Empat Puluh Dua

829 36 5
                                    

Kamu. Empat huruf,satu kata,yang selalu memenuhi fikiran ku.

•••

Wanita paruh baya itu menghela nafas nya perlahan. Wajah seorang gadis dan juga wajah diri nya yang sudah mulai terlihat mengeriput terpantul jelas di depan sebuah cermin besar.

"Ma," panggil sang gadis seraya mengusap lembut tangan wanita paruh baya itu yang ada pada pundak nya.

"Mama bakalan kehilangan princess nya mama," ujar wanita itu dengan sendu,suara nya bahkan bergetar menahan tangis.

Dilihat nya seluruh bagian kamar. Ada banyak figura foto terpajang indah di dinding kamar ataupun nakas putri nya.

Namun hati nya lagi-lagi tersentil saat melihat 2 buah koper besar di pojok ruangan.

Ah,kenapa waktu berjalan secepat ini?
Wanita itu rasa,gadis cantik yang sedang duduk di depan nya masih sama seperti 15 tahun yang lalu. Masih seorang gadis cilik dengan gigi ompong yang berlarian dengan riang di sekitar rumah. Masih seorang gadis kecil nya.

"Mama kan tau impian aku,sekarang aku mau gapai itu ma. Jangan sedih ah,nanti dede kenapa-kenapa gimana?" sang gadis memutar tubuh nya,lalu mengusap perut wanita itu dengan perlahan.

"Nanti kalau dede lahiran,jangan nyusahin mama ya. Mama udah tua tau,tapi suka gak inget umur sampe bikin kamu lagi."

"Heh!" wanita itu melotot lebar,sedangkan sang gadis malah terkekeh kecil,namun tak bisa dipungkiri bahwa mata nya sekarang memanas.

"Anak mama udah cantik,jangan nangis. Nanti make up nya luntur. Jelek deh."

Gadis itu mengerucutkan bibir nya sebal,namun sentuhan lembut sang mama pada air mata nya yang jatuh dengan nakal sedikit membuat perasaan nya menghangat lagi.

"Kamu yakin sama pilihan kamu?"

Gadis itu mengangguk kecil,lalu melihat penampilan diri nya lagi di cermin.

Sebuah dress hitam selutut tanpa lengan sudah melekat dengan pas di tubuh semampai nya. Rambut panjang nya ia sanggul sedemikian rupa,dan tak lupa polesan make up tipis yang hampir hancur sudah menghiasi wajah cantik nya.

"Have fun sweetie," bisik wanita itu seraya menuntun anak gadis nya pada lelaki yang kelak wanita itu harapkan menjadi menantu nya suatu hari nanti.

**SaSa**

Lelaki ber-tuxedo hitam itu melepaskan tawa ringan nya saat seorang pria paruh baya di hadapan nya melempar sebuah guyonan.

"Fio fio,selera humor kamu ternyata sama kayak saya ya." sang pria paruh baya lagi-lagi terkekeh sampai sebuah suara deheman mengintrupsi kekehan ringan nya.

Di sana,tepat nya di pintu masuk ruang tamu,Marta berdiri sambil tersenyum lebar penuh arti pada Safda yang sekarang melongo hebat.

"Anak om cantik ya," bisik Agung pada Safda yang sekarang terlihat salah tingkah.

"I... iya om,cantik banget malah."

Gadis bergaun hitam itu melangkah dengan wajah merah padam nya. Jantung cantik nya berdegup tak wajar saat melihat seorang lelaki ber-tuxedo hitam tersenyum manis pada nya.

"Hai," sapa Safda pada akhir nya. Lelaki itu segera bangkit dari sofa,diikuti Agung yang sekarang merangkul Marta penuh mesra.

"Hai."

"Pantesan tadi sore ada pelangi," ujar Safda yang mau tak mau membuat dahi Sahla mengernyit.

"Maksud nya?"

Lelaki itu tersenyum kecil, "Ternyata ada bidadari cantik yang lupa pulang ke kayangan di depan gua sekarang."

Blush.

Tolong,tidak bisakah Safda tidak menggombal untuk beberapa menit saja?

Kasihan pipi Sahla yang semakin memerah.

"Ih papa,mama iri ih," pekik Marta dengan tertahan.

"Apasih mah?!" celetuk Sahla kesal.

Agung terkekeh,lalu mengecup bibir istri nya sekilas,membuat kedua remaja yang berdiri berdampingan di depan nya salah tingkah.

"Pah!" Marta melotot pada Agung,mencubit kencang pinggang pria itu,lalu tersenyum minta dimaklumi pada kedua remaja yang pasti melihat adegan beberapa detik tadi.

"Hm.. yaudah aku berangkat dulu mah." Sahla mencium punggung tangan Marta dan Agung bergantian,diikuti Safda.

"Pinjem anak nya dulu ya om," ujar Safda dengan senyum menawan nya.

"Iya,bawa pulang tanpa lecet sedikit pun ya!"

"Ay ay capten." Safda memberi hormat,lalu menekuk tangan kiri nya ke pinggang,menatap gadis nya yang malu-malu kucing dengan wajah memerah.

Dengan canggung ditambah masih malu,Sahla menggenggam lengan kekar itu. Lalu segera menarik Safda saat suara ledekan-ledekan Marta yang tidak tahu umur mulai terdengar lagi.

"Cie yang cantik banget dateng ke prom night  malem ini." ledek Safda saat mereka sudah berada di depan sebuah mobil sedan hitam.

"Apasih!"

Safda mesem-mesem gemes melihat Sahla, "Gak mau muji aku apa gitu?"

"Mau banget dipuji?!"

Safda mencebik,lalu menahan tangan Sahla yang sudah mau membuka pintu mobil. Memutar tubuh gadis itu,sehingga tubuh Sahla sedikit membentur pintu mobil.

Lelaki itu menyimpan kedua tangan nya di samping kepala Sahla,menyeringai jahil sambil mendekatkan wajah nya dengan wajah Sahla.

"Puji aku ganteng dulu,atau gak aku cium kayak papa kamu nyium mama kamu tadi." ancam Safda yang membuat jantung Sahla hendak melompat dari tempat nya saat itu juga.

"I... iya-iya,l... lo ganteng. Jauh-jauh kek!" dengan kencang gadis itu mendorong dada bidang Safda menjauh,membuat sedikit ruang untuk nya bernafas. Jangankan bernafas,mengambil nafas saja rasa nya susah sekali tadi.

Lelaki itu malah terkekeh puas menatap wajah menggemaskan gadis nya. Lalu setelah itu membuka pintu mobil,membiarkan sang gadis cantik itu bisa masuk ke dalam mobil.

**SaSa**

Hiyak hiyak... Kok Safda nya jadi bikin baper gitu sih😳

Btw,aku mau tanya deh. Kalau SASA tamat. Adain sequel jangan? :v

Don't forget to VoMent...
Lop yu gaes❤

SASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang