20

824 153 8
                                    

Lima menit tanpa satupun suara di antara mereka--sebenarnya, suara di antara mereka hanya dengung pengatur suhu ruangan di kedua sisi dinding yang bebas dari layar proyektor--akhirnya berakhir saat suara interkom menginterupsi.

Chelsea yang menerimanya hanya butuh berbicara sebentar, lalu membuka pintu dan memersilakan seorang pelayan wanita memasuki ruangan dengan nampan berisi lima cangkir cokelat hangat yang kental dan aromanya serasa menggugah selera.

"Silakan diminum dahulu, karena aku akan benar-benar mendongeng." Master memersilakan mereka setelah pelayan itu keluar ruangan.

Iris dengan perasaan sungkan menerima cangkir itu, mendekatkan bibir tepi cangkir ke bibirnya, dan menyerapnya sedikit untuk menghangatkan rahangnya.

"Sudah siap?" Iris mengangguk.

Master menarik napas panjang,pandangannya mulai jauh dan mulai bercerita.

*

Manusia lahir dengan membawa kutukan, yaitu, keingintahuan.

Jika kau tak percaya, kemarilah, akan kuceritakan bagaimana keingintahuan dapat menyengsarakan umat manusia.

Suatu saat di Olympus, para dewa dan dewi sedang bergembira, sebuah patung wanita cantik telah lahir dari tangan Hefaistos. Lalu Zeus memberinya nyawa, dan jadilah ia wanita pertama.

"Namanya adalah, Pandora," ujar Hermes.

Sesuai namanya, ia diberkati dengan banyak hadiah dari dewa dan dewi di gunung Olympus. Kemudian Zeus mengantarkannya ke bumi, sebagai hadiah untuk bangsa Titan.

"Tolong, bawalah ini." Ia memberikan sebuah guci keramik dengan motif yang sangat bagus pada Pandora.

Guci itu memiliki tutup yang terbuat dari kain berwarna emas.

Ia hampir membuka kotak itu sebelum Zeus melarangnya. Pandora menurut, diantarkannya ia ke rumah saudara Prometeus dan Epimeteus.

Tak satupun yang tahu bahwa Zeus telah menanam bom waktu dalam guci itu. Tepat pada saat Prometeus mulai membangkang, hukuman Zeus turun melalui Pandora.

Pandora si gadis cantik menuruti keingintahuannya, ia membuka guci keramik itu dan menutupnya sedetik kemudian.

Keingintahuan telah melepaskan sengsara, penyakit, dan perang, serta: dosa.

Bertahun-tahun kemudian, tak ada yang tahu bahwa ada satu hal yang tidak berhasil keluar dari kotak Pandora.

Itu adalah cahaya harapan.

Cahaya itu memasuki tubuh Pandora, dan ia hamil lagi untuk kedua kalinya, dari sanalah, lahir keturunannya yang lain yang dapat menumpas hal-hal negatif yang ditimbulkan Pandora.

*

"Cahaya harapan itu adalah kita," ujar Master mengakhiri cerita.

Iris memelototkan matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Master ternyata sama dengan sesuatu yang ia tulis tempo hari sebelum paman dan bibinya diculik. Bahkan, sebelum noda itu muncul di permukaan kulit tangannya.

"Iris," panggil Leo.

Gadis itu mengerjap, seperti baru disadarkan dari lamunan.

"Oh, maaf." Ia mengambil cangkirnya dan menyesap cokelat hangat lagi yang sudah agak mendingin. "Berarti, ini adalah perang saudara?" tanya Iris setelah meletakkan cangkirnya.

"Ya." Master mengangguk.

Iris mengetuk-ngetukkan telunjuknya ke permukaan cangkir. Bagaimanapun juga, cerita itu mirip dengan apa yang ia buat, kecuali ....

"Tunggu, Anda bilang tadi, Pandora membawa guci? Bukan peti kayu?" Iris memastikan apa yang ia dengar.

"Ya, narasi sebuah peti kayu atau kotak Pandora adalah salah translasi," ujar Master menjawab kebingungan gadis itu.

"Sekarang kau sudah mengerti?" Anggukan Iris menjadi jawaban atas pertanyaan Nyonya Rose.

"Oh, iya, Bibiku sempat memberiku ini." Iris mengeluarkan liontin bertiara yang terkalung di lehernya.

Nyonya Rose segera mengenalinya sebagai kalung Kharites yang dimiliki oleh Stephenie. Ia menyuruh Iris untuk menyimpannya dahulu.

"Rose, kau tak keberatan menjelaskan misimu pada Iris?" tanya Master setelah menyesap cokelatnya.

Nyonya Rose mengangguk. "Soal mantra pengunci di tangan Iris, ada dua cara yang bisa kita ambil. Pertama, kita harus segera merebut bibi dan paman Iris. Ini sekaligus bisa menyelesaikan misi terbesar kedua kita selain menemukan Penerima Anugerah Artemis, yakni merebut bibi dan paman Iris secepat mungkin sebelum mereka menjadikannya sebagai senjata terkuat. Namun, tentu saja cara itu tidak mudah. Badan Intelijen kita belum menemukan di mana Para Pendosa itu bermarkas.

"Kedua, kita bisa menemui tiga dewi 'itu'. Meski akan sulit, tetapi cara kedua ibaratnya seperti jalan tembus yang bisa memotong jalan utama yang penuh dan macet. Dan menurutku, cara ini adalah cara yang bisa untuk segera mematahkan rapalan mantra itu serta kita bisa mengetahui kekuatan apa yang dibawa Iris. Lalu kita bisa memutuskan tindakan apa yang tepat untuknya."

Gadis yang sedari tadi disebut-sebut namanya bergerak gelisah dan risi, ia menunduk melihat permainan jari telunjuknya di bawah meja. Tahu-tahu, sebuah tepukan pelan mendarat di bahunya, ketika ia menoleh, ia melihat Leo yang melakukannya.

"Tenanglah, kami berada di pihakmu, kami bermaksud menolongmu." Leo tersenyum, menunjukkan lesung pipitnya yang manis pada Iris.

Iris tak bisa menolak bahwa senyuman dan tepukan Leo membuat dirinya perlahan merasa nyaman. Ia terus menyugesti dirinya sendiri untuk bisa memercayai mereka, mereka juga yang paling tahu soal orang tuanya dan bibi serta pamannya. Perlahan tapi pasti, ia sepertinya bisa memercayai mereka.

"Jadi, tiga dewi itu, ada di mana?" tanya Iris.

"Yunani," jawab Nyonya Rose, " aku menjadwalkan keberangkan kita dua hari dari sekarang, tentu saja itu jika Master setuju." Nyonya Rose menoleh pada pria beruban di ujung meja.

"Ya, aku akan melaporkannya terlebih dahulu di kantor pusat. Chelsea, kau sudah memasukkannya ke agenda?" tanya Master.

"Ya, sudah." jawab Chelsea setelah ketak-ketik melalui ponselnya.

"Apakah ada tambahan?" tanya Master.

Semua terdiam sejenak sebelum menggeleng, lalu pertemuan itu dibubarkan.

*

Hari terakhir ECHQ Athena berkabung, sebentar lagi, suasana duka itu harus benar-benar hilang, hanya untuk diganti dengan suasana yang lebih serius dan menegangkan.

Kemarin, Berenike mengungkau kegelisahannya pada seluruh anggota di ruang rapat.

"Aku merasakan, entah kenapa kekuatanku mengalami penurunan. Perlu waktu beberapa jenak untuk membuat lingkarab sihir, bahkan untuk melakukan pemanggilan mayat hidup juga butuh waktu. Memang tidak terlalu terasa, aku butuh mencobanya berulang kali untuk memerhatikannya, lalu aku menyadari itu. Setelah menggunakan sihir pun, energi yang terkuras juga terasa lebih banyak dari biasanya. Bagaimana menurut Master, apa yang terjadi?"

"Bisa dipastikan itu adalah efek padamnya Tekhne yang pertama." Master memasang ekspresi serius.

Setelah keluhannya di sampaikan, hari itu pula peraturan baru diumumkan dan diperlakukan per hari terakhir ini dari minggu berkabung ECHQ Athena. Seluruh pasukan kini diminta untuk meningkatkan kemampuan non sihirnya, lalu untuk berhemat menggunakan sihir agar mereka tidak cepat lelah. Pembuatan ramuan dan kapsul penambah tenaga juga dinaikkan jumlahnya sementara selama sepuluh persen.

Lalu, soal Tekhne kedua dan terakhir, kini beberapa pasukan telah disiagakan di sana. Termasuk Ares dan Altair yang menjabat sebagai Komandan dan Wakil Komandan. Saling bergantian tempat untuk menjaganya, menyerang Para Pendosa yang akan memadamkan api sumber kekuatan mereka.

Juga, mencegah mereka untuk merebut Guci sang Ibunda.

Berenike kembali berjalan menuju area latihan, itu sebelum sebuah pesawat kertas melayang dan mendarat tepat di kakinya. Menyadari bentuk pesawat itu, ia segera berbalik arah, tergopoh-gopoh ke ruanga Master untuk menyampaikan pesan dari Hermes.

PANDORA: IrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang