Part 1

1K 17 0
                                    


"Bunda.. Vanya pulang.." seperti inilah kebiasaan Vanya sepulang sekolah. Ia akan berteriak mencari dimana bundanya berada. Ia berjalan ke dapur, di jam segini biasanya bundanya sedang sibuk di dapur.

"hussttt... anak gadis kok hobinya teriak teriak malu tau kedengeran tetangga" namun ucapan bundanya sepertinya tak dihiraukan olehnya. Ia terfokus pada laki laki yang duduk di meja makan berhadapan dengan bundanya.

"Ayah?" panggilnya , sang ayah pun membalikkan badannya lalu berdiri merentangkan tangannya dan tersenyum manis padanya . "ayah kapan pulang?" ia lari berhambur ke pelukan sang ayah. "tadi pagi, kamu baru aja berangkat sekolah. Gimana sekolah kamu? Lancar kan? Kata bunda kamu habis menang lomba lagi ya? Lomba apa hm?" Tanya ayah "ah, biasa, yah. Karya Tulis Ilmiah lagi. Tapi Vanya cuma dapet juara dua"

"tuh kan, yah. Bunda dikacangin kalau udah sama ayah. Padahal kan bunda juga sama sama kangen sama ayah. Yaudah deh bunda ngambek nih. Bunda gak mau masak" bundanya pun berbalik membelakangi Vanya dan ayah. Vanya yang melihat itupun tersenyum jahil pada ayahnya mengisyaratkan untuk bersama sama memeluk bundanya

"satu... duaa.. tigaa...." Hitung Vanya tanpa suara. Dan... "ciee ngambek.." goda Vanya dan ayahnya bebarengan. Mereka bertigapun berpelukan. Menit berikutnya, Vanya mulai membuka bicara. "duhh.. Vanya gabisa nafas nih.." bunda dan ayahnya pun tertawa lepas mendengar ucapan gadisnya itu. "yaudah nih ayahnya buat bunda dulu, Vanya mau mandi terus istirahat, Vanya capek banget soalnya. Bye ayah, bye bunda" setelah mengecup kedua pipi orang tuanya ia lari keatas menuju kamarnya.

"eh Vanya.. makan dulu" panggil bundanya. "ntar aja bun, Vanya masih kenyang tadi udah makan".

-oOo-

"Van.. Vanya... bangun nak, udah sore.." sudah hampir 5 menit bundanya membangunkannya namun Vanya tak kunjung bangun. "iya iya bun bentarrr lagi.."

"Vanya ih. Bunda sebel deh sama kamu. Yaudah deh yang penting bunda udah bangunin loh ya.. kalau ayah marah jangan salahin bunda loh ya.." rupanya Vanya benar benar gak takut dengan ucapan bundanya ia semakin membenamkan kepalanya pada selimutnya. Tentu membuat sang bunda kesal.

"lah malah molor.. yaudah sih, padahal ayah mau ngajakin kamu jalan loh. Kalau kamu molor gini yaa bunda aja deh yang diajakin jalan" seketika ia langsung bangun. "iya iya bundaku sayangg.. ini Vanya udah bangun kok. Sekarang bunda keluar ya.. Vanya mau siap siap dulu" bundanya yang merasa menang pun cekikikan saat keluar dari kamar Vanya.

"kenapa bun?" ayah yang datang tiba tiba pun membuat bunda kaget. "ih, ayah bikin bunda kaget aja"

"lah habisnya bunda cekikikan gak jelas, emang kenapa?" Tanya suaminya yang semakin kebingungan. "ini, tadi tuh Vanya susah banget dibangunin bunda bilangin aja deh kalo mau ayah ajakin jalan. Tuh sekarang sibuk siap siap"

"bunda masih usil aja sih. Nanti kalo ngambek gimana? Tapi gapapa juga sih bun. Kita ajakin makan malam diluar. Ntar sekalian kita ngomongin soal pindahannya dia" bundanya Nampak berfikir sejenak "ayah pinter banget deh, kalo gitu bunda juga mau siap siap deh" dikecup pipi suaminya lalu ia pergi begitu saja.

"ibu sama anak sama aja" gumam ayah lalu tersenyum.

-oOo-

Disinilah mereka sekarang berada. Sebuah tempat makan yang tidak terlalu mewah. Rumah makan yang terkesan sederhana. Namun ramai dikunjungi orang. Setelah berkeliling kota dan bercerita tentang keseharian mereka akhirnya mreka memilih mengisi perut ditempat yang sudah menjadi langganan sejak Vanya kecil. Cita rasanya yang tidak pernah berubah sedikitpun membuat mereka suka berlangganan disana.

"Van.. ayahmu mau bilang sesuatu sama kamu" ujar bundanya

"bilang apa yah?" tanyanya sambil mengunyah steak favoritnya.

"jadi gini, kan ayah mau pindah dinas di luar pulau. Mau nggak mau bunda juga harus ikut sama ayah. dan kamu, gak mungkin ayah ajakin kamu kesana. Tadi ayah udah sepakat sama bunda kalau kamu tinggal sama tante Mira aja. Biar kamu ada yang ngurusin"

"tapi yah.. kan tante Mira tinggal diluar kota. Itu artinya Vanya juga harus pindah sekolah dong? Emang ayah sama bunda berapa lama sih disana?" sekejap raut wajah Vanya erubah menjadi sendu.

"iya.. tadi bunda juga udah bilang tante Mira. Dia mau kok kamu tinggal disana. Dia malah seneng. Lagian kan kamu satu angkatan juga kan sama Reynald? Kamu pindah kesana aja. Kamu sekolah di yayasan kakek aja" Vanya hanya mengangguk kecil. Bagaimanapun keputusan orang tuanyalah yang terbaik untuknya.

"Aaahhh.. bakal kangen deh sama ayah sama bunda. Ayah sama bunda kapan berangkat? Terus Vanya kapan pindahnya?" ia mencoba menghibur dirinya sendiri. Dulu, saat kecil ia selalu ikut kemanapun ayahnya dinas.

"Ayah berangkat minggu depan. kalau urusan pindahan kamu udah kelar sebelum ayah berangkat ya bunda berangkat barengan sama ayah. Tapi kalo belum ya ntar nyusul kalo udah kelar. Kamu jaga diri ya disana. Jangan nakal, jangan bikin tante kamu marah. Trus inget, jangan berantem mulu sama Rey, trus kamu besok berangkatnya sekolah juga barengan sama Rey"

"ayaaaahhh... gak ada cerita loh yah kalo Rey sama Vanya itu bisa akur. Ibarat nih ya yah. Rey itu Thomas dan Vanya itu Jerry. Rey pasti aja usilin Vanya."

Vanya sangat menikmati malam ini dengan keluarganya. Mereka bernostalgia menceritakan kebiasaan kebiasaan Vanya yang selalu berulah dari kecil hingga sekarang. Ia tersenyum melihat keluarganya yang harmonis seperti ini. Ia bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kebahagian kepada hidupnya.

AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang