Dear My Boy.Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hei, apa kabar, Ga? Kamu baik-baik saja bukan? Pasti dong. Aku sama sekali tidak ingin sesuatu buruk terjadi padamu lho. Romantis tidak kata-katanya? Hehehe, ku harap kini kamu sedang tertawa kecil disana. Aku ingin melihat mata minimalis dan senyum manismu itu. Ingat tidak, ini email ketigaku minggu ini. Dan mungkin, ini akan menjadi email terakhir dariku. Aku tidak akan lagi mengirimkannya padamu seperti biasanya. Aku ingin berhenti saja, Ga. Rasanya percuma saja, kamu bahkan sama sekali tidak membalas pesanku. Semua media sosialku kamu blokir. Padahal aku ingin kau membalas pesanku, setidaknya beritahu aku kabar tentangmu.
Ga, apa kamu tahu? Mas Yoga mendapatkan tawaran untuk bekerja di Jerman dua minggu yang lalu, dia mengajakku untuk ikut pergi bersamanya. Mama dan papa mengijinkan hal itu. Ya, mungkin aku akan tinggal sampai studiku selesai. Aku juga ingin menjelajah eropa nanti, rasanya pasti akan sangat menyenangkan. Kau tahu bukan betapa aku ingin berkuliah disana, ku pikir Jerman pilihan yang Bagus. Jadi aku memutuskan untuk ikut dengan Mas Yoga. Kami akan pergi besok lusa. Aku harap kau akan datang disana dan mengantarkan kepergianku, Ga.
Omong-omong, aku akan memberikanmu sebuah puisi, anggap saya itu untuk meringankan rinduku padamu. Kamu bisa melihatnya setelah selesai membaca pesan ini. Lagipula aku tidak yakin kamu akan membaca pesan ini secepatnya. Tapi tidak masalah, aku hanya ingin memberikan puisi itu padamu. Selama apapun kamu mengabaikannya, aku harap puisi itu akan segera kamu baca. Simpan itu ya, setidaknya itu hal terakhir yang ku berikan padamu.
Ga, Negama Akhyerawnie Prakarha! Jangan pernah marah ya kalau selama ini aku selalu merepotkanmu. Membuatmu kesal karena semua keinginanku. Membuatmu lelah karena segala ocehanku. Jujur saja, aku merindukanmu, seperti ada yang hilang dariku. Andai saja aku bisa mengatakan padamu tentang hal ini sebelum kau menjauh. Ga, apa yang sedang kau lakukan? Apa kau juga merindukanku? Aku harap iya.
Aku harap kau ada disini, bersamaku. Bisakah sehari saja aku meminta waktumu? Ayo pergi ke banyak tempat! Katamu, kau akan mengajakku ke suatu tempat. Dimana? Bisakah kita pergi kesana? Aku ingin tahu, seperti apa tempat favoritmu itu. Aku rasa itu akan sangat menyenangkan.
Mungkin, kini aku benar-benar menyadari betapa aku menyukaimu. Tidak, semua itu keliru. Aku tidak hanya menyukai semua tentangmu. Aku telah menjatuhkan pilihanku padamu, hanya saja aku enggan mengakuinya. Aku terlalu takut untuk menjatuhkan hatiku pada orang lain. Aku tidak ingin kehilanganmu hanya karena perasaan suka dan ego ingin memiliki itu.
Gadis ini tidak lagi ingin menjatuhkan hatinya pada orang yang salah lalu kembali terpuruk dengan keadaan. Sudah cukup bagiku dengan hanya membantu hubungan banyak orang. Aku bahkan terlalu bodoh untuk menyadari perasaanku sendiri. Apa kau masih akan menyukai gadis bodoh ini, Ga? Kamu tahu betul, aku tidak akan marah jikalau kamu memilih perempuan lain. Aku cukup tahu diri, Ga. Tidak ada keistimewaan yang membuat mereka tertarik padaku. Aku senang dengan kesendirianku selama ini. Tidak ada yang akan menyakitiku lagi karenanya. Tapi bertemu dan mengenalmu lebih dekat, sungguh itu bukan kuasaku.
Ga, sebenarnya aku sudah mengetahui semuanya. Tentang kamu yang menyukaiku jauh sebelum aku menjalankan penawaran perihal misi itu padamu. Semua rasa curiga itu muncul saat kamu menjauhiku. Saat itu tidak ada lagi orang yang selalu menyimpan bunga dan vanilla latte itu di lokerku. Kamu pasti ingat pengagum rahasiaku yang satu itu. Bukankah itu kamu, Ga? Sungguh, terimakasih karena telah memberikanku pengalaman bagaimana rasanya disukai lebih dari siapapun.
Karena hal itu, aku menyelidikimu. Maaf karena aku telah lancang membuka lokermu kala itu. Ada banyak fotoku disana, pasti itu foto yang sengaja kau ambil saat aku tidak menyadarinya. Juga surat-surat yang bertuliskan namaku di dalamnya. Saat itu aku ketakutan, Ga. Aku ingin menjauhimu, menghilang dari radarmu. Tapi aku masih memiliki misi itu, jadi ku putuskan untuk menyelesaikannya sesegera mungkin. Aku yakin, saat aku memintamu untuk bertemu di lab biologi, kamu sudah memperkirakan hal itu. Aku tidak ingin berada di dekatmu lebih lama. Aku tidak ingin kembali dipermainkan oleh perasaan. Cukup sekali aku dibodohi karena perasaan ingin memiliki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEKA ✔
Short StoryPeka [complete] 🌿 Based on true story 🌿 Bukan dia yang acuh, tapi nyatanya aku yang tidak mengerti perasaannya, aku tidak peka. Dia, cowok bermata sipit itu. 👑 Dapat menyebabkan baper parah dan keinginan memukul orang yang tidak peka. An : Tah...