Cuaca siang ini terasa panas sekali, saking panasnya jalan aspal mungkin bisa untuk memasak telur seperti yang ada di video-video youtube. Sedari perjalanan dari rumah Aida hanya diam saja di mobil, tak ada sepatah katapun yang ia ucapkan, ia malas sekali rasanya pergi ke acara kajian. Pikir Aida cuaca seperti ini enaknya pergi ke mall makan es krim, daripada hanya kumpul duduk dempet-dempetan dengan Ibu-ibu di masjid mendengarkan ceramah.
Keringat mulai bercucuran di wajah Aida, walaupun mobilnya sudah pake ac rasanya tetap saja gerah. Kini tangannya mulai sibuk melepas peniti dan jarum pentul yang dipakaikannya di kerudung khimar yang panjangnya hingga sepinggang.Tanpa sepengetahuan Aida, ayahnya melihat setiap gerak-geriknya dari kaca spion depan. Setelah selesai melepaskan semua yang menempel di khimarnya, dengan segera Aida melepaskan khimarnya hingga kini kepalanya tidak tertutup apapun dan itu membuat rambut panjangnya yang hitam legam terlihat.
"Kenapa jilbabnya kamu buka Dek?" Ayah membuka suara, matanya menatap tajam Aida dari kaca spion depan.
Aida langsung menujukan matanya ke kaca spion yang sedang ayahnya lihat.
"Aku gerah Yah, panas banget."
Bunda menengok ke belakang, kearah anaknya.
"Apa yang membuat kamu gerah, Sayang?"
"Ngga tau Bun, mungkin karena aku ngga terbiasa pake jilbab kayak Bunda makanya aku ngerasa gerah banget, apalagi ini jilbabnya panjang banget." sahut Aida.
Bunda tersenyum.
"Nah, makanya mulai sekarang kamu harus terbiasa pake jilbab,"
"Ngga mau ah Bun, aku belum siap," tolak Aida dengan dahi yang berkerut.
"Siap ngga siap itu sudah menjadi kewajiban setiap muslimah Sayang, menutup aurat itu hukumnya wajib. Kamu tau 'kan aurat wanita itu seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan," jelas Bunda, nada bicaranya sangat lembut, khas ibu-ibu yang menasehati anak perempuannya.
Aida mengangguk, ia paham bahkan sangat paham, hampir setiap hari rasanya bunda dan ayahnya selalu berbicara perihal itu padanya.
"Kalau kamu paham perihal itu, lantas kenapa kamu belum juga menutup aurat kamu Dek?" sahut Ayah, matanya fokus menatap ke depan jalanan.
Aida menghendikan bahunya. Kalau ditanya kenapa, alasannya cuma satu, ia belum siap saja kalau kemana-mana harus mengenakan jilbab. Apalagi kalau tiba-tiba saja ia datang ke kampus dengan mengenakan jilbab, bisa-bisa ia jadi pusat perhatian, dan ia belum siap dengan itu.
"Kamu ingat 'kan Dek dalam surah Al-Ahzab ayat lima puluh sembilan...,"
"Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka!' Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." potong Aida cepat, ia mengikuti gaya bicara ayahnya saat mengingatkannya dengan surah Al-Ahzab.
Ayah dan bunda tersenyum bersamaan.
"Putri ayah memang pintar," puji Ayah, senyum masih menghiasi wajahnya. "Kalau kamu sudah sangat hafal dengan ayat itu, kapan kamu akan mengamalkannya Sayang?"
Aida tak menjawab, ia justru membuka tasnya dan mencari-cari keberadaan headsetnya yang nyelip diantara dompet dan perlengkapan wanita lainnya. Setelah menemukan headset, dengan segera Aida memasangkan headsetnya itu ke handphonenya dan memasangkannya di kedua telinganya.
Satu persatu lantunan lagu mulai menggema di telinga Aida, bahkan tanpa sadar ia mulai menggerakkan kepala dan tangannya saat lagu kesukaannya terputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuberi Tasbih Untukmu
SpiritualSebaik-baiknya aku adalah lebih baik kamu yang telah membuatku lebih baik. Terimakasih karena kau telah membuat hidupku yang gelap menjadi terang hingga aku tahu arti hidup ini sebenarnya. Aku bersyukur karena Allah telah mempertemukan kita, ak...