Prolog

583 63 2
                                    

"Hei, manis~ Bagaimana kalau kita bermain?"

Gadis tersebut berhenti melangkah, sebelum melirik kepada yang memanggilnya.

Tiga pemuda liar yang terlihat seperti anggota preman memperhatikannya yang berjalan di jalan menuju kompleks perumahan. Mereka menyeringai pada sang target, tapi dirinya acuh dan tak perduli sama sekali.

"Hanya sebentar saja. Jangan galak dong~" ucap salah seorang diantara mereka.

"Maaf, aku tak mau bermain dengan orang bodoh." sahutnya sebelum berjalan lagi.

Tapi sebelum melangkah dua kali, tangannya ditarik dengan kasar.

"Dasar lajang! Sok jual mahal pula. Kau harus ikut dengan kami!!"

Seorang lagi yang sepertinya pemimpin mereka pun membentak dan menarik gadis bermata obsidian tersebut—dan dibalas dengan sang korban memberontak dan menampar keras wajah yang menariknya.

"Sialan... Kurang ajar!!"

Karena insting, gadis tersebut menutup rapat kedua matanya, tak menyangka akan mendapatkan keheningan dan suara erangan kesakitan dari arah lain.

Bahkan pegangannya terlepas, membuat gadis berkulit putih tersebut memberanikan untuk membuka mata dan terdiam.

Ternyata ketiganya telah babak belur dihajar oleh seorang pemuda yang ia kenal.

Lelaki tersebut berambut hitam, berperawakan tinggi dan tegap, bahkan terlihat aura membunuh mengalir keluar dari tubuhnya. Bahkan dirinya tahu siapa yang ada di hadapannya saat ini dan merasa lega.

Sang gadis merasa kecapekan karena kuliah tiga kelas dan tak ada tenaga untuk menghajar para preman tersebut.

Pemuda tersebut menendang perut salah satu yang terbantai dan terkapar semua di jalanan untuk terakhir kalinya dan menoleh ke arah sang gadis.

"Shizuka!"

Dia menghampiri gadis yang dipanggil begitu sebelum bertanya, "Kau tak apa-apa?"

Dirinya mengangguk singkat. "Ya, Shuuzou-nii. Aku hanya mencoba menendangnya kalau dia berusaha menghajarku."

Shuuzou—nama dari pemuda tersebut, menghela napas lega. "Syukurlah..."

Lalu dia mengulurkan tangan pada Shizuka. "Ayo, kita pulang ke rumah."

Shizuka tersenyum tipis dan menganggukkan kepala, menerima tangannya dan berjalan bersama.

"Makan malam ini Shabu-Shabu—kata Ibu."

"Aku tak sabar menyantap masakan Ibu. Aku lapar sekali, Shuuzou-nii."

"Iya, iya, cerewet."

Begitulah salah satu keseharian dari Nijimura bersaudara; Shuuzou dan Shizuka, dalam menghadapi orang jika macam-macam dengan mereka.

Dan akan berlanjut dengan berbagai kejadian yang cukup memengaruhi kedua kakak beradik ini, hingga akhir cerita berakhir.

.
.
.
-oOo-

Oniichan: My Rainbow Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang