IX

7 0 0
                                    

***

Sudahlah... Aku harus benar-benar fokus saja sampai mamahku sembuh.

Hari senin adalah waktunya untuk mamah cuci darah, tapi ia menolak dengan alasan cape harus mondar mandir terus kesana. Aku memaksa, saudaraku yang lain juga, tapi beliau berskiras tetap tidak mau cuci darah.

"Yasudah..." Itulah kata-kataku kepada beliau, tidak ingin bicara banyak. Mungkin juga ia merasa bosan cuci darah dengan kondisi
yang seperti itu. Juga takut kalau
aku terlalu memaksakan membuat
batinnya tersiksa. Aku hanya menjaga nya setiap malam sampai pagi hari, kadang aku mendengar dan melihat beliau selalu mengigau yang lucu-lucu, atau bahkan aneh. Ya, kadang ia bernyanyi lagu-lagu lawas, kadang ia memanggil nama-nama orang di lingkungan rumah, bahkan pernah aku ingat betul Beliau mengatakan kepadaku seperti ini dengan kondisi kedua matanya terbuka, namun seperti tidak sadar akan ucapannya.

"A, awas... dibelangkang loe ada yang mau bunuh loe, ayo cepet tidur, cepet!" Sambil berbaring di kasur dan menarik tanganku kananku. Aku hanya menengok kebelakang, tidak mengubris perkataan beliau. Tetapi, hatiku memang merasa tidak nyaman
saat ia mengatakan seperti itu.

Kemudian akumemikirkan apa yang terjadi malam itu, dan memohon kepada Allah ta'ala agar tidak terjadi apa-apa padaku atau bahkan mamah dan seluruh keluargaku.

*Seperti surah al-falaq ayat 1-5.

Hari jumat aku kedatangan lagi teman-teman kelas di kampus. Semuanya perempuan, sekitar 6 orang. Termasuk mantanku Ria. Mereka juga ingin melihat kondisi mamahku. Salah satu dari mereka saling bertanya. Beliau hanya
duduk ditempa tidur saja sembari menjawab. Sementara aku pergi sholat jumat. Selepas nya langsung membeli makanan dan minuman untuk mereka.

Aku menyuguhkan mereka dengan seadanya di ruang tamu, karna memang dirumah kakek ku tidak ada siapa-siapa.

"Bu, ryan suruh masuk kuliah lagi, masa gak kuliah-kuliah." Ucap seorang perempuan yang bernama Nurhamidah. "Tau nih, gak pernah mau masuk-masuk." Ucap mamahku.

Aku diam saja dan tersenyum.

Mereka tidak lama sekitar abis adzan ashar pulang dan berpamitan dengan mamah.

Senang rasanya punya teman baru di perkuliahan yang peduli denganku, mereka tidak akan pernah saya lupakan.

Aku menuju halaman rumah dengan mereka, sebelum pulang dengan beberapa sepeda motornya. Seorang perempuan berkacamata bernama Dwi mengatakan seperti ini padaku:

"Yan, nanti semester 3 masuk lagi ya, kita kan mau lomba teater kelas setiap tahunnya. Gue sama yang lain udah bilang ke dosen PA kita kok, kalau loe cuti dulu jagaiin nyokap."

"Iya mudah-mudahan bisa masuk lagi ya." Aku mengangguk.

"Wajib bisa lah, kan loe udah janji mau ngehandle teater." Ucapnya sembari melotot.

"Iya sip." Aku hanya tersenyum.

Ketika mereka pulang, aku menghampiri mamah lagi, ia juga menyuruh untuk masuk kuliah lagi. Bahkan dia bilang seperti ini:

"Gara-gara gua ya a, loe kaga kuliah?"
"Engga mah, beneran deh. Emang lagi males aja." Kataku sambil tertawa.

"Nanti kalau jagain gue terus, kaya si a'im noh (tetangga rumah) gak nikah-nikah karna jagain emak nya sakit." Beliau menatap serius.

"Ahhh biarin aja, gapapa mah. Yang penting seneng." Aku tertawa lagi.

"Gila dasar!"
Beliau memonyongkan bibirnya.

Minggu depan tidak terasa sudah memasuki bulan ramadhan. Ya, benar. Bulan Ramadhan bagiku penuh rahmat dan berkah. Sehingga doa-doa yang kita ucapkan dengan setulus hati sampai kepada Allah Ta'ala.

Minggu dinyatakan untuk sholat tarawih pertama, dilanjutkan esok dengan berpuasa.

Aku melihat semakin lama tubuh
mamah kembali bengkak seperti di awal. Mungkin karna sudah jarang cuci darah akan seperti semula lagi.

Aku, bapak, dan semua keluarga membujuk lagi jika esok cuci darah seperti biasanya. Mamah pun hanya mengangguk.

Malam harinya aku sholat tarawih dengan tante ku dan anaknya. Adik ku tidak ikut sedang berhalangan jadi hanya menjaga mamah saja dirumah kakek ku.

Aku sholat di masjid Sudirman yang tidak jauh dari rumah. Memang sudah sering disana jika ingin sholat tarawih.

Jam'ah disana banyak sekali, mungkin karna hari pertama jadi begitu ramai.

Aku melaksanakan sholat isya dan tarawih, setelah usai ada seorang ceramah yang menaik podium, aku mendengarkan. Lagi fokusnya, tiba-tiba dibelakangku ada dua orang pemuda sedang berbicara mengenai sholat. Ya, mereka bilang ada yang sedang sholat ketika tahiyatul akhir, menggerakan jari telunjuk. Mereka bilang:

"Aneh banget ya tadi sholat masih
ada aja yang gerakin jarinya gitu." Ucapnya. Teman disebalahnya tertawa.

Dalam hatiku pantas saja, kita masih saling bergesekan sesama umat muslim tentang perbedaan. Islam itu sungguh luas, aku pernah membaca buku ilmu fiqih, bahwa Islam di seluruh dunia mempunyai 4 mazhab (jalan yang dilalui/pemahanan) Yaitu ada Imam Hanafi, Imam Syafii, Imam Maliki, dan Imam Hambali. Mereka mempunyai masing-masing caranya sendiri. Tetapi tetap tuhan kami adalah Allah Ta'Ala.

Dan tentunya kita di Indonesia lebih banyak memakai Paham Imam Syafii. Tapi ada juga yang berbeda, yaitu paham Muhammadiyah. Ya, paham Muhamadiyah apapun yang tidak dilakukan Rasulullah adalah Bid'ah. Namun kebanyakan di Indonesia adalah Nadhlahul Ulama yang biasa kita dengar NU. Aku mengambil  beberapa contoh antara NU dan Muhammadiyah. Jika NU yang kita sering tahu adalah mengadakan Tahlilan, Maulid Nabi, jika usai menguburkan seseorang selalu membaca doa, dan menggunakan doa qunut ketika shalat shubuh. Namun Muhammadiyah adalah sebaliknya.

Karna sering berbeda pendapat seolah-olah bagian sana benar, tapi bagian sini paling benar, jadi hal seperti ini yang tidak pernah bisa bersatu karna perbedaan. Padahal itu hanya cabang-cabang saja, dasarnya tetap sama. Karna NU mengikuti di zaman para Wali, dan Wali pun juga dari sahabat-sahabat Rasulullah.

Jika para sahabat melakukan hal-hal seperti bermain musik, berziarah di makam, tetapi rasulullah diam saja, itu berarti sah-sah saja. Terkecuali jika Rasulullah mengatakan "Jangan" barulah para sahabat tidak melakukan nya.

Maka dari itu kenapa kita datang mekkah untuk berpergian Haji dan Umroh. Selagi bermunajat kepada Allah, berdoa untuk Rasulullah, Para keluarga Rasulullah, Sahabat-sahabat Rasulullah, dan meminta apa yang kita minta, juga melihat seluruh Umat Islam yang ada di seluruh penjuru dunia. Lihatlah bagaimana cara mereka menggunakan paham dari 4 mazhab yang berbeda.

Bahkan aku pernah melihat saat di televisi siaran di mekkah ada yang sedang sholat tapi memegang Quran, ada yang sembari jalan, ada yang menggerakan tangannya dan lain-lainnya. Maka dari itu, ketika ingin melihat sesuatu harus dicari dulu kebenaran dari sumber-sumbernya. Jangan langsung mengatakan sesuatu yang dianggap itu yang paling benar.

Padahal jika kita tanamkan sikap saling mengerti, saling memahami, aku yakin Agama Islam di Indonesia akan lebih luar biasa lagi. Apalagi jika pemerintahnya mau bersikap Jujur kepada Rakyatnya, aku yakin betul Indonesia akan lebih sejahtera.

***

KULAKUKAN SEMUA UNTUKMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang