Jam pelajaran Sejarah Indonesia sudah usai sepuluh menit yang lalu. Anak-anak di kelas sudah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Padahal mata pelajaran selanjutnya adalah Sastra Inggris. Aku yakin Miss Zara tidak akan senang jika mendapatkan keributan seperti ini.Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, mengerlingkan mataku sejenak. Tepat dua meja di depanku, kulihat Nega dan Faza sedang asik membicarakan sesuatu. Tapi sayangnya aku tidak berminat untuk mengetahui topik apa yang kini mereka pilih untuk saling beragumen itu.
Ahh, suasana hatiku benar-benar sedang buruk saat ini.
Semalam aku bermimpi aneh, dan lagi-lagi seperti biasanya mimpi itu akan memberikan dampak buruk padaku atau lingkungan sekitarku. Aku sudah biasa mengalami hal ini, jadi tidak begitu mengejutkan lagi seperti yang pertama kali.
"Dorr!! "
Aku terperanjat, seraya mengucap istighfar dan mengusap pelipisku pelan. Memang tidak biasa, tapi kepalaku memang terasa lebih berat sedari tadi pagi.
Di hadapanku, Nanda hanya menyeringai pelan. Kebiasaannya. Dia mengejutkanku, lagi. Dan bodohnya refleks-ku tidak berguna saat suasana hatiku tengah buruk seperti ini. Mungkinkah ini akan menjadi hari panjang yang melelahkan. Aku harap tidak, sama sekali tidak.
"Ume, mau ikut gak besok lusa? " tanya Nanda, handphonenya sengaja dia simpan di mejaku.
"Ikut kemana?"
"Jalan-jalan dong" sahutnya lagi
"Memangnya sama siapa saja? "
"Hanya berempat, aku, kamu, Faza dan Nega. Gimana, kamu bakalan ikut 'kan?" ujarnya jelas.
Aku mendengus pelan, aku tahu Nanda dan Faza sedang dalam masa PDKT. Dan aku benci mengakui bahwa aku begitu malas untuk pergi kemana pun bulan ini. Termasuk hanya sekadar pergi keluar rumah mencari udara segar. Ya, biasanya Bang Adit yang akan memaksaku untuk melakukan hal nista itu.
Oke, ini hanya menurutku saja.
Lalu apa jadinya dengan acara kali ini? Mami pasti tidak akan mengijinkannya. Ralat, keluargaku pasti tidak akan mengijinkannya. Sebentar lagi masa musim Ujian Nasional akan segera tiba dan mereka semua akan mengawasiku lebih ketat. Aku jamin itu pasti akan menyulitkan. Apalagi bila aku harus mencuri waktu untuk sekadar bermain seperti itu.
Hei!! Itu akan terasa sangat sulit untukku. Aku tidak berbohong dengan hal ini.
Keluargaku bukanlah keluarga yang akan selalu mengerti betapa menguntungkannya suatu relaksasi untuk kita. Maka dari itu pelampiasanku hanyalah buku-buku. Dan mereka sama sekali tidak keberatan dengan hobiku itu.
Menurut mereka pergi jalan-jalan hanya akan membuang waktu saja. Just wasting time. Ya, aku pun terkadang sepemikiran dengan mereka. Toh lebih baik diam di rumah, mengerjakan sesuatu, bereksperimen atau membaca buku yang setiap tiga bulan sekali mami belikan untukku.
"Ume tanya mami dulu ya. Ume gak janji bisa ikut atau enggak. Tapi, nanti kalau boleh pasti Ume kasih tahu kamu deh"
KAMU SEDANG MEMBACA
PEKA ✔
Short StoryPeka [complete] 🌿 Based on true story 🌿 Bukan dia yang acuh, tapi nyatanya aku yang tidak mengerti perasaannya, aku tidak peka. Dia, cowok bermata sipit itu. 👑 Dapat menyebabkan baper parah dan keinginan memukul orang yang tidak peka. An : Tah...