Part 7

353 10 0
                                    

Alea merasa kepalanya sangat berat. Wajahnya terlihat pucat. Namun ia memaksakan untuk tetap masuk sekolah. ia tidak ingin memanjakan dirinya sendiri. Baginya masa muda tidak untuk malas malasan.

"Pagi Rey, Om, Tante" sapa Vanya lemas.

"Pagi Van" jawab Om dan Tante.

"Van lo sakit? Lo pucat banget" Rey Nampak sangat khawatir.

"Gak kok Rey. Cuma pusing dikit aja. Palingan nanti juga udah nggak" Harry dan Mira melihat Vanya khawatir.

"kamu izin aja dulu Van gausah masuk sekolah. Rey bener loh kamu pucet banget" ucap Harry.

"Vanya gak kenapa kenapa kok Om. Om tenang aja" mira hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Yaudah yuk berangkat udah siang. Mah, Pah, Rey sama Vanya berangkat dulu ya"

"Hati hati"

-oOo-

Di parkiran sekolah Vanya tidak langsung turun. Ia menyandarkan kepalanya dikursi mobil membuat Rey semakin cemas.

"Van, lo beneran gapapa?" ia menyentuh kening Vanya. Sedangkan Vanya hanya menggeleng.

"badan lo panas banget"

"udah, gue gapapa. Yuk turun keburu upacaranya mulai"

Vanya berjalan lebih dulu, sedangkan Rey mengikutinya dibelakang. Setelah mereka meletakkan tasnya di kelas mereka kembali ke lapangan untuk upacara. Vanya memilih barisan yang berada di belakang.

PKS yang bertugas sebagai ketertiban saat upacara biasa mulai menjalankan tugasnya saat menyanyikan lagu wajib nasional. Mereka berkeliling mengecek atribut kelengkapan siswa. Vanya merasakan tubuhnya seperti berputar putar semakin lama pandangannya semakin buram hingga pada akhirnya ia tak sadarkan diri. Namun ia masih sempat mendengar seseorang memanggil namanya dan menahan tubuhnya agar tidak tersungkur ke tanah.

-oOo-

"Alea..." Alea yang mendengar namanya terus dipanggil akhirnya ia terbangun.

"Gue kenapa?" Ia melihat ada Rey dan Leony dihadapannya.

"lo pingsan tadi waktu upacara" jawab Leony. Sedangkan Rey hanya memperhatikan Alea saja.

"Yaudah gue balik ke kelas dulu ya. Lo disini aja" Leony meninggalkan Alea dan Rey di Klinik sekolah.

Rey menyilangkan kedua tangannya. Ia duduk di kursi sebelah brangkar Alea. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Hingga Alea memanggilnya.

"Rey.." Alea menatap Rey. Rey yang merasa dirinya dipanggil akhirnya membuang nafasnya kasar. Ia tetap menatap lurus dinding yang ada didepanny.

"Lo kalo dibilangin sesekaali nurut kenapa sih? Kalo udah gini kan gue juga yang susah. Padahal gue ngomong juga buat lo sendiri" ia beralih menatap Alea.

Alea membuang mukanya dari Rey. "meskipun lo nyebelin ternyata lo perhatian juga sama gue" batin Alea. Alea meihat Om dan Tantenya yang datang dengan muka cemas.

"Vanya kok bisa sampai gini sih nak?" Mira menghampiri Vanya dengan cemas.

"Kan Om udah bilang gausah masuk sekolah dulu. Kamu itu butuh istirahat" Harry pun tak kalah cemas daripada mira namun ia bisa mengendalikan dirinya.

"Tadi waktu upacara Vanya pingsan kebetulan bang Azyl yang tugas ketertiban hari ini. Pas dia lewat belakang Vanya eh Vanya tiba tiba tumbang. Mana anggota PMR lagi diklat juga. Jadi PMRnya gak ada. akhirnya bang Azyl angkat Vanya sendirian kesini" jelas Rey.

"Jadi kak Azyl yang tadi bawa Vanya kesini?" tanyanya pada Rey. sedangkan rey membalas dengan anggukan kepala.

"Yaudah, sekarang Rey balik ke kelas. Vanya kita ke dokter sekarang" tutur Harry

"Om, Vanya gak apa apa. Gausah ke dokter ya Om. Beneran kok vanya gapapa" mira menghembuskan nafasnya kasar. "Yaudah, tapi kamu pulang ya. Kamu istirahat aja di rumah" tutur Mira

-oOo-

Sepulang dari sekolah tadi Vanya hanya tidur. Bahkan sampai Rey pulang sekolah pun dia masih belum bangun. Mira terus menjaga Vanya, awalnya ia ingin memberitahu orangtua Vanya tapi Vanya menolak.

"Mama.. Mama.." Rey baru saja pulng sekolah. ia mencari keberadaan Mira. Mira yang merasa dipanggil akhirnya keluar dari kamar Vanya karena ia tidak ingin mengganggu Vanya.

"Apa sih Rey? Vanya lagi tidur tuh" ia menuruni tangga menghampiri Rey.

"Tuh ada bang Azyl. Mau nengokin Vanya"

"Eh nak Azyl. Sini masuk aja ke kamarnya. Vanya masih tidur" Azyl mengikuti Mira ke kamar Vanya.

"dari tadi tidurnya tante?" Tanya Azyl.

"Iya nak. Tadi tante jemput di sekolah. trus langsung tidur aja sampai sekarang. Tadi bangun bentar makan, terus tidur lagi. Nak Azyl mau dibangunin?" Azyl menggeleng "Gausah tante kasihan"

Rey baru saja mengganti pakaiannya. Ia masuk ke kamar Vanya. Dilihatnya Vanya yang masih terlelap. Ia duduk disebelah Azyl di sofa.

"Tante ke dapur dulu ya.." Azyl mengangguk sopan. Ia berpindah ke tepi ranjang Vanya digenggam tangan lemas Vanya.

"cepat sembuh Al" ucapnya lirih. Rey yang tidak berniat mengganggu mengeluarkan ponselnya.

"Kak El?" terdengar suara parau Alea.

"Udah enakan?" ia tidak tega melihat Alea seperti ini. Alea menganggukkan kepalanya. Azyl mengelus pipi Alea.

Alea bangun dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Van, gue pinjem laptop lo dong buat game" ucap rey yang masih setia duduk di sofa. Azyl kembali duduk di sofa.

"ambil aja di meja belajar gue" Alea menunjuk letak laptopnya.

"Loh Vanya udah bangun sayang?" Mira masuk dengan membawa dua gelas minuman. Vanya mengangguk.

Mira meletakkan di depan Rey dan Azyl. Azyl memang sering kesini dari sebelum Vanya pindah kesini. Ia pun sudah kenal dekat dengan keluarga Rey. ia memang betah berlama lama disini.

"Mau minum juga nggak?" Tanya mira pada Vanya. Vanya menggelengkan kepalanya.

Vanya kembali membaringkan tubuhnya. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia sibuk dengan pertanyaan pertanyaan yang memenuhi benaknya.

Ia tiba tiba teringat tentang wallpaper yang baru saja ia ganti. Ia tiba tiba bangun dan melihat laptopnya yang sedang dimainkan oleh Rey dan Azyl. Ia bergegas mengambil alih laptopnya sebelum Azyl melihat wallpapernya. "pinjem bentar, penting"

Vanya segera mengganti wallpapernya. Setelah itu ia memberikan kembali kepada Rey. semua yang ada disana hanya diam menatap Vanya. Vanya menyandarkan kepalanya di sofa. Kepalanya kembali pusing akibat ia yang tiba tiba terlonjak dari tidurnya. Vanya berniat kembali ke ranjangnya. Namun, baru selangkah ia berjalan kabut hitam menutupi matanya. ia tak sadarkan diri lagi. Semua yang berada di ruangan pun terlonjak kaget.

"pah.. papah... cepetan kesinii.." teriak Mira panik. Sedangkan Vanya sudah dipindahkan ke ranjangnya oleh Rey dan Azyl. Harry yang mendengar teriakan Mira pun ikut panik.

"ada apa sih ma?" Harry masih lengkap dengan map dan bolpoin di tangannya. Ia yang sedang mengurus laporan laporannya tiba tiba dikagetkan dengan teriakan istrinya. "Vanya pingsan lagi pa"

"demamnya dari tadi gak turun turun, ma" Rey yang baru saja mengecek suhu tubuh Vanya lagi. Sedangkan Azyl masih berusaha membangunkan Vanya.

"Yaudah kita bawa ke rumah sakit aja. Mama ganti baju dulu. Papa siapin mobil"

Rey menutup laptopnya. "lo ikut ke rumah sakit gak bang?"

Azyl melirik jam tangannya. Sudah malam, lebih baik ia pulang. "udah malem Rey. gak enak sama keluarga lo" rey mengangguk faham.

"gue balik duluan, pamitin ke keluarga lo" lagi lagi rey mengangguk.

"Cepat sembuh Al, gue gak bisa liat lo kayak gini terus" lirihnya, ia mengelus pipi Alea. Lalu ia pergi.

-------------------------------

Udah lebaran aja, wkwk.

Author cuma mau bilang Kalo author punya salah mohon dimaafkann

AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang