Bab 3 - Awal Dari Segalanya

5.4K 431 115
                                    

Allahu akbar Allahu akbar

Suara adzan mulai menggema ke seluruh penjuru wilayah kampus, semua orang beriman pun berbondong mendatangi seruan tersebut untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Qolbi pun mengadahkan wajahnya ke langit seraya berkata,

"Masalah, aku punya Allah yang lebih besar, bismillahi allahu akbar." ucapnya,

Qolbi mulai melangkahkan kaki nya menuju rumah Allah, setiap langkah nya bernilai pahala, sebagai melebur dosa, juga dapat meninggikan derajat di sisiNya.

Tidak butuh waktu lama, Qolbi pun sampai di area masjid.

"Kalau di letakkan sepatu di sini bisa hilang, hmm." ucap Qolbi,

"Mungkin harus di lakukan ikhtiar sedikit. Setelah ikhtiar, ya tinggal tawakal." lanjut nya,

Qolbi meletakkan satu sepatu di pojok kiri sangat pojok, lalu di balikkan sepatu itu menghadap ke bawah. Lalu sepatu yang satu lagi di letakkan di pojok arah sebaliknya, lalu di balikkan kembali menghadap ke bawah.

"Kalau sudah begini, sholat bisa khusuk dan tenang In syaa Allah." ucapnya,

Mulai lah Qolbi berwudhu dan melaksanakan sholat, di letakkan tas hitam di hadapannya yang berisikan di dalamnya kotak makan dari Zahra.
Seusuai sholat, Qolbi kembali berdoa.

"Duhai Allah, sungguh tidaklah seorang pun yang menguasai hati ini melainkan Engkau. Duhai Allah, hati ini sedang terusik oleh perasaan yang tidak seharus nya di rasakan. Duhai Allah, Dzat pembolak balik hati. Tentramkanlah hati dan jiwa ku, untuk senantiasa mengingatMu. Dan berikanlah jalan keluar di setiap permasalahanku, aamiin."

Qolbi pun mengambil tas nya, lalu beranjak keluar masjid. Tidak lupa setiap detail nya di perhatikan. Jika tadi Qolbi masuk masjid menggunakan kaki kanan. Lantas saat keluar masjid, ia menggunakan kaki kiri. Di ambil sepatu putih kesayangannya, lalu di kenakan.

"Mungkin harus ke tempat itu lagi." ucap nya,

Seusai menggunakkan sepatu, berjalanlah Qolbi menuju tempat yang sebelum nya pernah ia datangi untuk menenangkan diri. Yang di mana pohon rindang lah sebagai peneduh, kicauan burung sebagai lagu, dan udara segar berperan sebagai penjernih fikiran. Tujuh menit berjalan,

"Akhirnya, sampai." ucapnya,

Qolbi membuka tas dan mengambil kotak makan yang di berikan zahra pagi tadi di stasiun. Saat Qolbi membukanya,

"Nasi goreng?" ucapnya, "Alhamdulillah nasi goreng, bisa untuk mengisi perut supaya cacing tidak bentrok di dalam perut, haha." lanjutnya,

"Namun,"

"Aku masih merasa bersalah kepada Zahra atas ucapan ku tadi pagi,"

"Betapa kasarnya aku mengatakan zahra bertindak bodoh,"

"Mungkin nanti aku akan meminta maaf,"

"Nasi goreng sea food ya. Tapi, nasi gorengnya tidak di beri kecap. Penasaran bagaimana rasanya?" ucap Qolbi, lalu memulai suapan.

"Enakk, rasanya kaya akan rempah. Memang Zahra kalau soal masak, jagonya." ucap Qolbi,

Dengan lahap Qolbi menghabiskan makanan dari Zahra, tiada tersisa satu butir nasi pun di dalam kotak makanan tersebut.

"Alhamdulillah, waktu nya bergegas ke kelas. Masih ada jam hingga menjelang ashar nanti." ucapnya,

Lalu Qolbi membereskan kotak makanan tersebut, dan kembali memasukkannya ke dalam tas.

***************

Lima belas menit berjalan, akhirnya Qolbi sampai di kelas. Terlihat masih tidak banyak siswa yang menempati ruangan. Segera Qolbi mengambil tempat, Qolbi memilih duduk di barisan tengah. Sembari menunggu dosen, dia membaca ulang pelajaran yang kala itu di berikan dosen yang sempat ia cari kembali di internet, kali ini dia tidak terlambat masuk kelas.

Tak Pantas Ku MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang