Just being yourself.

22 3 0
                                        

Perubahan seseorang terkadang dapat membuat kita tidak nyaman lagi dengan sikap barunya.

Sudah setengah tahun Lala dan El bersekolah di Sma Negeri 21 Makassar. Setiap hari mereka selalu bersama, tiada hari yang mereka lewati tanpa bertatap muka. Sahabat adalah mereka yang selalu ada buat kita baik disaat kita sedang senang maupun susah susah.

Benar kata orang bahwa bahagia itu disaat ada kata aku dan kamu tanpa ada dia. Namun pasti disuatu saat nanti kata kita mungkin sudah asing lagi bahkan janji mungkin tak akan mampu lagi untuk mengikat kata itu.

Lala.
Nggak terasa banget udah setengah tahun di sekolah ini huh jadi adik kelas tuh emang nggak enak banget dilihatin sinis sama kakak kelas, setiap mau kekantin jadi bahan perbincangan, walaupun kita nggak ada masalah sama mereka. Dan disamping itu ada sahabat aku yang setiap hari tingkah lakunya semakin aneh pake banget.

Hanya prestasiku yang dapat kuandalkan untuk membahagiakan orang tuaku.

"La, kamu peringkat berapa?" Tanya El.
"2, kamu? Jawabku dengan nada girang. Gimana nggak happy ini udah sekolah unggulan and aku masuk 3 besar di kelas unggulan pula walaupun belum jadi the one sih.
"Yah aku kalah deh." Kata El sambil memasang wajah lesuh.
"Emang peringkat berapa?" Tanyaku lagi.
"3." Aku yang langsung mendengarnya sontak langsung kaget. Yah soalnya nih yah, dia tuh dari SMP selalu ngalahin aku, selalu dapat peringkat 1 di 3 tahun berturut-turut.
"Kok nurun drastis sih?" Tanyaku dengan bingung.
"Aku juga nggak tahu La, maybe aku masih harus lebih giat belajar kali yah?" Tanyanya padaku.
"Iya, kamu harus belajar, tapi wajar sih El kelas kamu kan lebih unggul dari kelas aku." Jawabku yang membuatnya lebih tenang. Yah kelas ku unggulan tapi kelas nya lebih unggul. Dia the first baru kelas aku deh.
"Tapi mama sama papa?" Tanya nya lagi. Jujur sih aku juga bingung mau jawab apa yah tapi kalau nggak jawab bisa jadi dia malah makin sad deh.
"Gapapa, mereka pasti ngerti kok. Yang pasti kamu harus makin rajin belajar, waktu masih panjang kok El." Kataku yang dapat membuatnya tersenyum. Senang banget lihat senyuman yang terukir dibibirnya.

Tapi yang membuatku bingung adalah...

Michael.
Hanya gadis cantik ini yang selalu ada buat aku, selalu buat aku tersenyum kembali disaat aku sangat sedih and dia juga yang selalu mengsupport aku dalam setiap langkahku.

Kulihat mata gadis itu yang selalu meyakinkan apapun hasil yang kudapat dari usahaku. Mungkin aku baru sadar kalau dia adalah seseorang yang sangat kubutuhkan untukku. Melihat tatapan matanya membuat ku tak tahan untuk segera memeluknya. Gila emang gila banget aku peluk dia di tengah lapangan yang dipenuhi banyak orang, dan kakak kelas yang mulutnya bahkan nggak bisa banget diam. Teriakan laki-laki yang mengejekku mungkin karena marah aku memeluk gadis incarannya walaupun aku juga incar dia sih.
Wajar sih Lala jadi incaran di sekolah ini yah dia cantik, manis, imut, pintar lagi. Tapi mau gimana tuh cewek gantungin orang doang kerjaanya eh tapi nggak juga sih mereka aja yang terlalu baper hahah. Eh tapi kalau aku?

"El, kamu kenapa?" Tanya nya setelah aku melepaskan pelukan ku, namun kupeluknya lagi.
"Thanks yah La." Jawab ku.
"For?"
"Cause you always there when i'm really need someone beside me." Kataku sambil melepas pelukanku. Dan dia tersenyum.
"Your welcome El." Jawab nya kemudian kami pun pulang.

Lala.
Yaampun mimpi apa aku semalam El meluk aku yaampun nggak boleh gini, kok aku jadi salting sih dipeluk gini, La ini cuman El. Mungkin yang buat aku kayak gini dia meluk aku di tengah lapangan? Dan ribuan orang ngeliatin kita? Gila emang tuh anak.
Dan dia nggak hirauin sama sekali teriakan orang-orang? Dia bahkan gandeng tangan aku sampai keluar sekolah? Gila sumpah ini kerasa mimpi buruk hahah eh nggak juga sih lumayan ada indah-indah nya gitu. Buruknya adalah aku yang nerima cibiran kakak kelas yang sok cantik dan imut plus kegatelan banget ew tapi, emang wajar sih soalnya, El tuh emang ganteng trus cool pake banget and dia juga pintar. Siapa coba yang nggak mau? Hahahah. Dan indahnya dia sama sekali nggak ngirauhin cibiran itu. Dia bahkan jalan seperti hanya ada aku dan dia saat ini.

Muchael.
"El, nggak mampir dulu?" Tanya Lala sambil turun dari motor.
"Nggak usah La, tapi." Jawab ku pun yang membuatnya penasaran. Sengaja sih gantungin gini.
"Tapi apa?" Tanyanya lagi.
"Tapi aku mau ngajak kamu dinner nanti malam, boleh nggak?"
"Dinner? Boleh lah, lagian gitu aja pake ngomong biasanya juga kamu langsung datang kerumah trus nyelonong masuk trus nyuruh ganti baju hahah." Katanya pun sambil tertawa penuh riang.
"Iya, tapi ini dinner nya special. Ada yang mau aku omongin."
"Penting?"
"Banget."
"Yaudah deh, dimana and jam berapa?"
"Ntar malam aku jemput kamu."
"Ok." Katanya pun lalu masuk kedalam rumah.

Apa Lala punya perasaan yang sama nggak yah? Apa dia bakal nerima kalau aku nembak dia? Tapi persahabatan ini? Gimana kalau Lala malah nolak aku? Gimana kalau karena aku nembak dia persahabatan kita bakal hancur dan dia nggak bakal jadi milik aku lagi?
Berbagai pertanyaan muncul di benakku, jujur aku juga bingung dengan perasaan ini. Aku sepertinya jatuh hati padanya tapi disamping itu aku juga tak mau persahabatan ini hancur. I just wanna live with you La.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang