atau Yoongi hyung—"

"Aku tidak mau pulang kerumah!"

Soonyoung tersentak saat Jihoon tiba – tiba berteriak. Genggaman tangannya pada Jihoon terlepas begitu saja. Ia menatap wajah Jihoon yang tiba – tiba mengeras. Merasa marah dan sedih di saat yang bersamaan. Tubuh kecil itu limbung ke kanan dan tiba – tiba menepis tangan Soonyoung yang ingin membantunya. "Ji—" Soonyoung terpekur saat Jihoon menatapnya dengan tatapan tajam. Bukan itu saja, tetapi tersirat sesuatu yang disebut putus asa di dalamnya. "Kau kenapa?"

Jihoon mendengus kasar. Ia mengusap wajahnya keras – keras. "Aku tidak ingin melihat Yoongi hyung untuk saat ini. aku tidak--, " tiba – tiba dia tersedak, yang kemudian membuatnya meraih satu botol bir yang entah punya siapa dan menenggaknya dengan kasar. Soonyoung terbelalak sebelum akhirnya cepat – cepat meraih botol dari tangan Jihoon dan meletakkannya asal-, yang terpenting jauh dari genggaman Jihoon. "SOON!" Jihoon memekik. Mengerang keras sebelum akhirnya terjatuh ke lantai dengan menutup wajahnya. Tubuhnya bergetar, membuat Soonyoung lebih terkejut lagi.

From Jihoon To Yoongi (Reason To Love Min Yoongi) |Hoonyoon/Soonhoon/Kookga|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang