Ku melihat ia terdiam,
Di kala dinginnya malam.
Saat itu angin berhembus,
dinginnya seakan menusuk.
Tatapannya tajam,
seperti menghujam siapapun yang melihatnya.Ia lenyap dalam kepedihan yang mendalam,
serta kesedihan yang kini sudah akrab dengannya.
Kala itu,
ia kehilangan seseorang yang berarti.Aku mendekat kepadanya,
sangatlah dekat.
Kemudian ku bisikkan sesuatu yang bisa membangunkan semangatnya.Usaha ku berhasil,
ia bisa bangkit,
ia bisa melawan rasa putus asanya itu.
Kini ia berdiri untuk mencari masa depan yang berarti,
dan dia memilih diriku.
Aku tidak senang, bahagia,
ataupun sedih.Namun aku justru berfikir,
ia memilih diriku? Ah, tingkat kepercayaan diriku begitu tinggi,
mana mungkin ia memilih diriku?
Mustahil,
karena Aku hanyalah pelampiasan dari ia yang sudah merasakan kehilangan.Monochrome // Kehilangan
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome
PoetryHanya sekedar kumpulan catatan hati seseorang yang tidak memiliki kemampuan menulis sekalipun.