Alasan ku tertawa adalah dirimu

30 12 7
                                    


   Tak terasa aku tertidur, setelah pulang dari sekolah karena terlalu letih, karena setelah libur panjang namun langsung bersekolah, hmm terdengar sangat menyebalkan. Sekarang adalah pukul 17.05 tertidur pulas tanpa mimpi yang aneh. Setelah mandi aku pun bergegas ke dapur untuk makan karena rasa lapar yang sudah tak tertahankan ini.

"Bi, mama sama papa belum datang?" Tanyaku kepada bibi sambil melihat-lihat makanan yang ada di meja.
"Belum non, tadi nyonya nelpon katanya dia dan papa non akan pulang terlambat malam  ini." Jawab bibi yang berhenti menyapu kemudian berjalan ke arah ku.
"Oh." Jawab ku singkat.
"Maaf yah non, makanan nya udah dingin soalnya udah dari tadi, non mau bibi masakin masakan yang baru lagi apa gimana?." Tanya bibi lagi.
"Eh gausah bi, gapapa kok ini kan masih bisa dimakan lagian nasinya kan masih panas." Jawabku sambil mengambi nasi di pemanas nasi.
"Baik non, kalau non butuh sesuatu panggil bibi aja." Kata bibi sebelum meninggalkanku makan sendirian di dapur.

   (Bel berbunyi)
"Iya, tunggu." Terdengar suara bibi sambil berjalan menuju ruang tamu untuk membuka pintu.
"Siapa bi?" Tanyaku sambil mencuci tangan, kemudia melangkahkan kaki menuju ruang tamu.
"Ini non, Mas Michael." Jawab bibi sambil tersenyum lalu meninggalkan kami.
"Tumben banget luh bunyiin bel, biasanya juga langsung nyelonong masuk." Kata ku dengan ketus kemudian langsung duduk disofa.
"Yah, kan aku udah gede kakak." Jawab nya yang kemudian duduk disamping ku.
"Baru juga SMA." Kata ku sambil mencari remote televisi.
"kalau nggak berubah sekarang, kapan mau berubah nya?. Yaudah sekarang cepet ganti baju." Jawabnya yang membuatku bingung.
"Hah? Buat apa ganti baju?emang kita mau kemana?" Tanyaku lagi padanya.
"Udah sono nggak usah banyak nanya, cepet yah nggak pake lama." Jawab nya sambil mendorong ku dengan pelan dan kembali duduk disofa sambil tertawa kecil.
"Ih dasar!!." Kata ku dengan nada pelan namun El tetap mendengar. Aku pun langsung berlari mengganti baju dan menggunakan sweater dan mengikat rambut setinggi-tingginya .
"Udah ayok." Kata ku sambil mengalungkan tas selempangku. Tanpa jawaban dari El akupun keluar terlebih dahulu meninggalkan El yang masih berbicara dengan bi Ratna.
"Tunggu La, yaudah bi aku keluar dulu yah sama Lala cepet kok pulangnya." Teriakkan nya yang kemudian melanjutkan pembicaraan nya dengan bibi dan bergegas lari ke arahku.
"Oh, iya mas hati-hati yah." Jawab bibi.
"La, kamu tuh apa-apaan sih! Aku tadi masih bicara sama bibi kamunya main kabur aja." Katanya yang kemudian memasangkan helm di kepalaku.
"Tadi kan luh suruh cepet!" Jawab ku dengan sedikit tersenyum.
"Iya tapi nggak kayak gitu juga kali." Jawab nya sambil naik ke motor. Kami pun pergi menuju rumah dengan rasa penasaran.
"Kita mau kemana sih?" Tanyaku dengan ketus.
"Kan nggak usah banyak tanya." Jawab nya sambil tersenyum.
"Mau-mau kamu deh." Kata ku pun dengan judes.

Motor El yang tiba-tiba terhenti.
"Lah, kok berhenti?" Tanyaku lagi. Tanpa menjawab El pun menarik tangan ku yang tadi di pundaknya lalu memindahkannya melingkar di pinggang nya.
"Jangan bertanya lagi yah." Katanya dengan nada pelan dan tersenyum. Aku pun terdiam karena memang aku juga kaget dan memerah sehingga tak mampu untuk berkata-kata lagi melainkan hanya menyembunyikan wajah ku dibelakangnya.

-+20 menit kemudian, kami berhenti dipinggir jalan yang dipenuhi oleh jajanan ringan hingga makan besar-besar an. Aku pun langsung menuju ke sebuah penjual untuk membeli siomay, kalau aku makan sih emang banyak banget tapi g pernah gemuk-gemuk.

"Banyak banget makannya, bukannya tadi udah makan dirumah." Kata El sambil tertawa.
"Mau-mau aku dong, mulut-mulut aku juga." Kata ku dengan wajah sinis dan kemudian membuang wajahku.
"Yaudah makan yang banyak yah." Katanya sambil tersenyum menatapku.
"Hooh." Kataku santai tanpa melihat wajahnya.

Setelah makan kami pun bergegas pulang, tapi sebelum itu kami terlebih dahulu singgah di mini market untuk membeli ice cream.

    Kemudian akupun sampai dirumah.
"Aku masuk yah." Sambil menunduk karena takut melihat wajah nya yang sangat dekat dengan ku yang sedang membukakan helm ku.
"Iya, jangan rindu yah." Katanya sambil mengangkat dagu ku.
"Ogah banget rinduin orang nggak jelas kayak kamu." Kataku pun sambil menahan tawa.
"Dih boong banget." Katanya sambil mencubit pipiku dengan gemas. Emang sih aku tembem tapi nggak segitunya juga kali. Tapi sakit itu hilang sirna setelah aku melihatnya tertawa puas melihat wajahku yang konyol.
"Sakit El, ish jahat." Kataku sambil melepaskan tangannya dari pipiku.
"Jahat tapi sayang ." Katanya sambil tertawa terbahak-bahak. "Nggak, nggak, canda, jangan serius gitu napa." Lanjutnya.
"Dih,yang serius siapa coba." Kata ku.
"Yaudah bye." Lanjutku kemudian berlari masuk ke dalam rumah.

   Dirumah rumah terasa sangat sepi.
"Bi, papa sama mama mana?" Tanyaku.
"Udah ada dikamar non, tadi nungguin non tapi mungkin udah tidur." Jawab bibi.
"Oh, yaudah." Kata ku dan kemudian bergegas ke kamar.

    Akhirnya cahaya yang kutunggu pun datang, matahari. Kali ini aku bangun lebih awal dari biasanya. Kemudian melihat banyak panggilan tak terjawab dari El, dan pesannya yang dikirim sejak tadi malam.

El: La besok aku nggak bisa jemput kamu yah,jangan kangen yah,aku datang kok,tapi mungkin bakalan terlambat kesekolah. Sorry :(.
Tanpa kubalas kututup hp itu kemudian mengambil handuk lalu mandi.
"Huuh, tumben bat tuh anak mendadak sok sibuk." Kata ku dalam hati.

   Sesudah sarapan aku pun bergegas kesekolah diantar oleh supir pribadi ayah. Sesampainya disekolah aku langsung mencarinya.
"Dia dimana yah?"kataku dalam hati dambil  celingak celinguk.

Hingga pulang sekolah aku sama sekali tak melihat batang hidung nya dan kuputuskan untuk kerumahnya.




Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang