Sudah pernah tamat di watty, bisa di beli di playstore buku https://play.google.com/store/books/details?id=yKRjDwAAQBAJ atau suka versi pdf orginal bisa beli wa +62 822-1377-8824
#####
Dimas tidak mengerti jalan pikiran seorang Navya yang artinya wanita cerdas dan sangat di hormati malah memilihnya untuk di jadikan suami satu tahun hanya untuk mendapatkan keturunan.
Awal penawaran yang konyol membuat Dimas menolak semua keinginan wanita itu yang tidak lain majikan nya.
Dimas hanya seorang pelayan lebih tepatnya supir pribadi Navya yang tugasnya mengantar wanita itu kemana saja dia mau pergi.
Hampir delapan bulan Dimas bekerja pada keluarga Javera, orang terpandang di kota Jakarta yang perusahaan nya maju pesat, tidak ada komunikasi yang berarti antara Dimas dan Navya.
Lalu alasan logis apa yang kini Navya ingin sampaikan hingga bisanya wanita itu meminta Dimas untuk menikahinya yang hanya seorang supir pribadi.
Sudah satu minggu berlalu penawaran itu masih menginang di ingatan Dimas, ia menganggap mungkin nona Navya hanya sedang mabuk hingga tidak sadar apa yang di ucapkannya.
Sebisa mungkin Dimas bersikap di hadapan Navya yang selalu memasang wajah jutek nya di balik kecantikannya.
Pantas saja wanita ini tidak terlihat sedikit pun mengandeng atau berkencan dengan seorang pria karena pastinya kaum pria akan mundur teratur karena ekspresi yang di berikan Navya sangat tidak bersahabat.
Sangat pagi sekali Dimas sudah membersihkan mobil yang di lapnya mengkilat, karena pagi ini nona Navya minta di antarkan ke sebuah butik ternama.
Suara sepatu hak tinggi terdengar melangkah keluar dari rumah menghampiri Dimas yang meruduk sedkit menyapa Navya dengan canggung.
Navya tidak mengubris sapaan itu, ia terlalu angkuh mengenakan kaca mata hitamnya, saat Dimas membuka kan pintu mobil ia masuk ke dalamnya.
Memang wanita sempurna bagi siapa saja memandang sosok Navya tapi tidak bagi Dimas yang bagi nya ada satu kekurangan yang tidak di miliki Navya yaitu sifat murah senyum nya karena Navya sama sekali tidak pernah tersenyum lepas yang seharusnya menghiasi wajah cantiknya.
"Kita berangkat sekarang nona?" tanya Dimas yang sudah duduk di dalam mobil.
"Hemm.." hanya gumaman kecil terdengar.
Dimas mulai menjalankan mobilnya meninggalkan halaman rumah mewah itu saat gerang terbuka lebar.
Susana dingin masih terasa di antara keduanya, tidak lama Navya meminta Dimas menepikan mobilny di pinggir jalan yang sepi, dengan bingung Dimas melakukan perintah nona majikannya itu.
"Aku masih berharap." kata Navya, melepas kaca mata hitamnya menatap pada Dimas yang masih bergeming.
"Aku perlu bantuan mu." lanjut Navya.
Dimas menoleh pada Navya, ia masih tidak mengerti dengan keinginan wanita ini, bukan kah dia sudah menolak tapi kenapa Navya seolah memaksakan kehendaknya demi tujuan tertentu.
Ya hanya satu keinginan Navya, ia hanya ingin serorang bayi terlahir di dari rahim nya untuk penerus kekayaan keluarga javera.
Navya hanya ingin membahagiakan keinginan kakek nya yang sangat mendamba seorang buyut. karena kakeknya sering sakit sakitan dan Navya hanya ingin memenuhi apa yang kakeknya mau.
"Tapi tidak seperti ini nona, menikah tanpa cinta tidak bisa membuat pernikahan itu bahagia."
"Aku tidak perlu kebahagiaan, ku butuhkan hanya bantuan mu, kelak sampai aku positif hamil kita akan berpisah."
Dimas mengerutkan keningnya menatap lekat kesengguhan di wajah Navya.
Ada perasaan ingin melindungi dan kasian di hati Dimas, haruskah ia membantu Navya melupakan harga dirinya karena secara tidak langsung penawaran di lakukan Navya seolah membahas jual beli tubuhnya untuk waktu tertentu.
"Saya tidak tau apa saya bisa melakukannya."
"Kamu pasti bisa kamu cukup ikuti intruksi dari ku maka pernikahan sementara ini akan berjalan dengan mulus."
Dimas bergeming, penawaran yang mengiurkan bagi siapa saja tanpa pikir panjang pasti menerima tpi kenapa dengannya sampai detik ini Dimas masih bimbang untuk mengambil keputusan.
"Sebagai imbalan aku akan memberikan apa yang kamu mau, termasuk tubuhku."
Kedua mata Dimas terbuka lebar, ia marah dalam hatinya, rasa panas yang sungguh luar biasa yang membuatnya mengeram kesal.
Dalam pikiram Dimas kalau tidak dia Navya pasti menawarkan hal serupa pada pria lain.
Dimas tidak bisa membiarkan itu, sok murahan Navya pasti hal bercanda selama ini ia mengenal wanita ini sangat menjujung tinggi kehormatan.
Jangan kan pria yang berani menyetuh tangannya, melirik nya saja pasti di berikan tatapan membunuh.
"Nona bercanda."
"Kamu tau sendiri aku tidak suka bercanda."
Dimas memejamkan matanya sejenak, ia mengangguk lemah hingga Navya mengangkat alisnya ke atas.
"Apa itu tandanya kamu setuju dengan permintaan ku."
"Iya nona, tapi bukan bearti saya menjual harga diri saya, saya hanya ingin membantu kesulitan nona." kata Dimas.
Navya terdiam, ia kembali memasang kaca mata hitam, memerintah Dimas melajukan mobilnya.
Awal yang sangat sulit bagi Dimas, wanita asing ini akan menajdi istri sandiwaranya. Entah apakah bisa ia berperan sebagai suami yang semesti nya di jalani pada layaknya pernikahan lainnya.
Mungkin seiring berjalannya waktu Dimas akan mengubah sisi pandang Navya tentang pernikahan yang tidak bisa di main kan.
Tujuan mereka sampai kebutik, Navya meminta Dimas untuk turun menemani nya ke dalam butik.
Seorang pria bertubuh tambun dengan dandanan menor menyapa Navya dengan gaya kemayunya.
Dari pembicaraan mereka Dimas menangkap pria itu adalah desain gaun pengantin.
"Serius kamu mau menikah." tanya Giun sapaan pria kemayu itu.
"Benar, aku ingin kamu mendesain gaun pernikaahn ku dan jas calon suami ku."
"Navya, ini suatu kejutan, memang dengan siapa kamu menikah, aku tidak melihat kamu dekat dengan pria mana pun."
Navya menarik lengan Dimas yang berdiri tidak jauh, merangkul lengan itu dengan mesra.
"Dia calon suami ku." kata Navya lugas.
Giun terperangah dengan mulut terbuka lebar, buru buru ia menutupnya menyembunyikan terkejutannya.
Giun pernah beberapa kali bertatap muka dengan Dimas bukannya Dimas adalah pelayan di rumah Navya.
"Aku butuh jawaban." gumam Giun.
"Ini lah jawaban mu Giun, secepatnya aku akan menikah dengannya.
Giun mengejapkan matanya beberapa kali, ia tidak mau membahas atau membantah keinginan Navya karena bisa saja Navya memecatnya sebagai seorang sahabat.
"Baiklah aku akan mengukur tubuhnya."Kata giun malas menatap Dimas.
Bagi Giun Dimas memang sosok yang tampan tapi pria itu tidak sebanding dengan Navya.
Navya cantik, berkelas, seribu pria kaya dan tampan pun pasti mengantri untuk menikah dengannya.
Giun memasang wajah juteknya, ia melirik Navya yang memperhatikan gaun gaun pengatin yang terpajang di patung.
Menunggu susana reda, Giun akan mempertanyakan teliti kenapa bisa Navya memilih pria miskin ini untuk di jadikan suami.
❤ヾ(❀╹◡╹)ノ゙❀~❤
07062018/AQ
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Satu Tahun
RomanceRomance (Sebagian part di tarik karena sudah tamat di watty) Pejanjian sebuah pernikahan kontrak yang di tawarkan seorang wanita padanya membuat harga diri seorang Dimas merasa di rendahkan. Namun di saat ia menolak tegas keinginan Navya sang majika...