Pagi ini, sama seperti kemarin malam. Aku dan Nega berjanji untuk saling bertemu. Aku memintanya untuk menungguku di depan Lab Biologi. Walaupun letaknya begitu dekat dengan kelas sebelas. Tapi setidaknya area ini cukup strategis dan terkadang cukup sepi juga.
Aku terus berjalan, sesekali menengok kebelakang. Suasana sekolah memang sangat sepi pagi ini. Hei, aku tahu ini terlalu pagi. Bahkan aku yakin jikalau jam kelas saja masih menunjukkan pukul setengah enam kurang.
Tapi ini memang kesepakatannya. Aku ingin membicarakan suatu hal yang penting dengan Nega. Ini menyangkut keterlibatanku dalam masalah biro jodoh di SMA Negeri 2 Cendrawasih.
Omong-omong, aku cukup terkenal dalam hal ini. Ya, ini memang termasuk salah satu organisasi rahasia di sekolahku. Bukankah unik? Aku rasa iya.
Sekitar lima meter dari arahku berjalan, kulihat Nega sudah disana. Berdiri—bersandar di salah satu pilar dengan sebuah buku yang bertengger di tangan kanannya. Sedang tangan kirinya selalu saja sama, yaitu dimasukkan kedalam saku celana abunya.
Aku mendekatinya dan dia pun menatapku seraya tersenyum manis.
"Baru datang, Ume? " tanyanya
Aku menyeringai, "Basa-basinya gak jaman ah ga. Masuk aja yuk! Supaya lebih enak ngomongnya"
Dia terkekeh pelan, menampilkan deretan giginya yang rapi. "Kamu kayaknya gak suka banget sama basa-basi ya"
Aku mengangguk membenarkan ucapan Nega barusan. "Gak terlalu berguna juga tau, just wasting time if you wanna know" ujarku enteng
Aku segera membuka pintu lab. Dan masuk kedalamnya. For information, pintu Lab Biologi sudah rusak. Jadi sengaja tidak dikunci. Apalagi beberapa bulan kemarin terdapat desas-desus tentang isu Lab Biologi yang berhantu.
Aku bahkan ingin tertawa nyaring saat beberapa siswi grup lambe turah di kelasku beradu argumen tentang isu itu. Ah, sungguh membuang waktu saja.
"Nega, karena Ume bukan tipe yang suka basa-basi, so apa Nega mau tahu siapa si R itu? Kalau iya, Ume bisa bantu kamu"
Kulihat Nega hanya terdiam, dia menatapku dalam. Aku mengerti arti tatapannya itu, seakan-akan dia berkata bahwa dia sudah cukup muak mendengarkanku yang terus saja membahas topik ini jika sedang berduaan dengannya.
Tapi bukannya apa, ini adalah salah satu tugasku sebagai wakil ketua biro jodoh di SMA Negeri 2 Cendrawasih. Ketelatenan kinerjaku bisa dipertanyakan jika kasus Nega ini tidak berjalan dengan lancar. So, aku selalu membuatnya terlihat lebih baik lagi. Hanya itu.
"Nega??" panggilku mengingatkannya.
Namun sayangnya dia tetap saja terdiam kaku. Dan mata itu, entahlah mengapa sepasang mata itu menatapku sendu, lagi-lagi memunculkan rasa canggung yang seketika mengubah atsmosfer menjadi lebih dingin. Aku benci dingin!
"Nega?? Hallo! Kok malah melamun, ada apa?" seruku lebih keras
Dan bisa kalian tebak? Dia tetap saja tidak bergeming, sedikit pun.
Aku menghela napas panjang, kenapa nega menjadi seperti ini? Sungguh menyeramkan.
"Ume anggap Nega setuju. Oke nanti ki—"
"Aku gak pernah bilang setuju untuk hal itu" ketus Nega menatapku tajam. Aku menutup mata lama, berusaha menenangkan degup jantungku yang berdebar kencang.
"Ga, kamu cuman perlu bilang setuju aja, gak lebih. Lagipula Ume yakin sekali, Nega pasti penasaran dengan hal ini kan? "
"Nega memang penasaran, tapi Nega gak pernah bilang setuju untuk kasus ini"
"Gini deh, Ga. Ume bakalan kasih tahu kamu siapa itu R, tapi kamu harus janji sama Ume kalau apapun yang terjadi, kamu akan tetap suka sama dia, bagaimana?"
Nega menautkan alisnya yang tebal sehingga membuat tanda lancip disana. Aku tahu dia tidak setuju tapi aku harus tetap membujuknya.
"Bagaimana Nega, setuju?"
Nega meremas bukunya pelan, aku harap dia tidak marah karena hal ini.
"Nega!!"
Dia masih tidak bergeming sedikitpun. Matanya hanya menatap wajahku dalam. Tapi dia tidak memberikan kesan ancaman, justru tatapan itu begitu menyiratkan kekecewaan. Aku sama sekali tidak mengerti itu.
Kenapa nega terlihat kecewa? Dan jantung ini, mengapa semakin terasa sesak? Aku tidak tahu apa rasa yang saat ini tengah aku rasakan. Aku hanya ingin segera pergi dari sana, secepatnya. Terlebih suasana dingin ini memberatkan nafasku.
"Apa nega lagi suka sama cewek lain? Siapa? " tuduhku
"Apa kamu cemburu kalau aku suka sama cewek lain? " tanyanya datar
Kini giliran aku yang menautkan alis, bingung.
"Sebentar deh, buat apa Ume cemburu? Ini hanya sekadar pertanyaan untuk meluruskan kasus ini Ga, hanya itu"
"Nega mau balik ke kelas" ujarnya sembari mendorong kursi yang tengah dia tempati. Rahangnya mengeras, aku tahu betul dia marah
"Lho, Ume kan belum selesai Ga"
"Aku lagi pengen marah Ume. Jadi, lebih baik kamu balik ke kelas duluan. Nanti saja kita lanjutkan pembicaraan ini"
Aku menatapnya garang, dia mengusirku?? Hell no, aku merasa direndahkan disini.
"Ume harap Nega tahu jelas gimana pentingnya kasus ini. "
Setelah itu aku melenggang pergi, menatap koridor yang kini masih terlihat sepi dan segera meninggalkan Lab Biologi juga meninggalkan seseorang di dalamnya.
Seseorang yang kini tengah aku rindukan sejak lama. Nega kapan kamu kembali? Tolong katakan! Aku merindukanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEKA ✔
Short StoryPeka [complete] 🌿 Based on true story 🌿 Bukan dia yang acuh, tapi nyatanya aku yang tidak mengerti perasaannya, aku tidak peka. Dia, cowok bermata sipit itu. 👑 Dapat menyebabkan baper parah dan keinginan memukul orang yang tidak peka. An : Tah...