Sore yang sejuk dan mendung.
Satu kalimat yang mendeskrepsikan keadaan di kota tersebut. Langkah yang mengiringi semilir musim gugur yang akan datang pun kian terasa saat orang-orang menjalankan aktivitas masing-masing.
Tak terkecuali bagi seorang Haizaki Shougo. Pemuda berambut cornrow tersebut sudah cukup merasakannya meski beberapa minggu baru menetap disini. Dia tengah liburan ke Amerika dan kebetulan kerabat jauhnya mau menampungnya walau sesaat karena sebentar lagi musim panas akan berakhir dan dia harus pulang setelahnya.
Dirinya baru selesai kerja paruh waktu dan gajinya juga lumayan, dia tak perlu kerja keras seperti di Jepang.
"Hoam... Ngantuk. Lapar... Jangan bilang bibi tidak masak..." Dia menguap kesekian kalinya karena begadang melihat film laga di televisi tadi malam.
"Brr... Dinginnya—...?"
Langkahnya sedikit melambat karena melirik seseorang yang familiar di matanya ketika melewati orang tersebut.
Eh...? Niji.. mura?
Pikirannya mulai berputar mengorek alasan kenapa tiba-tiba orang itu bisa ada disini.
Eh? Kenapa?? Tunggu, ini Amerika, bukan? Tapi kenapa dia bisa ada disini?? Aku hanya dengar kalau dia keluar dari klub, itu saja, lalu kenapa?"
Tak disangka, orang tersebut juga berhenti berjalan dan menyahut namanya.
"...Haizaki."
Aku tak berhalusinasi, bukan?
Perlahan dia berhenti berjalan dan menoleh, dan yang ia lihat bukanlah imajinasi semata. Bahunya sontak melemas sembari berhadapan dengannya.
DEG
Pemuda bermarga pelangi; Nijimura Shuuzou, orang yang berada di daftar orang yang tak pernah mau ia ingin lihat lagi.
Bukannya tak mau melihat, tapi dia tak menyangka saja bisa bertemu di tempat seperti ini.
Shougo merasa dunia sangatlah sempit sekali—atau ada dewa yang iseng memainkan takdir sialannya.
Dia mencoba menatap wajah sang pemuda yang dikenalnya, masihlah dia melihatnya bahwa Shuuzou tak berubah walau dia sedikit berharap kalau dia takkan mengenalnya.
Tapi didalam hatinya, dia berharap kalau Shuuzou bisa mengenalinya walau dengan penampilan berbeda.
Kali ini dia salah.
"Yo. How's going? Haizaki." Shuuzou menyunggingkan senyuman lebar.
Mata kelabu suram tersebut kembali berkilat terang sembari membelalak.
.
.
."Duduklah dimana saja."
Matanya melirik kesana kesini sambil perlahan duduk di sofa ruang tamu kediaman Nijimura. Bahkan Shougo tak tahu lagi beritanya sang mantan kakak kelas, yang ternyata pindah kesini karena kesehatan ayahnya dan pendidikan kuliah yang diincar.
Pantas nomornya tidak dapat dihubungi, pikirnya sejenak sebelum disahut oleh Shuuzou.
"Mau teh atau kopi?"
"O-Oh, kopi saja..." ujarnya agak tersadar dari pikirannya.
Shuuzou menatapnya sejenak sebelum menjawab dengan nada santai. "Baiklah. Tunggu sebentar."
Lalu dia pergi ke dapur, dimana Shizuka sudah ada di dapur karena membuat susu coklat kesukaannya.
"Oh, Shizuka. Kau tolong buatkan kopi dong. Ada temanku bertamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oniichan: My Rainbow Big Brother
Fanfiction#FFOC03 [COMPLETED ✅] Siapa yang tak kenal seorang Nijimura Shuuzou? Kapten yang dihormati oleh Kiseki No Sedai, nilai akademiknya selalu menuai prestasi, bahkan mendapatkan tawaran ke universitas terpandang setelah lulus SMA. Tapi tak ada yang meng...