✨23 ✨

259 15 0
                                    

Donghan duduk di kantin sendirian sembari memakan sandwich miliknya. Ia terus melihat ke arloji miliknya.

"Kemana mereka? Daniel hyung tidak ada, hyorim noona dan da in noona juga menghilang. Kemana mereka semua sebenarnya?" gumam Donghan, ia pun menyeruput juice avocado miliknya. Namun itu telah habis.

"Em? Kenapa cepat sekali habis? Aku harus beli lagi"

Donghan bersiap beranjak dari duduknya. Sesaat ia beranjak, seseorang meletakkan avocado juice kesukaan donghan di atas meja nya. Donghan tampak heran lalu menoleh kepada orang yang meletakkan avocado juice itu ke atas meja nya.

"Oh.. kau?"

Seseorang itu tersenyum simpul kepadanya.

***

Mereka berdua duduk saling berhadapan satu sama lain. Dari 5 menit yang lalu setelah pertemuan mereka, suasana tiba-tiba terasa canggung. Tidak ada dari mereka berdua yang membuka pembicaraan. Donghan menatap lurus juice avocado nya agak lama.

"Emm.."

Donghan segera mendongakkan kepala nya seiring orang didepannya membuka suara.

"Aku ingin berterima kasih padamu"

"Karena tadi kau menyelamatkan aku dari tingkah bodohku didepan Yongguk Sunbaenim"

Orang itu tampak berbicara agak terbata. Donghan menatap nya, lalu tersenyum simpul.

"Kau tidak perlu berterima kasih. Lagipula semua nya memang tidak disengaja. Kau tidak sepenuhnya salah" ucap Donghan.

"Walaupun begitu.. aku sangat berterima kasih padamu. Jadi aku memberikan juice itu untukmu. Aku tau kau sangat menyukainya"

Donghan kembali menatap juice avocado diatas meja.

"Terima kasih atas juice nya, Chaeyoung" ujar Donghan sembari tersenyum simpul.

Chaeyoung mengangguk.

"Oh iya. Aku dengar Yongguk Sunbaenim terus saja meminta mu..."

"Yongguk Sunbaenim? Bukannya kau selalu memanggilnya Oppa? Kenapa tiba-tiba..?"

"Ahh... Itu karena dia yang minta. Dia tidak terlalu suka mendengar jika orang memanggilnya dengan sebutan sunbae, dia lebih suka dipanggil begitu oppa atau hyung"

"Benarkah? Kenapa aku baru tau.. Yongguk Hyung"

Chaeyoung terkekeh.

"Ah iya. Aku dengar yongguk sunbaenim selalu meminta mu untuk jadi anggota bem kampus. Tapi kau tidak menerima nya. Kenapa?"

"Ahh soal itu? Aku tidak terlalu suka terikat dengan sesuatu yang menurutku berat. Aku hanya ingin membantu jika ada masalah saja atau memang dibutuhkan"

Chaeyoung mengangguk mengerti.

"Emm.. chaeyoung"

"Ya?"

"Kau dan jihoon.. kalian terlihat dekat?"

"Jihoon? Ahh itu.. sebenarnya orang tua kami saling.."

Chaeyoung tak sengaja melihat air wajah donghan yang seakan menunggu jawabannya. Dia pun menghentikan kata-kata nya sembari menatap donghan.

"Saling... Kenal. Ya.. begitulah" lanjutnya dengan canggung.

"Ahh.. begitu rupa nya.." donghan mengangguk paham. Ia kembali menyeruput juice avocado nya.

"Terima kasih atas juice nya" ucapnya sembari tersenyum simpul.

***

"Kau tidak punya teman untuk diajak bermain, Jihoon?"

Yg empunya nama menoleh.

"Ahh ibu.. ibu kan tau aku tidak mau menyia-nyiakan waktu untuk bermain dengan orang-orang seperti mereka"

Jihoon tengah berada di kantor ibu nya. Ibu nya terlihat sibuk dengan berkas-berkas di atas meja nya. Jihoon sedari tadi hanya duduk dan memainkan ponselnya untuk bermain game.

"Chaeyoung?"

Jihoon seketika menghentikan aktivitasnya dan menatap malas ibu nya.

"Ibu.. ibu yakin akan menjodohkan ku dengannya? Eomma yakin tidak salah memilih? Apa aku terlihat tidak berharga sekarang?" Sahut jihoon.

Ibu nya menatap tajam.

"Kenapa? Kau tidak menyukainya?"

"Oh! Dia benar-benar bukan style ku buu. Aku sudah bilang pada ibu.."

"Apa kau pikir kau bisa melakukan semaumu, Park Jihoon?"

Jihoon mencoba menghindari tatapan ibu nya sembari memanyunkan bibirnya.

"Tapi....tetap saja bu..."

"Kau harus menikahi nya nanti. Bila perlu kau harus lebih dulu menikah dibandingkan Hyunbin"

"Tapi kenapa bu??"

"Karena ini kemauan ayahmu. Bukankah kau mau jadi pewaris?"

Jihoon menaikan sebelah alisnya sembari menatap heran pada ibu nya. Jadi itu syarat dari ayahnya?

***

Hyunbin membuka masker dan sarung tangan karet nya, lalu mencuci tangannya dalam diam. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Hyunbin menoleh, lalu menyunggingkan senyum.

"Wahhh... Aku kira karena kau jarang masuk kelas jadi kau akan terlihat bodoh saat praktek. Ternyata.. tidak ku duga kau hebat juga temanku"

"Sejak kapan kau melatih mulutmu untuk memujiku, samuel?"

"Kau ini. Aku mengatakannya dengan jujur. Kenapa kau selalu berburuk sangka padaku"

Hyunbin mengangguk.

"Oh iya.. apa kau lihat kenta? Tadi dia tidak ada dikelas"

"Kenta?"

Hyunbin menggeleng.

"Sejak tadi pagi aku tidak melihatnya.."

"Mungkin dia sedang ada di perpus"

"Aku sudah memeriksa kesana tapi dia tidak ada. Anak itu sudah 2 hari ini tidak mau masuk kelas dan sekarang malah kabur ntah kemana"

Hyunbin mengambil ponselnya dan menelpon kenta

"Halo?"

"Hey! Kau ada dimana? Kau tidak tau hari ini kita punya kelas penting? Kau malah tidak ada"

"Pelankan suara mu, Kwon Hyunbin. Aku tau"

"Lalu? Kau kemana?"

"Aku sedang mengunjungi ibuku. Dari kemarin aku terus berpikir apakah aku harus mengunjunginya atau tidak. Dia telah menyiksaku, membuat hidupku menderita tapi dia tetap ibuku. Aku harus mengunjunginya"

Hyunbin terpaku sejenak. Ibu.

Samuel menatap hyunbin heran.

"Hyunbin.. dimana dia?"

Hyunbin menutup sambungan telepon itu duluan.

"Dia sedang bersama ibu nya. Dia bilang dari kemarin dia bingung harus pergi atau tidak. Tapi akhirnya dia pergi juga"

"Ibu nya? Ke pemakaman?"

Hyunbin mengangguk. Lalu merangkul pundak samuel.

"Sudahlah. Jangan ganggu dia. Dia juga butuh waktu sendiri. Jangan hubungi dia, dia akan pulang sendiri"

🌻

Maaf kalo banyak typo dan gaya bahasanya campur aduk hehe Terima kasih sudah bacaa🍀

Jangan lupa vote dan comment yhaaa🌈

Salam ❤ dari acuuu

Better - Kang Daniel [WANNA ONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang