Dua Puluh Enam

1.2K 56 1
                                    

Mencintaimu bagaikan menggenggam duri. Semakin erat ku genggam dan semakin sakit kurasa.

•••

"Safda pelan-pelan dong bawa sepeda nya. Lo bawa nyawa tau gak"pekik Sahla saat Safda yang mengayuh sepeda tanpa tahu rem.

"Kapan lagi kita jalan berduaan sih?"Safda semakin kencang mengayuh pedal sepeda membuat sepeda itu meluncur kencang di jalanan yang sepi. Tidak ada kendaraan dan tidak ada orang lain,hanya mereka berdua. Hm... Terasa jalan milik mereka berdua kalau seperti itu ya.

"Dasar kambing! Lo itu nyari kesempatan dalam kesempitan kan?! Bilang aja lo mau gua peluk,maka nya bawa sepeda nya ngebut kayak gini?!"omel Sahla dengan tangan yang memeluk erat pinggang Safda. Sahla tidak ingin ambil resiko jika nanti pantat nya lecet-lecet karena kelakuan pacar baru nya.

Pacar baru?
Apa mereka sudah resmi?
Tanyakan pada mereka sendiri kalau itu.

Safda hanya tertawa kencang seakan akan membenarkan perkataan Sahla yang sekarang sedang mengeluarkan sumpah serampah andalan nya tanpa henti.

"EH TOPI GUA!"teriak Sahla saat topi yang sedari tadi hinggap di atas kepala nya tiba-tiba terbang karena hembusan angin kencang yang dilawan Safda.

Safda yang mendengar teriakan gadis
Yang dibonceng nya segera menarik rem sepeda dengan mendadak menyebabkan badan Sahla terhuyung ke depan dan kepala nya menabrak punggung Safda dengan kencang. "Gua bilang juga apa. Jangan bawa sepeda kenceng-kenceng. Lo itu lagi gak ikut lomba,jadi gak bakal ada musuh yang balap lo. Sekarang liat,terbang kan topi gua!"cerocos Sahla yang kini sudah turun dari boncengan sepeda mini Safda.

Safda yang merasa bersalah pun ikut turun dari sepeda. Sial nya standar sepeda nya macet dan akhir nya ia menggeletakkan sepeda nya begitu saja di tengah jalan tanpa dosa.

Topi bundar berwarna putih itu ternyata terbang cukup jauh dari tempat sekarang Safda berada dan Sahla pun sudah terlihat menjauh dalam persekian detik,bahkan ia sudah mendapatkan topi nya kembali.

Kenceng juga lari nya.

Mata Safda sontak membulat saat melihat beberapa kendaraan dari kejauhan melaju dengan kencang ke arah Sahla.

Sialan tadi jalanan nya sepi,kenapa jadi rame begini?

Safda sudah berteriak sepenuh tenaga,jiwa dan raga namun entah kenapa Sahla malah diam di tempat,tidak bergerak seperti manekin yang pernah Safda takuti dulu sewaktu kecil.

Sebuah truk mulai mendekat ke arah Sahla yang sekarang malah melambai ke arah Safda sambil tersenyum senang menunjukkan topi putih di tangan nya. "SAHLA AWAS ITU ADA TRUK!"teriak Safda berulang kali namun tetap tidak ada respon dari Sahla. Tubuh atletis Safda masih terus berlari mendekat,berharap bisa membawa tubuh Sahla menjauh dan pergi dari tengah jalan itu.

Sedikit lagi...

Tinnnnn...tin...tin...

Brak...

Tiba-tiba jantung Safda terasa berhenti berdetak,dada nya pun terasa sesak seketika seperti pasokan oksigen di dunia ini sudah hilang saat melihat tubuh Sahla yang terpelanting karena badan truk yang menabrak tubuh mungil milik Sahla.

Safda menggelengkan kepala nya perlahan lalu berjalan mendekat dengan pandangan nanar sekaligus tidak percaya atas apa yang terjadi beberapa detik yang lalu. Lelaki itu merasa kaki nya melemas seperti jelly. Tubuh nya pun telah ambruk saat ini,terduduk tepat di depan tubuh Sahla yang kini penuh dengan lumuran darah.

Sedikit lagi... Padahal sedikit lagi Safda sampai,padahal sedikit lagi semua nya tidak akan seperti ini.

Kenapa begitu cepat?

SASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang