#22 - Vania?

183 15 32
                                    

"Maaf ya kak," ucap Ailin dengan rasa bersalah dan menundukkan kepalanya.

"Iya gapapa. Gue juga tau perasaan lo gimana sama gue." ucap Dimas sambil mengelus kepala Ailin.

Ailin pun tersenyum padanya karena Dimas bisa mengerti. Ia sangat senang karena Dimas tidak memaksa nya untuk menjadi pacarnya.

Dimas juga tersenyum pada Ailin. Ia tahu, bahwa ini adalah jawaban yg sebenarnya. Tanpa ditanya pun, Dimas sudah tahu apa akhir dari hubungan Dimas dan Ailin. Hanya sebatas teman.

Dan ditempat yg sama, namun tak daling melihat, situasi seperti ini juga terjadi.

"Maaf. Gue sukanya sama yg lain. Kita juga bisa temenan," ucap Jaya. Jaya hanya melihat mata Nesa sekilas.

"Hooh, Gapapa. Gue juga tau lo suka sama yg lain. Dan dengan ini lo nolak gue," ucap Nesa sambil tersenyum.

Jaya hanya tersenyum sekilas pd Nesa, lalu lanjut fokus pada handphone nya.

Nesa hanya bisa tersenyum ikhlas pada Jaya.  Ia tahu bahwa akhirnya akan seperti ini.

~~~~

Setelah mereka menyelesaikan acaranya, secara tak sengaja mereka keluar bersamaan. Ailin dan Jaya yg merasa mereka saling berdekatan pun mencari keberadaannya masing-masing. Dan yaps! mereka saling melihat satu sama lain.

Mereka saling menatap satu sama lain. Mereka hanya berbicara lewat tatapan mereka, tanpa berbicara sedikit pun. Seolah mata mereka saling bersautan dan tau apa yg dibicarakan.

"Anjir lo kok bisa sama Nesa sih!"

"Ini kenapa lo bisa sama Dimas barengan. Disini lagi!"

"Aelah setan lo malah liatin gue. Jawab napa. Ga peka amat!"

"Lo jangan liatin gue mulu, sakit ini sakit rasanya!"

"Gue juga sakit bego!"

"Gue sakit Ailin!"

"Gue lebih sakit Jaya!"

"Ah tau deh!" batin mereka bersamaan.

Tanpa gerakan mulut, tanpa mengeluarkan suara, mereka bisa bersautan hanya lewat tatapan. Mereka memiliki ikatan batin yg kuat sepertinya.

Bahkan baju yg dikenakan pun bisa dibilang serasi. Ailin menggunakan baju berlengan panjang berwarna putih bertuliskan "I'm yours" dibagian tengah.

Dan Jaya menggunakan kaos berlengan pendek berwarna hitam bertuliskan "You're only mine!" di bagian depan kanan atasnya. Tulisannya tidak lah terpampang jelas dan besar.

Beberapa saat kemudian, saat mereka selesai melakukan kontak mata. Mereka melihat bahwa disamping mereka ada Dimas dan Nesa.

Mereka merasakan ada sesuatu yg menyakitkan saat melihat Jaya dengan Nesa dan juga Ailin dengan Dimas. Apa mungkin mereka cemburu? Entah lah.

Jaya sudah tak tahan melihat Ailin dengan Dimas. Jaya akhirnya memutuskan untuk langsung pulang. Ailin pun tidak senang dan merasa sakit lebih tepatnya melihat Jaya dengan Nesa.

"Kenapa lo ga nepatin janji lo? Apa sekarang lo udah berubah? Apa sekarang lo mulai lupain gue karena sifat gue gini? Maafin gue Lin. Gue emang cowok ga guna. Gue bakal usaha buat sayang sama lo, dan tetep perjuangin lo," batin Jaya frustasi sambil berjalan ke arah mobil.

Ailin hanya bisa diam melihat kejadian itu. Ia tidak mengeluarkan tangisannya secara fisik, namun secara batin ia telah nangis. Sangat sakit.

"Apa ini yg lo bilang? Lo bakal jauhin gue dan deketin Nesa? Tapi kenapa lo nyuruh gue buat tetep sayang dan jangan ninggalin lo Ya?" batin Ailin sambil menahan tangisnya agar tidak tumpah di depan umum.

Can We Together?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang