c

2.6K 411 7
                                    

aku greget pengen update terus huhu. udah selesai di draft soalnya wkwkwkw

Siyeon sudah tahu Jeno sejak awal SMP. Hanya sekadar tahu nama laki-laki itu, tidak lebih.

Namun saat kelas 9, Siyeon pernah berada di kelas PM yang sama dengan Jeno.

Waktu Siyeon sakit sehingga tidak bisa mengikuti dua try out yang menentukan kelas PM. Hal ini membuatnya berada di kelas bawah.

Teman-teman Siyeon tidak ada yang berada di kelas yang sama. Bahkan yang tidak dekat pun tidak ada juga. Hal itu membuat Siyeon terpaksa duduk sendirian, di meja tengah dan dekat jendela.

Saat bel masuk akan berbunyi lima menit lagi, seorang laki-laki tiba-tiba meletakkan tasnya di samping Siyeon. Namun laki-laki itu tidak duduk, dia malah berjalan ke kumpulan anak laki-laki di belakang Siyeon.

Hari itu tidak berlalu begitu saja. Laki-laki itu, Jeno, terlihat kesulitan saat diberi latihan soal matematika.

Siyeon rasanya ingin membantu. Ia sudah selesai mengerjakannya sedangkan Jeno masih berada di soal nomor dua.

"Eh," panggil Jeno.

Siyeon menoleh, merasa terpanggil. "Manggil aku?"

Jeno ikut menoleh. Dahinya mengerut. "Iya, elo, Siyeon."

Kalau tau nama gue Siyeon ya disebut kenapa sih, batin Siyeon.

"Kenapa?"

"Ajarin dong," pinta Jeno.

Siyeon akhirnya mengiyakan dan mengajari Jeno. Kalau kalian tanya kenapa Jeno tanya sama Siyeon padahal dia di kelas PM, jawabannya karena diajarin teman itu lebih enak daripada diajarin guru. Yaaa walaupun Siyeon belum menjadi temannya juga sih.

"Makasih ya, Yeon," ucap Jeno ketika Siyeon selesai mengajarinya, begitu pula dengan waktu yang diberikan guru mereka mengerjakan soal telah selesai.

"Iya," jawab Siyeon singkat.

"Nanti pulang sekolah gue anter deh, sebagai ucapan terima kasih," bisik Jeno karena sang guru telah mulai menjelaskan.

"Anter?"

"Maksud gue, gue temenin naik angkotnya gitu," ucap Jeno. Sebenernya Jeno bawa motor sih hari ini, tapi dia tahu Siyeon bakalan nolak kalau ditawarin dibonceng anak kelas 9 naik motor.

"Gue kalau pulang jalan kaki, Jen," balas Siyeon. "Lagipula lo nggak usah melalukan apa-apa sebagai ucapan terima kasih."

Dan pada akhirnya, Jeno tetap ngotot temenin Siyeon jalan sampe rumah gadis itu yang memang tidak jauh. Untung sih nggak jauh, soalnya Jeno harus balik ke sekolah lagi buat ambil motornya. Lebih tepatnya sih samping sekolah, kan nggak mungkin dia parkir di sekolah gitu aja.

Siyeon tidak sadar satu hal. Ia pulang dengan Jeno kali ini mengawali suatu cerita panjang, yang ditemani dengan satu perasaan baru yang orang sebut sebagai cinta pertama.

brngsk [jeno x siyeon] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang