Aku dan Segala-Galanya di Hidupku
Perlahan aku berjalan menaiki jalan setapak menuju sebuah danau, bau tanah dari rintik hujan menemaniku menjelajahi petualangan tersebut.. Aku tersenyum melihat sesosok pria telah menungguku. Aku mempercepat langkahku, mencoba menghadapi lebih cepat, tak peduli hujan yang semakin deras, dan beceknya tanah khas pedesaan mengotori rok panjang putihku..
"Dor~!! Hayo?, ngelamunin aku ya?" ujarku berniat mengagetkannya. "Kamu kok telat banget sih? Tuhkan udah tambah gelap. Lilinnya udah mati semua... terkena air hujan tuh!" jawabnya sambil menatap terus kearah lilin-lilin kecil yang telah padam terkena air hujan. "Lilin berwarna merah, warna kesukaanku", kataku sambil terus memandangi kearah lilin-lilin kecil yang beberapa telah ditatanya sedemikian rupa membentuk hati, "ya memang lilin-lilin itu sangat indah".
Aku melihatnya sekilas sebelum mati satu persatu. Namun, menurutku, lebih indah melihat senyumannya daripada lilin yang telah padam tersebut. Jauh lebih nyata dan indah.. "Aneh ya? tadi tuh di sekolah panas banget! Sekarang disini hujan.." ujarku memperbaiki suasana.. "Haha, matahari sama hujan kan kuatan matahari.." jawabnya tersenyum, "Kamu lama ya nunggunya? Aku minta maaf banget!" Kataku memohon, "Nggak kok.. baru aja.. aku cuma bercanda tadi" katanya sambil terus tersenyum..
"Maaf ya kemarin aku gak bisa temani kamu check up ke dokter, aku ada pelajaran tambahan, gimana kata dokter?" tanyaku dengan lembut namun dengan nada khawatir. "Nggak apa-apa kok.. Aku baik-baik saja, aku akan selalu baik-baik saja kalau bertemu sama kamu" ujarnya sekali lagi dengan senyuman jahil khasnya.. "Ya maunya".. yah aku tau keadaannya.. Dia kuat di luar namun rapuh di dalam.. Entah apa yang membuatnya selalu tegar menghadapi cobaan tersebut. Seolah kehabisan kata-kata kita hanya terdiam.
Sore itu, aku dan kekasihku Justin, mengunjungi danau favorit kami.. tempat dimana kami pertama bertemu, berkenalan, bahkan mengerjakan segala hal bersama-sama. Danau Abadi. Ya begitulah Justin menamakan Danau itu. Memang terdengar aneh, berapa kali aku menanyakan mengapa dia menamakan seperti itu, dan Justin menjawab "Agar nanti saat aku tak ada lagi kamu tetap ada mengenangku di masa-masa dimana awal kita bertemu, sampai saat ini"
Sekali lagi dia menjawabnya dengar senyuman jahil khasnya, "Kamu pernah nyadar gak ada sesuatu di danau ini?" tanyanya kepadaku, "Nyadar apaan? perasaan selama 4 tahun kita pacaran keadaan danau ini baik-baik aja deh.." kataku, "Dasar gak peka! Itu lho.. berang-berangnya!.. Aneh aja, masa musim panas gini main di danau.." jelasnya, "Apanya yang aneh? perasaan dari dulu deh kayak gitu.." ujarku nggak ngerti.. "Bukan itu maksudku.. mereka itukan sepasang dari dulu.. aku perhatiin mereka itu saling setia rasanya.. mereka gak pernah ganti pasangan.. Kamu mau nggak, kalau aku udah nggak ada nanti, kamu mau kan cari orang lain buat jagain kamu? yang lebih sehat dan gak sakit-sakitan?: pertanyaannya membuat ku tereguh..
"Aku gak pernah berfikiran hal itu.." batinmu.. "Dulu, Justin itu optimis, tegar, kemana Justin yang dulu?" tanyaku kepada Justin, "Sebentar aku belum selesai.. aku hanya berjaga-jaga.. Nanti kalau aku sudah tidak ada, supaya kamu tak ragu untuk mencari penggantiku.." Jelasnya dengan nada lirih.. "Justin.. kamu harus optimis. Coba lihat matahari itu, Dia memang selalu terbit dan terbenam tiap hari.. Ibaratkan matahari itu kamu, itu tandanya kalau ada terang kan setelah gelap! Pasti ada harapan buat kamu, sekecil apa pun itu!" Ujarku, "Aku gak akan baik-baik saja.. tetapi aku akan selalu berusaha baik untukmu.." ujarnya kepadaku, akupun meneteskan beberapa butir air mata yang tak kuat ku tampung lagi, segera ku hapus sebelum dia melihatnya.. "Aku akan selalu menyanyangimu.." kataku yang segera memeluknya, "Danau ini abadi, berang-berang ini abadi, begitu juga cinta aku ke padamu akan selalu abadi.. Carilah seseorang yang lebih baik dariku suatu saat nanti.." katanya seraya menghapus air mata dari pelupuk mataku.. Air bening yang keluar dari pelupuk mataku sudah tak kuat ku bendung..
"Hey! Sedang apa?" Kata Danny, menepuk bahuku, "Hah? Tidak.. Aku hanya sedang ingin mengingat kenangan ini.. dari diaryku..", "Itu lagi? Kisah cintamu.. kekasihmu yang sudah meninggalkanmu.. dan segala-galanya dalam hidupmu.. akan abadi seperti danau ini.. tegarlah.. sudah 2 tahun kau seperti ini.. bangkit dan semangat!" kata Danny, sahabat terbaikku.. "Ya.. aku dan segala-galanya dalam hidupku akan abadi seperti danau ini.."
Beranda