Alea pulang saat mentari kembali keperaduan dan gelap mulai menguasai. Ayudia telah kembali kerumahnya meninggalkan Alea sendiri di rumah. Setelah dari cafe Samuel mengajak kedua kakak beradik itu untuk pergi ke taman melewati hari bersama bercerita tentang hari mereka. Kadang canda tawa menghiasi.
"Huh..." Alea menghela, harus merasakan suasana rumah sepi yang berbanding terbalik dengan yang dirasakan tadi saat bersama kakaknya dan Samuel.
Terlalu menyesakkan saat harus kembali ke kenyataan. Dibukanya pagar rumah dengan lambat. Mengambil kunci di dalam tas, hari ini di garasi rumah tampak lengang hanya ada mobil milik Alea. Biasanya ada motor milik Mang Adun si tukang kebun. Namun, tidak untuk saat ini Mang Adun dan istrinya Bi Iyah pembantu rumah tangga Alea pasti sudah pulang. Rumah mereka berada di dusun yang tidak jauh jaraknya dari perumahan elit tempat Alea tinggal.
Dibukanya pintu rumah dengan perlahan. Nampak gelap dengan meraba-raba Alea mencari saklar lampu.
"Sudah puas kamu ?" belum sempat Alea menghidupkan lampu sebuah suara mendahuluinya, memecah kesunyian rumah besar itu.
Alea yang bingung akan suara itu hanya bisa celingak-celinguk mencari arah suara itu, yang dia tahu jelas milik siapa. Setelah menemukan saklar dan menghidupkan lampu barulah dia menemukan si pemilik suara.
"Loh mas kamu disini, bukan dirumah mbak Indira kamu. Ini kan jadwal kamu disana, ntar dia marah loh mas sama aku," ucap Alea saat mendapati Gunawan duduk di sofa ruang tamu.
"Diam kamu!" hardik Gunawan pada Alea.
"Kamu kenapa sih ? Ada masalah di kantor ya. Itu kok mobil nggak ada di garasi, sama siapa kesininya ?" dengan kebingungan Alea bertanya pada Gunawan.
"Pura-pura nggak tahu kamu ya. Aku tadi di antar Rania, mobil mogok kutinggal di kantor."
"Pura-pura apa sih mas, sabar mas sabar jelasin pelan-pelan ya." Alea berusaha menenangkan Gunawan.
"Masih juga bertanya kamu aku kenapa. Wah bagus sekali bagus." Gunawan melempar banyak kertas ke arah Alea. Dan itu tepat mengenai wajahnya.
"Auuuu... apa sih kamu mas ?" sambil meraba wajahnya dia memungut kertas itu yang ternyata berupa foto. Di dalam foto terlihat kemesraan Alea dan Samuel saat dicafe dan taman.
"Ini apa ?" tanya Alea. "Kamu mata-matain aku hah...?" balas Alea mulai tak sabar. "Dapat darimana kamu semua foto ini, disanakan ada Kak Ayudia kenapa foto ini seperti diedit," ucap Alea saat didapatinya gambar dirinya bersama Samuel minus Ayudia.
Gunawan mendengus, "Kamu mulai berani sama aku ya, bagus keluar rumah dan pamer kemesraan di luar padahal kamu itu istri sah dari seorang Gunawan Hadi Kusuma. Kamu lancang sekali Alea, pernah kamu seperti itu diluaran sana dengan saya Alea ?" suara Gunawan mulai teredam akibat kemarahan yang sudah memuncak.
"Kamu tahu apa sih mas ? Dia itu Kak Sammy, tetanggaku dulu dan sudah aku anggap kakak kandung sendiri mas," Alea melangkah mundur perlahan menjauhi Gunawan.
"Persetan dengan anggapanmu itu. Toh nyatanya kalian tidak sedarah Alea. Bagaimana bisa kau membiarkan dia melakukan itu ?" Gunawan tidak dapat menahan amarahnya lagi."Bahkan kau tidak pantas disentuh pria selain daripada aku Alea." Dengan cepat Gunawan bangkit dari duduk lalu mendekat kearah Alea.
"Hei aku hanya dipeluk, kami sudah lama tidak bertemu. Mas kamu terlalu berlebihan," elak Alea tak mau kalah dari Gunawan.
"Sekarang kau ikut aku." Diraih nya tangan Alea.
"Ah... mas sakit lepasin mas lepas." Sekuat tenaga Alea melepas genggaman yang mencengkeram kuat tangannya namum jelas dia kalah dalam hal tenaga.
"Diam...jangan berontak!" hardik Gunawan menggelegar memecah kesunyian rumah besar itu. "Kau harus di beri pelajaran Alea."
"Mas, Alea salah apa itu cuma pelukan biasa nggak lebih," masih terus berusaha sementara Gunawan semakin menjadi-jadi.
"Binar matamu berbeda Alea, aku melihat ada rasa di sana. Berhenti mengharapkan laki-laki lain. Kau hanya milikku Alea"
"Tolong...tolong siapapun tolong aku hiks...hiks." Air mata mulai mengalir deras sementara tenaga Alea mulai terkuras.
"Haha teriak Alea teriak mana ada yang akan menolong wanita seperti kau ini." Gunawan terus menarik Alea sekali-kali dia juga menyeretnya.
Mereka berjalan ke arah kamar yang ada dilantai atas tepatnya ke kamar yang berada di depan kamar Alea. Kamar ini besar dan memiliki kamar mandi yang juga luas.
Gunawan berhenti di depan kamar mandi. Dia kemudian mengamati jari jemari Alea. Dan dia mulai murka lagi.
"Kau kemanakan cincin pernikahan dan cincin berlian itu ?" hardik Gunawan memekakkan telinga. "Kau memang keterlaluan."
"Mas sabar dong mas, lepasin tanganku mas. Itu cincinnya di lemari dekat kaca kamar mandi mas. Tadi di qlepas waktu mau mandi, lupa di pakai lagi." Alea sudah berhenti dari usahanya melepaskan diri dari Gunawan.
"Jangan banyak alasan kau Alea," dengan cepat Gunawan mendorong Alea ke dalam kamar mandi. Alea yang tidak sigap lalu terjatuh di lantai. Gunawan lalu mengunci pintu dari luar.
" Apa-apaan kamu, buka mas buka." Alea mengedor pintu, tetapi tidak juga dibukakan oleh Gunawan.
"Ini hukumanmu Alea. Diam dan terima saja."
"Buka mas disini dingin hiks...." tangis Alea mulai pecah saat dirasanya kedinginan menyelimuti tubuhnya.
Gunawan tidak sedikitpun mendengar penjelasan Alea bahkan tangisnya tak dihiraukan.
Dia berjalan menuju kursi yang ada di dekat jendela dan duduk disana.******
Alea tertidur saat di kamar mandi dia tidak sadar Gunawan membuka kunci setelah mengurungnya di sana 2 jam penuh.
Alea menggeliat dan merasakan tubuhnya tertidur di tempat yang empuk.
"Dimana aku ?" Alea melihat dirinya terselimuti hampir keseluruh tubuhnya.
"Bagaimana bisa aku tertidur di ranjang ini ?" kembali dia bertanya tapi hanya di jawab oleh helaan napasnya. Dia menggeliat lagi dan baru menyadari ada yang berat diperutnya. Ah, rupanya itu tangan Gunawan melingkar erat.
Alea terkejut, tubuhnya kini polos tanpa memakai sehelai benang pun."Mas, apa yang kamu lalukan. Mana baju ku?" Gunawan tertidur di samping Alea dengan pulasnya. Karena Gunawan tidak bangun juga Alea memutuskan untuk bangun dan dengan cepat menuju walk in closet. Diambilnya baju terusan warna putih untuk menutupi tubuhnya. Tanpa melihat Gunawan Alea langsung menuju kamarnya dan tidak lupa mengunci pintu.
"Dasar suami aneh," gerutu Alea.
Dering ponsel mengganggu, diambilnya tanpa melihat siapa yang menelepon.
"Halo..."
"..."
"Eh, Mbak Indira. Ada apa ?"
"..."
"Ada dirumah tuh. Abis marah-marah sama Alea dia langsung tidur"
"..."
"Takut ah bangunin dia sekarang Mbak Indira hubungi sendiri aja ya."
"..."
"Yaudah mbak." Alea menyudahi pembicaraan mereka.
"Akan kubuat orang yang menyebarkan foto itu menyesal," kata Alea pada dirinya sendiri.
Tbc
Jangan lupa vote ya, supaya semangat lanjutin BCA lagi 😘😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Cinta Alea
RomanceHanya mengikuti tanpa tahu harus bagaimana menjalani. Tak mampu lebih dari sekedar tegar mengawali bahtera yang terombang ambing diantara kamu, dia dan mereka. Alea gadis lugu yang terpaksa menjalani wasiat sang ayah, melunasi utang dengan dirinya. ...