WHY?

332 11 0
                                    

"Ca, kamu ngerasa ada yang aneh sama si Jepang gak sih? " tanyaku setelah berhasil mendudukan diri di kursi kebesaranku. 

Hari ini aku memang sengaja datang lebih awal. Kemarin malam aku sudah berpesan pada Richa—sahabatku, untuk datang lebih awal juga. Sebenarnya banyak sekali yang ingin ku bagi dengannya. Termasuk tentang Nega yang kupikir mulai bersikap lebih hangat dari biasanya.

Bukannya apa, aku pun menjadikan Richa salah satu tersangkanya. Oke, dia tahu itu dan akhirnya dia pun menuruti permintaanku juga. Yeah, cukup aneh untukku.

Richa menautkan alisnya bingung, "aneh gimana maksudnya?"

Aku mengendikkan bahuku, sejujurnya aku pun bingung sediri saat ini.

"Ya begitu ca... Emh, menurut aku aneh pokoknya."

"Ya begitu apa maksudnya, Ume? Yang jelas dong kalau kasih keterangan!"

"Pura-pura gak tahu ya kamu, Cha. Gak usah bohong!  Kamu pasti sudah tahu kan? " ketusku kesal

Richa hanya terkekeh pelan, suaranya terdengar jelas oleh gendang telingaku. Hei aku tahu ini masih pagi sekali dan suasana sekolah pun masih sepi. Ku pikir tidak masalah sedikit bersikap ketus padanya. Toh sebentar lagi, teman sekelas yang lain pun akan mulai berdatangan.

"Yaelah, kapan sih aku bisa bohong sama kamu? Tingkat analisa kamu 'kan sudah master" ejeknya lagi-lagi dengan tatapan jenaka itu

Aku mengerlingkan mata dengan malas, "bisa gak kamu serius kali ini? Jangan ngejek Ume terus dong!!"

Guess what??

Dia tertawa lebih nyaring. Menyebalkan, ini kebiasaan buruknya dan aku memilih terdiam, kepalaku rasanya ingin meledak karena tidak mendapatkan apapun yang berharga dari penjelasan Richa.

"Yaudah, jadi kamu merasa Nega gimana?" tanyanya sedikit lebih serius.

"Cha, akhir-akhir ini dia sering banget chat Ume. Dan kamu pasti tahu kan itu aneh banget, Ume merasa memang ada yang aneh sama dia. Kamu pikir dia kenapa?" tanyaku pasrah

"Lho, dia nanyain apa aja memangnya? " tanyanya mulai serius, juga.

Jujur saja, aku merasa masih ada yang dia sembunyikan dariku. Tapi aku tidak tahu apa. Kalau pun aku bertanya mana mungkin dia akan memberi tahukan itu. Lagi-lagi dia pasti akan mempermainkanku.

Ah, sudahlah...

"Ya, cuman nanyain pelajaran aja sih, tapi kata-katanya kadang suka aneh gitu. Gak jelas pokoknya"

Kulihat Richa mengangguk, sepertinya dia cukup paham dengan situasiku saat ini. Aku tahu betul, dia sudah terjun dalam masalah yang sama sebelum aku. Dia memang lebih mengerti hal semacam ini.

"Yaudah biarin ajalah. Mungkin dia memang benar-benar mau ngerjain tugasnya. Kamu kayak gak tau dia aja, calon Imam kamu kan rajinnya ngalahin anak satu sekolah"

"Iya juga sih, tapi siapa yang tahu 'kan? Omong-omong, kamu gak lagi nyembunyiin sesuatu dari Ume 'kan?" ujarku sembari menatapnya lekat

Dia menegang, gotcha. Aku seharusnya sudah paham sedari awal. Okay, kalau Richa ingin menyembunyikannya lebih lama, aku akan mengikuti alurnya.

"Nyembunyiin apa coba? Kamu kan tahu kalau tingkat analisa kamu itu tinggi. Makanya cari tahu sendiri. Aku harus bilang berapa kali sih?"

"Tuh 'kan. Pasti kalian bersekongkol ya? Ayo kasih tahu Ume pokoknya!! " titahku memaksa

"Udah dulu ya ume,  gue mau ke kelas dua belas mipa enam dulu deh.  Ada tugas baru dari kang ganteng dan ini very very important moment"

"Nyebelin dasar!" sarkasku refleks

Richa membalasku dengan tatapan sok sedih. Aku tahu dia akan kebal dengan semua kata-kata sarkasku itu. Tapi tetap saja, itu membuatku merasa bersalah juga akhirnya.

"Bye bye. Mau ketemu calon ayah anak-anak dulu ya. Selamat berpikir ria Ume"

"Jahat, pergi aja sana jauh-jauh. Ume doain semoga doinya belum datang, hahaha"

"Yeay, mana ada? Kang ganteng kesayangan 'kan selalu datang lebih pagi"

Aku mendesah malas, inilah kebiasaan Richa yang paling aku sayangkan. Maniak cogan. Ya kalian pasti memiliki teman sejenis Richa juga.

"Nyebelin banget main ke kelas sebelah terus. Bosen tahu Ume dengernya juga" ketusku

"Yeh, suka-suka cewek cantik dong. Udah ah nanti telat lagi lihat nikmat dunianya, bye Ume!"

Dia melenggang pergi. Aku lagi-lagi menahan kesal. Tapi sepertinya analisaku memang benar. Kali ini seorang Richa mulai berani menyembunyikan sesuatu yang khusus dariku. Dan akan aku pastikan bahwa aku akan segera mengetahui apa maksud dia ini.

💐

Kamu tahu, Cha? Aku bisa tahu semuanya hanya dari tingkah lakumu itu.

So, kamu memang benar bahwa aku memiliki tingkat analisa yang tinggi. Right?

Cha, aku rindu dia...

PEKA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang