***
Don't copast
Vot + com (Maksa 😂😋)
Enjoy your story
***
Jangan menilai orang lain dari luarnya, belum tentu orang yang baik itu baik
***
Author's POV
Hu uh! Bisa-bisa nya sih aku ngelamun sampek selama itu? Harusnya aku kuat, gak boleh mellow kayak gitu! Untung aja sekarang masuk siang, kalo enggak? Kan bisa telat nanti.
Gerutu Rain yang sedari tadi menyalahkan dirinya sendiri.Walaupun sekarang Rain masuk siang, tetapi dia selalu datang 30-45 menit lebih awal sebelum bel pelajaran pertama berbunyi.
Seperti biasanya, Rain berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Bukannya Rain tidak memiliki uang untuk naik kendaraan umum, tapi karena memang sekolah Rain tidak jauh dari kost-kostan nya. Alasan lainnya karena memang tidak ada kendaraan yang lewat di depan kostan nya_-
Pagi ini jalanan memang cukup lenggang, tidak banyak kendaraan dan orang yang berlalu lalang di jalanan. Entah apa yang akan orang lain pikirkan jika melihat Rain yang sedari tadi berbicara sendiri. Mungkin mereka akan menganggap Rain sebagai siswi SMA yang sakit jiwa karena depresi.
Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di sekolahnya. Dan selama itu juga, dia masih terus saja menggerutu.
Yang tanpa Rain sadari, dia baru saja melewati seonggok manusia berjenis kelamin laki-laki yang sedang memainkan ponselnya.
Masa bodoh.
Gumamnya dalam hati sambil berlalu meninggalkan lelaki tersebut yang menatapnya heran. Rain biasanya bukan gadis yang cuek terhadap sekelilingnya, hanya saja mood nya pagi ini sedang tidak bagus.
Lelaki tersebut sekarang telah berhenti menatap heran gadis itu. Sambil memutar bola matanya malas, dia kembali memperhatikan ponselnya yang beberapa detik lalu teralihkan.
Satu detik berikutnya, dia masih biasa saja.
Tiga detik berikutnya, dia mulai berpikir seperti ada sesuatu yang dia lupa.
Dan, lim-
"Woy! Lo! Tungguin gue bentar!" Teriaknya seperti orang menang lotre pagi hari. Dia lalu berlari kecil untuk mengejar gadis itu, yang baru beberapa langkah menghilang di belokan.
Merasa ada yang mengikutinya, Rain perlahan-lahan mulai mempercepat langkahnya menjadi berlari kecil. Dia tidak ingin menoleh untuk melihat siapa yang sedang mengejarnya.
Walaupun Rain sudah mendengar beberapa kali si pengejar meneriakinya untuk berhenti, tapi Rain sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan dihadapinya. Dia takut jika orang itu macam-macam kepadanya, seperti beberapa adegan yang ada di televisi. Mungkin dia adalah preman yang ingin memalak nya seperti tempo hari.
Ayo! Lebih cepat! Tinggal beberapa langkah lagi!
Ucapnya menyemangati dirinya sendiri. Namun sayang, langkahnya yang pendek-pendek tak cukup untuk menyaingi langkah lelaki yang sedang mengejarnya itu.
Srett.
Lelaki itu sekarang telah menarik tangan Rain agar tidak berlari lagi.
"Hosh.. hosh.. lo budek apa bisu sih?! Hosh.." tanya lelaki itu sambil terengah-engah.
Dan tanpa pikir panjang, Rain lalu menginjak kaki lelaki tersebut dengan kuat-kuat sehingga sang pemilik memekik kesakitan ke arahnya.
"Akh! Sakit bego! Dasar %#+-^+-#-+" pekik nya sambil mengumpat. Lelaki itu segera melepaskan genggaman nya dari Rain, lalu berpindah memegangi kaki sebelah kanannya yang serasa berdenyut-denyut itu.
Tentu saja kesempatan itu tidak disia-siakan Rain untuk kabur darinya. Namun langkahnya terhenti ketika sang lelaki itu kembali mencekal tangannya.
"Lepasin! Aku bilang lepasin!" Teriak Rain yang meronta-ronta minta dilepaskan. Dia terus berusaha untuk menepis tangan lelaki itu, tapi sia-sia. Tenaganya tidak sebanding dengan lelaki yang berada dihadapannya saat ini.
"Nggak! Nggak bakalan gue lepasin sebelum lo jawab pertanyaan gue" Bentaknya sekarang yang menambah kuat cengkeraman tangannya.
"Akh! Sakit! Lepasin aku atau aku teriak sekarang juga!" Perintahnya tegas.
"Tol-emmmph" Teriaknya terputus ketika mulutnya terbungkam tangan kekar lelaki itu.
Lelaki itu menghela napas sejenak untuk melanjutkan ucapannya.
"Lo diem dulu napa?! Gue gak bermaksud jahat sama lo, gue cuma mau tanya, lo murid SMA Eka Sapta kan? Kelas 12 sekarang masuk jam berapa?" Tanyanya yang perlahan mulai menenangkan emosinya. Lelaki itupun telah melepaskan tangannya dari mulut gadis itu.
Deg
Rain pun yang sedari tadi meronta-ronta, kini telah terdiam karena terpukau oleh makhluk tampan yang sedang berdiri dihadapannya.
Rain lalu mengamati setiap lekukan dari wajahnya. Alisnya yang tebal dan hitam, bertengger manis diatas bola matanya yang juga berwarna hitam itu, dengan sorotan matanya yang tajam, seakan-akan mampu mencabik-cabik siapa saja yang berani mengganggunya, ditambah lagi dengan hidungnya yang mancung, dan jangan lupa, bibirnya yang-
"Woi! Sadar napa?! Lo kesambet setan ya?" Tanya lelaki itu sambil mengguncang-ngguncangkan tubuhnya.
Rain yang baru saja tersadar dari keterkaguman nya hanya bisa cengar-cengir gaje karena sudah tertangkap basa mengagumi lelaki itu.
"Eh..anu, itu.. kakak tadi tanya apa ya?" Jawab Rain sambil salah tingkah karena sudah merasa malu dengan lelaki yang ada dihadapannya.
Sedangkan lelaki yang ditanya hanya mengernyitkan alisnya bingung karena dipanggil ' kakak ' oleh gadis itu. Yang setahu lelaki itu, gadis yang berada dihadapannya adalah satu angkatan dengannya. Terlihat dari penunjuk kelas yang dia pakai diseragamnya, menunjukkan kelas ' XI '.
Kakak? Emangnya gue setua itu ya? Oh, atau karena gue pakek jaket, dia jadi gk tau gue kelas berapa? Tapi, biarin aja deh, itu juga gak penting buat gue. Ujarnya dalam hati.
"Kak?! Halo?" Tanya Rain yang bingung karena tiba-tiba lelaki yang dihadapannya itu diam seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Apa?! Singkirin tangan lo dari muka gue!" Perintahnya kini yang kembali dingin seperti es.
"Aku cuma mau tanya, kakak tadi mau tanya apa?" Tanya Rain mengulangi kalimatnya yang tadi.
"Oh, itu. Gak jadi lupain aja!" Jawabnya datar sambil berlalu meninggalkan Rain.
"Uuhh! Dasar nyebelin banget sih! Untung ganteng, kalo enggak-"
"Kalo enggak emangnya kenapa? Mau lo hajar, hmm?" Potong nya tiba-tiba yang mengagetkan Rain dari ngedumel nya.
"Eh..?! enggak kok kak.. itu tadi cuma anu.. Sherli!" Teriak Rain tiba-tiba sambil berlari meninggalkan lelaki itu untuk menghampiri Sherli yang di panggil nya tadi.
Lelaki itu hanya tersenyum sinis memperhatikan punggung gadis itu yang perlahan mulai menjauh.
"Huh, gadis aneh! Tapi cantik juga." Gumam nya sambil berjalan menyusul gadis itu.
***
Nah, gimana chap kali ini? Agak panjang? Makin menarik atau makin gaje? Penasaran gak sama si lelaki itu? Yah, pokoknya author tetep minta dukungannya aja, biar author tetep semangat. Juga jangan lupa vot + comment nya. Ditunggu loh😊😘. See you next chap😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Rian
Teen FictionMulai detik ini, hari dan malam ini, aku mulai membenci mu. HUJAN *** Hujan tak selalu indah. Hujan juga tak selalu buruk. Ada saatnya dimana kau tertawa bersama hujan. Dan ada saatnya kau menangis bersamanya. Namun, adakah alasan untuk tertawa dis...