#26 - Diculik?

201 11 0
                                    

"Pergi lo dari sini!" teriak wanita tersebut yg tak lain adalah Ailin. Yah aku tau kalian sudah nebak ini. Cause it's so mainstream.

"Ailin udah, yg lo denger tadi bukan keseluruhannya," ucap Karla sambil menengkan sahabatnya itu.

"Lin! Apa lo ga denger sama gue? Gue sayang sama lo!" teriak Jaya yg berusaha menenangkan Ailin. Namun Ailin tak gampang percaya. Ia terlanjur sakit karena ucapan terakhir Jaya. Padahal, ia tak mendengarnya secara keseluruhan.

"Terus? kalau lo sayang sama gue? Kenapa lo bilang tadi bahwa lo sengaja nyuekin gue? Kenapa lo marah kalau mereka ini nyomblangin kita? Kenapa, Ya?!" tanya Ailin dengan nada yg meninggi sambil melanjutkan tangisannya.

Jaya memberi kode isyarat pertanda bahwa ia ingin berdua dengan Ailin dan sebaiknya mereka keluar. Mereka pun mengerti akan kode itu, mereka langsung pergi keluar dan menutup pintunya meninggalkan Jaya dan Ailin di dalam. Mereka berharap Jaya dan Ailin bisa menyelesaikan masalahnya.

Jaya berjalan mendekat pada Ailin. "Apa kamu denger sepenuhnya apa yg Dimas dan Riko bilang ke aku? Hm?" tanya Jaya lembut dan menyelipkan rambut Ailin yg terurai kedepan wajahnya ke belakang telinganya.

Mendengar pertanyaan itu, Ailin hanya menggeleng pelan.

"Nah itu kamu tau. Disini kamu cuma salah paham aja. Tadi waktu dikantin mereka niat nyomblangin kita. Nah kebetulan tadi kita diperpus berdua. Eh terus lampunya padam. Aku kira ini ulah mereka, ternyata bukan. Emang takdir kita seperti itu. Dan sebelum itu aku nyalahin Dimas dan Riko soalnya aku ngira itu ulah mereka semua. Dan aku marah karena aku kira mereka sengaja buat kamu nangis," ucap Jaya lembut yg membuat hati Ailin luluh.

"K-Kamu serius?" ucap Ailin sambil menahan isak tangisnya.

"Iya sayang. Aku serius. Apa perlu kamu aku seriusin juga biar cepet nikah?" ucap Jaya yg berusaha membuat Ailin tertawa. Dan Ailin langsung menahan malunya. Bisa-bisa nya disaat seperti ini Jaya menggombali Ailin. Dasar pria memang tukang gombal.

"Ngomong sayang seenaknya. Ini lagi bilang mau cepet nikah apalagi maksud kamu itu?" ucap Ailin dengan nada kesal.

Rasanya Ailin ingin sekali membunuh Jaya. Ia sedang kesal, marah, emosi terhadap apa yg Jaya katakan pada Dimas tadi. Tapi sekarang, Jaya malah bercanda dengan pikirannya itu. Sungguh, rasanya Ailin ingin makan mati-mati orang di depannya ini.

Mengapa tidak makan hidup-hidup? Karena Ailin tidak mau melihat Jaya hidup tapi ia telah memakannya, sayang. Mending ia lebih dahulu menikahi Jaya. Apaansih kok jadi mikir gini! Setan mana yg rasukin gue?! batinnya sambil menepis pikirannya jauh-jauh.

"Iya Lin, gituan. Ah masa kamu gatau. Gitu lo Lin. Cewe sama cowo kalau udah selesai nikah ngapain malemnya?" ucap Jaya dengan sedikit menahan tawanya. Lucu sekali melihat ekspresi Ailin saat ini. Ia tak menyangka, bahwa menjahili Ailin menyenangkan. Lebih menyenangkan dari yg ia duga. Mungkin sekarang ini akan menjadi hobi favoritnya.

"Lo ini yaa! Gamau gue sama lo! Otak lo mesum banget gila!" ucap Ailin sambil memukul lengan Jaya dan mendorongnya menjauh.

"Ih apasih, kamu kok pikirannya mesum? Orang 'gituan' maksud aku ya gitu. Bukan yg berhubungan dengan berhubungan gitu. Bukan gituan yg gitu gitu. Tapi gituan yang gitu," ucap Jaya sambil menahan tawanya.

"Terus aja gitu sampe gitu berubah jadi gitu," sahut Ailin yg kesal mendengar celotehan panjang Jaya yg tak jelas.

"Oh jadi kamu mau gituan?" tanya Jaya yg kini benar-benar menahan tawanya.

"Iyadong. Kan gituannya bukan yang gitu gitu, tapi gituan yang gitu. Yakan?" ucap Ailin polos yg bermaksud bercanda namun mendapat senyuman jahil Jaya.

Ailin pun mulai takut. Ia rasa ia salah bicara. Ia seperti mendapat senyuman dari seorang psikopat yg ingin mencari mangsanya.

"Jaya mau ngapain? Buseet jangan bilang dia mauu..."

"Enggak! Gak mungkin!"

"Dia mau nyium gue?!"

"Ih apaan nih gue kan belom siap oyy!"

"Ehh tunggu gue siap napa ni orang! Asal nyosor aja! Gue kan butuh pasokan udara juga!"

"Ni kenapa jantung gue jedag jedug astagaa!"

"J-Jaya lo mau ng-ngapain?" tanya Ailin terbata-bata karena Jaya yg mulai mendekatinya dari arah depan.

Ailin pun tak tau harus melakukan apa, ia bingung. Ia akhirnya menutup matanya.

Ailin terbelalak saat itu juga, Jaya mencium kening Ailin lama. Lalu setelah selesai mencium Ailin lama, Jaya mendekati telinga Ailin dan membisikkan sesuatu.

"Gue gabakal ngerusak harga diri lo. Sementara disini dulu. Nanti kalau udah mapan, dan cukup untuk kita. Baru kita akan melaksanakan semuanya. Termasuk yang aku bilang 'gitu' "

Ailin terdiam mendengar itu. Entah apa yg ia pikirkan, itu pikiran mesum atau pikiran romantis. Tiba-tiba saja Ailin memeluk tubuh Jaya sehingga Jaya kaget dan membuatnya hampir terjatuh diatasnya Ailin. Namun syukur masih bisa ia tahan dengan tangannya yg kokoh dan dengan sigap menahan badannya untuk tidak terjatuh di tubuh Ailin. Kalau tidak bisa panjang urusannya.

"Aku beruntung ketemu kamu. Gue sayang sama lo. Gue harap lo gabakal biarin gue kaya gini," ucap Ailin yg berada di pelukan Jaya.

Jaya mencari keseimbangan agar ia tak terjatuh menimpa Ailin. Akhirnya ia membalas pelukan Ailin dengan erat.

"Gue ga akan biarin kita HTS. Gue bakal secepatnya ngasi kepastian buat lo," bisik Jaya di telinga Ailin yg membuat Ailin mengeratkan pelukannya. Mereka sangat nyaman dan rasanya tidak ingin ada yg mengganggu mereka.

~~~~

"Kayanya Jaya berhasil bujuk Ailin deh," ucap Nesa yg berada di kantin karena ia dan Karla tadi dihusir dari ruangan itu.

"Iya kayanya. Kita mah gaperlu nyomblang lagi. Tuhan emang udah nakdirin mereka berdua. Kita cuma nambah gula di takdir mereka," ucap Riko dengan sok bijaknya.

"Wah ajaib, tumben pacar gue pinter!" puji Karla yg terkesan mengejek sambil mengacak rambut Riko.

"Wah ajaib, tumben ngakuin gue pacar!" balas Riko pada Karla sambil melirik Karla.

"Hm permisi ya, disini ada yg jomblo," sinis Dimas. Rasanya ingin memusnahkan para manusia yg sedang bermesraan di depan umum. Khusunya di depan kaum yg tidak memiliki pasangan. Miris sekali. Segitu ngenes nya hidup Dimas?

"Yauda gih pacaran aja lo bedua!" saran Karla acuh.

Mereka hanya bercanda tawa ria. Tiba-tiba Jaya datang sendiri ke arah meja mereka.

"Doinya manahh?" tanya Karla yg memperhatikan tidak ada Ailin disekitar Jaya.

"Ailin tadi diculik," ucap Jaya pelan.


-Bersambung-

Widihh Gila si Jaya. Aku mau dong punya doi kaya Jaya. Ya walaupun gitu, nyebelin, cuek. Tapi gimanaa gitu.

Apa daya doiku ga peka~
*Edisi curhat*

Gausa banyak bacot. Mending kelarin urusan gue sm Ailin -Jaya

Buset komen ae Jaya

----

Wah kalian?! Makasi🤗

Can We Together?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang