Kau bersuara, mendengungkan kata-kata
Harusnya telingaku peka
Namun mengapa hatiku yang terluka?Kupikir lidahmu berbelati
Namun nyatanya otakmu yang tak berhatiKetika kumemilih pendam
Kau malah memilih serang
Ketika kupilih bungkam
Kau malah pilih cercaPadahal, tak sampai hati kulukai
Namun siapa yang peduli?
Oh, banyak
Sampai-sampai terasa nyeri14 September 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhita's Real Life Diary
Poetry[Rekam Jejak Tulisan Sederhanaku] Hanya puisi. Kurang lebih refleksi diri. Selamat menikmati :) P.S. Tanggalnya tidak urut~it means kejadiannya juga bisa tidak urut.