***
Saudara-saudaraku meninggalkan ruangan jenazah, begitupun bapak
ku yang mengurus surat jalan untuk memakai mobil ambulance.Sambil menunggu, aku masuk lagi keruang jenazah, duduk disamping almarhumah, dan tidak berhenti mulut ini bergumam mendoakan beliau.
Aku terdiam, menyandarkan kepalaku disamping tangan kiri beliau. Dalam hati aku berkata:
"Mamah... Maafin Ryan kalau selama jagaiin kadang suka marah, kadang suka pernah abaiin mamah, dan maafin Ryan juga kalau sampai detik ini belum bisa bahagiaiin mamah sepenuhnya, belum bisa jadi anak yang benar-benar baik buat mamah. Pastinya Ryan gak selalu lupa untuk doaiin mamah, dan semoga mamah disana juga doaiin Ryan terus ya."
Aku berkata lagi sembari menatap kedua mataku ke atas dinding langit.
"Ya Allah... Titip bidadari duniaku, tempatkanlah ia disisiMu, ampunilah dosa-dosanya, terima lah semua amal kebaikannya, dan jauhkanlah dari segala siksaanMu, Ya Allah..."
Pukul 13.00
Jenazah beliau diantarkan menuju rumah. Aku mengawal dengan motor, sementara didalam mobil ada bapak ku, dan beberapa saudara-saudaraku.
Aku melihat dirumah kakek ku dari kejauhan sudah ramai disambangi warga, keluarga besarku, tenda yang sudah di buatkan, serta bendera kuning yang tertancap di bagian-bagian sekitar lingkungan rumah.
Sampai disana, banyak warga yang mengatakan padaku untuk bersabar dan ikhlas. Aku tidak menangis, hanya mengatakan:
"Ikhlas..." Sambil tersenyum kecil.
Jenazah almarhumah langsung diangkat kedalam rumah untuk siap dimandikan. Ketika aku didalam sambil membaca surat yasin, aku di panggil oleh salah satu keluarga jika ada teman-temanku yang datang.
Aku keluar, tiba-tiba ramai sekali teman-temanku. Ada dari teman SMP, teman musik, teman SMK, teman kuliah, dan teman rumah. Satu persatu mereka mengucapkan berbela sungkawa kepada ku.
Aku tetap membuang jauh-jauh wajah kesedihanku dihadapan mereka. Bahkan teman SMK ku yang bernama Fidal mengatakan:
"Loe gak ada sedih-sedihnya yan, masih aja bercanda."
Beberapa juga mengatakan hal yang sama. Tapi aku hanya tersenyum, dan tetap memberikan lelucon kepada mereka.
Jujur, aku adalah tipe orang
yang merahasiakan kesedihanku, meskipun itu seberat apapun kondisinya, tetap saja aku terlihat ceria dan seperti tidak mempunyai masalah apa-apa. Aku dijuluki dengan orang "keren" kenapa? Karna cerdas merahasiakan sesuatu yang sifatnya besar, bahkan sulit ditebak orang.*
Ketika beliau dimandikan oleh pengurus yang memandikan jenazah, aku juga ikut memandikan bersama adik ku. Rasanya memandangi wajah beliau saat dimandikan tenang sekali.
Aku tersenyum dibuatnya.
Usai dimandikan, jenazah beliau di rapihkan didalam ruang tamu. Aku diluar sambil mengobrol dengan beberapa teman-temanku yang terus berdatangan.
Sekitar 30 menit, mamah sudah dirapihkan dan dikafani.
Teman-temanku masuk kedalam, ingin mendoakan beliau dengan membaca surah yasin. Moment indah bagiku dan tidak akan terlupakan. Apalagi sebagian dari mereka sudah dekat sekali dengan mamah, sampai-ssmpai mengingat kebaikannya yang dulu, jika ada teman-temanku datang kerumah selalu dibuatkan makanan. Febrian dan Ibnu salah satu sahabat terbaik saya merasakan hal tersebut.
*
Beberapa menit kemudian kakek ku datang sembari di gotong saudaraku. Ditangannya aku melihat masih ada perban infusan, karna sebenarnya juga tidak diperbolehkan pulang oleh dokter, karna darurat terpaksa di izinkan pulang. Wajahnya penuh tangisan ketika melihat anaknya
yang terlebih dahulu di kafani.
KAMU SEDANG MEMBACA
KULAKUKAN SEMUA UNTUKMU
Non-FictionIni adalah sebuah cerita perjalanan saya menjaga bidadari dunia hampir setahun lamanya. Ya, Ibuku. Aku menyebutnya "Mamah" Masa-masa sulit di Tahun pertengahan 2015 sampe pertengahan tahun 2016 membuatku harus menyisikan duniaku untuk Beliau yang se...