Tiba-tiba seseorang menarik Ailin dalam dekapannya. Ia meronta saat awalnya orang tersebut memeluk dirinya, namun kelamaan ia tersadar dan diam serta membalas pelukan itu. Pelukan yg sudah lama sangat ia rindukan.
"Lo gapapa kan?" Ailin justru terkaget saat melihat siapa yg mendekap dirinya.
"J-Jaya?" tanya Ailin yg terbata-bata sambil mengangkat kepalanya.
"Gue bukan Jaya," ucap orang tersebut yg malah membuat Ailin bingung.
"Gue Es Ayamnya Es Lilin." sambungnya.
Senyum Ailin merekah. Ia sangat senang. Rasa takut yg ia rasakan tadi seketika berubah menjadi rasa senang bercampur bahagia saat melihat sang kekasih. Bukan, namun teman? Ia rasa lebih dari itu.
Ia sangat rindu dengan pria ini. Pria yg selalu memberi kejutan padanya. Pria yg selalu memberi tawa pada Ailin. Pria yg bisa membuat Ailin luluh. Dan juga pria yg bisa membuat Ailin sakit, sesakit sakitnya.
Tak perlu waktu lama lagi, Ailin langsung mendekap pada pelukan Jaya. Ia memeluk erat badan Jaya yg tidak dibilang kecil itu. Jaya pun membalas pelukan Ailin dengan sangat erat. Mereka rasanya tak ingin melepaskan pelukannya satu sama lain. Mereka ingin melepas rindu yg dilanda mereka selama berbulan-bulan lamanya. Pria yg selalu berada di dekat Ailin, namun sikapnya mereka seperti orang asing. Mereka ingin melepas rindu dan mengingat semua kenangan yg telah mereka buat.
"Gue kangen. Tunggu aku ya, sebentar lagi sayang," bisik Jaya pada Ailin dan membuat Ailin bergetar mendengarnya dan menambah eratkan pelukannya. Jaya mengelus punggung Ailin dan memberinya ketenangan.
"Gue juga kangen. Janji ya jangan lama-lama?" ucap Ailin sambil menahan isak tangisnya.
"I'm promise," jawab Jaya sambil tersenyum dan kembali memeluk Ailin.
Tanpa mereka sadari, daritadi beberapa orang melihat kejadian itu. Mereka sangat senang melihat itu. Mereka tersenyum bahagia.
"Kita ga niat nyomblangin mereka kaya gini, tapi takdir nemuin mereka disini."
"Makasi karena udah ngajak Ailin ke perpus."
"Sans aja. Lagipula gue beneran mau ke perpus buat ngambil buku. Dan saat gue tingal eh udah padam lampunya."
"Ko, Dim, La, emang mereka kalau udah ditakdirin kita bisa apa? Tanpa kita bantu mereka juga bisa. Kalau emang jodoh, takdir ga kemana."
Ya mereka adalah Dimas, Nesa, Riko, Karla. Ini memang bukan rencana dari mereka. Karla hanya pergi keluar sebentar untuk ke toilet. Namun saat ia kembali ke perpustakaan, ia melihat lampu perpustakaan mati. Dan ia merasa takut dan langsung mencari Riko yg kebetulan disana ada Nesa. Riko engga selingkuh sama Nesa kok. Riko setia sama Karla.
Akhirnya, setelah mereka sampai di perpustakaan. Ia tak sengaja melihat Ailin dan Jaya berdua sedang berpelukan. Mereka tak ingin mengganggu momen ini. Mereka juga sudah memberitahu pihak sekolah bahwa lampu perpustakaan mati.
Lampu hidup kembali, keadaan menjadi terang. Ailin melihat Jaya di depannya.
"Udah berapa lama gue ga ngeliat senyum lo?" batin Ailin sambil menatap Jaya.
"Gue seneng bisa gini sama lo Lin. Semoga lo betah nunggu dan setia sama gue." batin Jaya sambil tersenyum tipis menatap Ailin.
"Ailin!" teriak Karla membuyarkan lamunan mereka berdua.
"Lo kemana ja? gue takut tauga!" kesal Ailin.
"Ya maafin gue. Tadi gue ke toilet kan. Trus balik-balik lampunya mati. Gue takut masuk. Yaudah gue cari Riko. Dan lo berdua ke gep sedang pelukan. Ogah gue masuk!" jelas Karla sambil menceritakan semuanya pada Ailin. Kini ia tidak sedang berbohong. Lagipula, buat apa mereka nyomblangin sampai Ailin ketakutan begini? enggak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Together?
Teen Fiction[Completed] ✔️ Jaya si manusia yg bisa dibilang jutek, bodoamat, nakal, namun berbeda pada Ailin. Ailin si manusia yg bisa dibilang pendiem, cuek, moody, namun itu semua bisa dihilangkan karena Jaya. Berawal dari ga kenal jadi duduk bareng. Berawal...