Dearim^ (1)

26 3 1
                                    

Awalnya bingung ini cerita apaa. Tapi aku coba dulu aja. Semoga ada yang suka sama ceritaku ini hehe. Kalo udah baca jangan lupa VOTE syg syg qqqq!!

***
Happy reading
1
2
3
..

Ini hidup gue. Gue yang berhak atas semuanya. Sekali pun kalian orang tua gue. Gue gak bisa hidup dalam aturan terus.
-Drimsyaqha-

Malam minggu. Tidak ada istimewanya bagi Drim. Sama saja seperti malam yang sudah-sudah, ia hanya melewati malam itu dengan mengurung diri di kamarnya. Walau banyak temannya yang mengajak untuk pergi bermain keluar, tetapi Drim menolak. Lagi-lagi ia hanya mengeluarkan tiga kalimat "gue pengen sendiri."

"Kenapa hidup gue kayak gini banget sih! Temen gue semuanya pencitraan doang! Orang tua gue... Ah udah lah males!".

Ia kembali menyembunyikan wajah cantiknya ke dalam selimut bermotif paris itu. Ia sedikit terisak.

"Gue gak nyesel kok lahir di keluarga ini. Tapi.. tapi kenapa semuanya ngelakuin hal yang sama ke gue? Gue salah apa?!" Isakan kecilnya terhenti saat ia mendengar suara ketukan pintu kamarnya.

"Sya.. Makan malam yu. Papa udah pulang nih!" sahut lelaki dibalik pintu.

Kedua orang tuanya memanggil dia dengan sebutan Syaqha. Alasannya, karena nama itu terdengar sangat cantik sama seperti paras anaknya. Berbeda dengan semua teman-temannya, mereka lebih nyaman memanggil dia dengan sebutan Drim. Ya, termasuk author ini wkwk. Habisnya simpel juga sih hehe.

Drim tidak mengubris ucapan Papanya itu walau Papanya sudah menyuruh Drim untuk makan berkali-kali. Sampai Papanya merayu Drim dengan segala cara. Tapi, percuma.

Terdengar ketukan disertai ucapan sekali lagi dari balik pintu kamarnya itu.
"Ayo sayang kita-"

Drim dengan cepat membuka pintu kamarnya.Dengan cepat juga ia memotong pembicaraan Papanya itu.

"CUKUP! GUE BUKAN ANAK KECIL. GUE BISA MAKAN SENDIRI! DAN SEKALI LAGI. GAK USAH SOK PEDULI SAMA GUE!" Drim berbicara dengan nada yang sangat tinggi. Selain itu, dia pun sangat berani untuk menunjuk-nunjuk wajah Papanya.

Ridho tak kuasa menahan amarahnya.

"Kamu ini anak perempuan. Kamu tidak punya etika sedikit saja dalam berbicara dengan orang tua?"

Namun, Drim hanya terkekeh hambar.

"'Orang tua' lo bilang?"

----

Ridho sudah kesal dengan tingkah anaknya itu. Ia melayangkan tangannya dan mengenai pipi Drim.

"Anak kurang aj-"

"Siapa suruh jadiin gue anak lo? Gue juga gak pernah mau ada disini. Kalo gue gak sayang sama diri gue sendiri. Gue lebih milih mati daripada harus ada disini!".

Drim mengatakannya dengan nada yang sangat menekan. Mungkin tamparan dari Papanya itu sudah tidak terasa. Pipinya sudah kebal atas hal itu.

Mendengar ada yang bertengkar, Mona langsung menaiki anak tangga menuju kamar Drim.

Ridho hendak melayangkan tamparan lagi pada sebelah pipi anaknya itu.

Strange LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang