🍁8

64 4 0
                                    

HUJAN ditemani dengan suara kamu untuk beberapa menit ditambah susu hangat rasa vanilla membuatku seketika kedap akan dunia sibukku.

Kamulah kedamaian yang aku butuhkan di saat-saat seperti ini.

Kamulah rasa tenang yang aku idam-idamkan untuk selalu ada di saat penat ini mulai menggerogoti.

Kamu seberkas cahaya di saat dunia di sekelilingku mulai menggelap.

Kamulah hal sederhana yang aku mau dan aku butuhkan.

Namun, Tuhan berkata lain. Lalu aku bisa apa?

Biarlah senyum ini menjadi sihir agar langit tetap cerah, agar awan di sekelilingnya tak ikut mendung dan agar hujannya teredam oleh gemuruh guntur.

Kamu, Awannya Langit.

Kamu, penyemangatku yang harus segera sirna.

Kamulah salah satu kepingan puzzle dalam literaturku.

Kamu, iya kamu.

Kamu ... laut yang terlalu luas untuk aku genggam yang aku sirnakan menjadi awan.

Kamu yang jauh di sana, namun selalu dalam hati dan pikiran.

Terimakasih--telah menjadi sumber inspirasiku saat ini.

Dan maaf ... perasaanku masih sama :)

P.S. Jangan lupa bahagia dan selalu bahagia :)

Dari Langit Untuk Awan.

7 Agustus 2016

Dhita's Real Life DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang