Chapter #3 Kenapa Menangis?

68 9 0
                                    

"Selamat pagi Ayah... Selamat pagi Ibu... Apa kalian tidur nyenyak semalam?" ucap Anna penuh senyum hangat untuk Ayah Ibunya yang sudah menunggunya di meja makan keluarga.

"Tentu Ayah dan Ibu tidur dengan nyenyak. Karena Anna selalu berdoa untuk Ayah dan Ibu setiap malam, kan?!" Jawab Ayah Anna dengan nada gemas kepada putri cantiknya.

"Itu pasti dong Ayah. Apa ayah mendoakan aku juga agar aku bisa mendapat nilai ulangan matematika sempurna? Hari ini aku ada ulangan Ayah, tapi aku masih belum ingat rumusnya yang satu itu, huft" keluh Anna pagi ini teringat ulangan mata pelajaran yang Anna benci.

Ayah dan Ibu Anna hanya terkekeh melihat tingkah putrinya. "Tidak usah dipaksakan jika putri Ayah susah mengingatnya. Ayah tak apa jika putri Ayah tak jago berhitung. Yang penting putri Ayah jago merangkai mawar" ucap Ayah Anna menenangkan putrinya.

"Mana bisa begitu Ayah. Aku bisa tidak lulus sekolah. Sia-sia Ayah menyekolahkanku nanti" ucap Anna kembali membalas ucapan Ayahnya.

"Sekolah bukan hanya tentang belajar materi Anna. Tapi belajar menjadi dewasa juga. Karena akan banyak rintangan yang akan kau hadapi nanti saat kau dewasa. Ahhh Ayah tidak mau membayangkan putri Ayah menjadi dewasa. Ayah ingin kau selamanya menjadi putri kecil Ayah" ucap Ayah Anna dengan nada menggoda.

Keluarga kecil ini, Ayah, Ibu & Anna tidak pernah melewatkan sarapan pagi bersama. Karena Ayah Anna selalu berkata bahwa moment seperti ini harus selalu dilakukan. Ia ingin keluarganya bisa menikmati dan selalu bersyukur telah melewati satu hari lagi yang diberikan oleh Tuhan. Mengawali hari dengan rasa syukur pasti akan sangat mudah harinya nanti.

Berdoa bersama sebelum makan pagi, berbincang tentang apa saja rencana Anna hari ini. Sesekali Ayah dan Ibu Anna meledek betapa Anna sekarang sudah besar dan banyak yang menggodanya. Sungguh hal yang sangat membuat haru Ayah dan Ibu Anna bisa menyaksikan putri semata wayangkan tumbuh dengan baik hingga saat ini. Mengingat betapa sulitnya dulu mereka untuk mendapatkan buah hati.

Tidak terasa 3 hari lagi Anna akan berulang tahun ke-16. Ayah dan Ibunya masih menatap Anna mengoceh tentang rencananya untuk hari ini. Mulai dari pergi ke sekolah dan pulangnya akan pergi ke toko buku bersama temannya Yeri. Dan jam tiga sore, Anna berjanji akan membantu ibunya merangkai mawar di toko bunga Ibunya.

"Apakah putri Ayah masih punya uang saku untuk membeli buku nanti?" Tanya Ayah Anna sambil memperhatikan putrinya yang masih mengulum sereal cokelatnya dengan susu putih yang menjadi menu favorit Anna untuk sarapan pagi.

"Aku rasa masih cukup Ayah. Jika nanti sudah habis aku akan beritahu Ayah. Aku akan pergunakan uang sakuku dengan baik Ayah." Jawab Anna dengan senyuman manis khasnya yang membuat Ayah Anna semakin menyayangi putri satu-satunya ini.

Anna adalah  seluruh dunia untuk Ayah dan Ibunya. Segalanya untuk Ayah dan Ibu Anna. Mereka selalu menjaga Anna dengan kasih sayang penuh. Maka tidak heran Anna tumbuh dengan baik. Baik hatinya dan baik juga perangainya. Hatinya masih sangat murni dan itu yang selalu dijaga oleh Ayah dan Ibu Anna. Ayah dan Ibu Anna memang benar-benar menepati janjinya kepada Tuhan. Bahwa mereka akan mendidik anaknya menjadi anak yang baik sebagai balasan atas kemurah hati Tuhan yang telah percaya menitipkan malaikat cantik ini di hidup mereka.

==========

Lay yang sudah bersiap dengan penyamarannya di depan rumah Anna. Lay terus memantau kondisi rumah Anna. Hingga gadis yang ditunggu-tunggu keluar dari dalam rumahnya dengan senyum cerahnya. Ditambah cuaca pagi ini yang cerah namun tak terik. Sinar matahari pagi menyorot wajah cantik Anna dengan senyuman indahnya. Sungguh perpaduan yang tepat. Tuhan memang selalu punya cara untuk menunjukan keindahan ciptaannya.

Tak lupa Lay memotret Anna dengan kameranya. Hanya menatap senyum Anna saja, mood Lay pagi ini ikut bagus. 'Apakah Anna benar-benar malaikat yang turun ke bumi?' Ucap Lay dalam hatinya.

A Man with His LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang