Pada hari itu, cuaca sedang hujan, yang dimana hujan terjadi di daerah salah satu kota dengan julukan 'kota hujan' di Indonesia, segera ku ambil payung yang terletak di sudut ruangan kamar asramaku.
"Yaaahhh hujan" gumamku lirih, pertanda aku tidak menginginkan hal tersebut terjadi.
Segera aku mengambil tas hitam yang aku beli 1 tahun lalu dan segera kukenakan. Maklum aku harus menghemat, dikarenakan aku harus pintar-pintar mengelola keuangan, karena selalu saja ada keperluan mendesak yang mengharuskanku mengeluarkan sejumlah uang yang telah ku tabung. Tanpa menunggu lama, sweater hitam dan sepatu putih kesayanganku sudah terpasang sempurna.
Yaa, barang yang paling aku suka dari semuanya adalah sepatuku, sepatu berwarna putih. Alasannya? Entahlah, mungkin karena tampak dewasa saat menggunakan itu.
Segera ku raih gagang pintu kamar asrama. Seingatku engsel pintu tersebut pernah lepas, dikarenakan saat temanku bermain ke kamarku, mereka berkelahi, tanpa sadar pintu kamarku sampai roboh, kejadian yang tidak akan bisa aku lupakan, karena aku lah yang harus memperbaiki itu semua.
Huft menyebalkan.Ku buka perlahan pintu kamarku , dengan senyuman aku melangkahkan kaki..
"Bismillah.." ucapku.
***
Sepuluh menit aku berlari menuju stasiun yang tidak jauh dari asramaku. Tanpa sadar, sweater yang kugunakan tampak basah karena hujan. Tidak masalah bagiku, asalkan bisa sampai kelas tepat waktu.
Sesampai di stasiun, sembari menunggu kereta selanjutnya datang. Aku duduk di bangku pojokan, yang dimana bangku tersebut tidak saling berhadapan namun saling membelakangi. Ku lihat ada seorang wanita, berpakaian serba hitam, aku duduk saja di belakangnya tanpa perduli dia siapa.
"Haduhhh," ucapku mengeluh
"Jam berapa akan berhenti?!" kataku dengan suara kecil namun penuh kekesalan.
"Hujan itu anugrah..." suara perempuan terdengar dari belakang tempat dudukku.
"Dikarenakan setiap tetes nya mengandung makna yang dalam," lanjutnya lagi.
Aku bingung, apa maksud dari perkataan wanita tersebut? Aku menoleh ke arah belakang, kulihat seperti ada tali yang mengikat di belakang kepalanya. Dan ternyata itu cadar.
Benar, wanita tersebut menggunakan cadar, berbalut gamis serba hitam.
"Maksudnya?" kataku kecil sembari menundukkan pandangan. Tidak ada balasan darinya.
Suara kereta mulai terdengar, berisik dan gemuruhnya stasiun sangat terdengar jelas di telingaku, dan itu semua pertanda kareta yang ku tunggu akan segera tiba.
"Maaf..." Aku menoleh ke arah belakang, dan ternyata wanita tersebut sudah tiada. Sudah berlalu pergi tanpa sepengetahuanku.
"Dasar misterius.." ucapku pelan.
Aku melirik ke arah tempat yang barusan diduduki oleh wanita tadi, Aku seperti melihat sesuatu yang asing, dan ternyata benar.
"Ahh..dompetnya," kataku. Dia meninggalkan dompetnya entah sengaja ataupun terlupa. Aku melihat ke kiri dan ke kanan untuk memperhatikan apakah masih ada dia di sekitaran stasiun atau tidak.
"Aku harus mengembalikannya," kataku.
Aku mencarinya, ke gerbong-gerbong kereta.
"Maaf..permisi..."
Ternyata tidak ada.
Aku tidak kehabisan akal, Aku kembali mencari lagi ke tempat penjualan tiket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pantas Ku Merindu
Teen FictionBercerita tentang laki-laki bernama 'Rahman Qolbi' berusia 19 tahun, mempunyai hobi menulis, tiba-tiba bertemu dengan sosok perempuan misterius saat di stasiun salah satu kota yang dijuluki kota hujan di Indonesia, dikarenakan pada saat itu Qolbi ba...