Bab 4 - Suara Merdu Muazin

2.2K 288 68
                                    

Mendengar pernyataan anak muda tersebut, sontak Pak Lukman kaget luar biasa. Karena tidak pernah ada satu pria pun hingga saat ini yang berani melamar anaknya, Hafsah. Namun kali ini, ada polisi muda yang dengan gagahnya berbicara langsung dengan Pak Lukman dan mengutarakan niatnya.

"Ini bukannya Yusuf?" tanya Pak Lukman, "Kok tiba-tiba mempunyai niatan buat melamar anak bapak?" Lanjut Pak Lukman.

"Iyaa benar Pak, saya Yusuf. Tujuan saya melamar anak bapak karena ingin sekali menjaga pandangan dari yang haram. Disisi lain, saya ingin mempunyai istri yang dapat memperkuat keimanan saya kepada Allah. Dan In syaa Allah, pilihan saya jatuh ke anak bapak atas izin Allah." Ucap Yusuf,

"Ma syaa Allah, niatan yang baik. Bapak menghargai keberanian dan niat baik kamu. Tapi, semua keputusan berada di anak bapak, jika dia bersedia dan dia ridha terhadapmu. Maka, bapak bersedia menikahkan kalian. Sebab, Hafsah sudah mulai dewasa. Dan dia pantas untuk memilih calon suami yang nantinya akan menjadi imam di dalam rumah tangganya. Karena dialah yang akan menjalankan serta merasakan kehidupan rumah tangganya nanti, bukan Bapak. Jadi semua keputusan ada di Hafsah, begitu Yusuf." Ucap Pak Lukman kepada lelaki muda tersebut,

"Maaf pak bila lancang. Jika berkenan bolehkah Hafsah dipanggilkan kemari, dan mari seksama kita mendengar keputusan dari nya. Karena saya lebih merasa puas jika mendengar langsung ucapan dan jawaban yang terlontar dari Hafsah sendiri. Bagaimana, Pak?" Pinta Yusuf dengan lembut.

"Baiklah, sebentar bapak panggilkan Hafsah." Ucap Pak Lukman, seraya memanggil Hafsah dengan lembut.

"Sayang, kemari nak. Ada hal penting yang ingin Abi sampaikan." Seru Pak Lukman memanggil Hafsah dengan lembut.

Segera Hafsah beranjak dari tempat ia duduk, dengan langkah cepat ia mendatangi ayahnya. Karena begitu khidmat terhadap ayahnya, yang dimana Hafsah begitu meneladani sosok Fatimah dalam berbakti dan mengabdi kepada Rasulullah sebagai seorang ayah.

"Iyaa bi, ada apa?" sahut Hafsah yang telah berada disebelah Pak Lukman, dan berada di tengah suasana yang menegangkan.

"Jadi nak, ini ada seorang pemuda. Namanya Yusuf, Ia berniat untuk melamarmu. Semua keputusan Abi serahkan kepadamu, karena Abi sangat ingin melihat anak Abi memilih seorang pria yang nantinya dapat menjadi imam dan membahagiakan Hafsah hingga hari tua nanti. In syaa Allah, semua keputusan silahkan Hafsah yang ambil." Ucap Pak Lukman,

"Abi..."

"Iya sayang?"

"Hafsah ada suatu permintaan serta pertanyaan terhadap lelaki yang bernama Yusuf ini, Bi. Jika berkenan, bolehkah Hafsah menyampaikan kepadanya prihal permintaan dan pertanyaan itu?" Pinta Hafsah kepada Pak Lukman sambil menundukkan pandangannya.

"Boleh sayang. Silahkan, jika permintaan dan pertanyaan itu dapat menentukan pilihan Hafsah kedepannya. Abi tidak masalah." Balas Pak Lukman kepada Hafsah.

"Baiklah bi. Untuk mas Yusuf, pertanyaannya sederhana saja. Saat maghrib tadi, mas sholat berjama'ah ke masjid?" Tanya Hafsah,

Mendengar pertanyaan tersebut, Yusuf begitu kaget. Karena saat maghrib tadi, ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Sehingga ia hanya sholat di kantor nya saja, sendirian dan tidak berjama'ah.

"Maghrib tadi ya? Hehe, sholat sendirian sih dek. Karena masih tugas tadi." Ucap Yusuf sedikit grogi,

"Hmm begitu, iya mas. Lalu, tadi subuh berjama'ah?" Lanjut Hafsah bertanya masih seputar prihal sholat.

"Subuh tadi ya? Alhamdulillah berjama'ah. Tapi iya begitu dek, sedikit kesiangan. Pada saat orang tasyahud akhir, mas baru datang. Hehe." Ucap Yusuf, yang dahinya kini mulai penuh oleh keringat.

Tak Pantas Ku MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang