Dearim^ (3)

12 2 0
                                    

Apa gue terlalu bodoh? Gue berubah hanya karena lo?
-Drimsyaqha-

Happy
   Reading!!!...

1
2
3
..

"Ada penghapus gak? Saya lupa bawa nih kayaknya." ucap Dear dengan sangat pelan.

Bagai bicara dengan tembok, Dear sedaritadi hanya didiamkan seperti itu.

"Kamu denger saya kan?" ucap Dear lagi.

Percuma. Drim tetap bersikukuh menulis. Ia tak ingin mengubris sedikit pun.

"Aku pikir kamu tuli sekarang. Hm.." bisik Dear pada wanita di sampingnya.

Dear tidak menyerah. Ia tetap ingin Drim membalas ucapannya.

"Kamu gak tuli beneran kan? Namamu siapa? Saya lupa. Hm. Kamu bisu juga? Apa kamu- lupakan. Yang saya butuhkan hanyalah penghapus darimu. Berbagi sedikit tak akan rug-"

BRUK!!!

Dear terjengkang. Ia kaget melihat Drim yang memukul meja dengan keras. Tak heran, Pak Anton langsung mengalihkan pandangannya kepada Drim.

"Drim? Kenapa?!" nadanya sedikit membentak.

Drim berfikir sejenak. Apa alasan yang akan ia pakai. Apabila ia jujur bahwa lelaki ini yang menganggunya hanya karena meminjam sebuah penghapus, itu hal yang sangat bodoh!

"Mmm.." Drim berfikir dengan keras.
"Mmm..Mm.. Ini Pak."

"Am em am em! Ada apa? Kamu bisa bicara kan? Bicara yang benar dan sopan!" tegas Pak Anton.

"Ada semut." sahut Drim.

Semua orang yang berada di kelas langsung mengeluarkan suara untuk tertawa. Begitu pula dengan Dear yang melihat tingkah teman sebangkunya itu.

"Kamu ini aneh-aneh saja. Ya sudah, semuanya lanjutkan tugas kalian!" tegas Pak Anton kembali.

"SIAAAPPP,PAK!" jawab serentak para murid.

Drim kembali duduk dengan tenang. Ia sedikit melirik menatap Dear. Drim hanya menatapnya sekilas. Saat itu juga Dear hanya mengacungkan dua jarinya 'vis'.

***

Bel pulang sudah berbunyi. Semua anak berbondong-bondong keluar gerbang. Mereka semua sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah.

Hal ini tidak berlaku bagi..

Drim. Ia duduk di taman belakang sekolah. Setiap bel pulang, ia selalu saja duduk disini terlebih dahulu. Ia ingin mengulur waktu agar terlambat sampai ke rumah.

Selalu saja ia menatap gelang yang ia pakai di lengan kirinya bersamaan dengan jam tangannya.

Gelang berwarna hitam dan ditengahnya terdapat tulisan 'My Dream'. Drim selalu tersenyum sendiri saat mengenang masa-masa indah itu.

"Sayangnya itu semua cuma drama." Senyum getirnya terulas.

Drim menitikan air matanya perlahan. Ia terisak. Kali ini sangat keras.

"Gue gak tau kenapa hidup gue jadi kayak gini. Apa gue salah? Apa salah gue? Hiks hiks...Gue sebenernya sayang sama orang tua gue, tapi gue juga sayang sama diri gue. Gue gak mau hidup gue terus terusan diatur sama mereka. Gue gak bisa ngomong dengan halus sama mereka,karena..karena gue gak sanggup,Al. Gue gak tau kenapa gue kayak gini.. Apa ini semua karena lo pergi dari gue? Gue udah terlanjur gak percaya sama semua orang. Semuanya penipu. Semuanya memperlakukan gue sama aja! Sama! Lo juga,Al!"

Drim mengeluarkan semua unek-unek yang ingin dia pecahkan selama ini. Ia terus menatap gelang yang ada di lengannya. Ia masih tetap menangis. Menangisnya semakin kencang.

"Gue benci lo! Tapi gue gak sang-"

Ucapan Drim terhenti seketika saat ia melihat lelaki berdiri di hadapannya. Drim mendonggakan kepalanya agar ia dapat melihat wajah lelaki itu. Dan ternyata..

"Kamu bodoh!" ucap lelaki itu.

Dear membungkukan badannya agar sejajar dengan Drim yang sedang duduk.

"Kamu bodoh.." ucapnya lagi dengan sangat lembut namun menusuk.

Mereka berdua saling menatap. Kali ini Drim menatap mata hijau lelaki itu dengan lama.

"Kamu bod-"

Drim seketika berdiri.
"Lo bilang gue bodoh? Lo gak tau gimana sakitnya jadi gue! Lo gak tau gimana pahitnya hidup gue! Lo gak tau giman-"

Dear langsung membawa wanita itu kedalam dekapannya. Dear memeluknya dengan sangat erat. Mengelus dengan sangat halus rambut wanita itu.

Isak tangis Drim tak mudah hilang. Drim menangis sangat kencang, bahkan lama. Dear hanya mampu memeluknya agar hati Drim sedikit tenang.

Drim melepaskan pelukan lelaki itu. Ia menatapnya sebentar.

"Maaf." ucap Dear.

Drim tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hendak mengambil tasnya yang ia simpan di bangku panjang itu, namun pergelangan tangannya dicekal kuat-kuat oleh Dear.

"Kalo kamu punya masalah, bisa cerita sama saya. Mungkin saya bisa sedikit membantu. Lagipula, curhat dengan orang asing itu enak." ucapnya lembut

Namun Drim segera melepaskan lengannya dari cekalan lelaki itu. Ia mengambil tas miliknya dan bergegas pergi menjauh dari Dear.

Dear sedikit tersenyum melihat aksi wanita yang belum sehari ia kenal itu.

Jantungnya berdebar hebat. Sangat kencang. Hal ini bermulai disaat Dear mendekap wanita itu.

"Niatku baik. Hanya ingin menenangkannya."

"Tapi, jantungku.. berkata lain."




Hayoloooo gimana ini? Seru gak? Enggak kan? Iya tau:')

KIRA KIRA ENDINGNYA HARUS GIMANA YAK? *_*

JANGAN LUPA VOTE SYGGGG 💓

D  

Strange LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang