Dearim^ (2)

18 3 1
                                    

Ready?

1
2
3
..


-----

Bagi Drim, lebih baik sekolah seharian full daripada harus berada di dalam rumah walau sehari. Hari minggu kemarin sudah ia lewati dengan mengurung diri di kamar. Ia pun rela tidak makan sama sekali.

"DRIMMMM!!!!" Teriak salah seorang temannya dari belakang.

Drim hanya melirik dengan malas. Drim menatap wanita itu sebentar sebelum ia berbalik badan dan kembali berjalan menuju kelasnya.

Wanita itu tidak menyerah. Ia tetap mengejar Drim walau pun ia membawa buku sangat banyak di tangan kanan dan kirinya.

"Drim! Lo gak denger gue apa?!" tanya nya dengan dengan nafas yang tak beraturan. Dia merasa lelah telah mengejar Drim daritadi.

"Denger". Jawab Drim dengan santai.

"Lah. Kenapa gak berhenti?" tanya nya lagi.

"Gak usah ganggu." Drim menjawabnya dengan nada santai namun dingin. Dia berbicara kepada wanita itu tetapi ia tetap membelakanginya.

Setelah itu, Drim duduk di tempatnya. Di ujung. Dan sendirian. Dia tidak ingin duduk berdua seperti orang-orang lainnya.

Tak sedikit anak lelaki di kelasnya yang menggoda Drim. Tetapi akhirnya mereka lelah. Drim sangat susah diajak bicara. Dia selalu fokus pada gelang yang dipakainya itu.

Tak sedikit juga yang menganggap bahwa Drim mengalami gangguan kejiwaan. Mereka semua sangat menyayangkan kepada paras Drim yang sangat cantik.

"Coba lo ada disini. Hidup gue gak akan hancur. Tapi, lo juga sih yang udah hancurin hidup gue. Hancurin hati gue. Jadi, gue... sekarang. Benar-benar. Han-cur." ucapnya dengan sangat pelan.

***

"Kamu sudah siap, nak?" tanya wanita paruh baya seraya memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper.

Lelaki yang ditanya itu langsung mengacungkan dua jempolnya.

"Oke..pemberangkatan kita tinggal satu jam lagi." ucap wanita itu lagi.

Lelaki tampan itu hanya menyeringai dan memegang kedua bahu Mamanya.

"Mama.. Jangan terlalu repot. Aku kan udah besar. Andai aku pergi ke Indonesia sendirian pun aku sanggup jaga diri aku baik-baik, Mama sayang."

Rena langsung memasang wajah kesal. Ia tak segan-segan menyentil kening anaknya itu.

"Aw!" pekik Dear.

"Sekali lagi kamu ngomong gitu, Mama sentil gak berhenti-berhenti!".

Anak itu tertawa dan memeluk Rena dengan sangat erat.

"Dear sayang Mama.. Papa pasti menyesal udah menyia-nyiakan Mama."

Rena sedikit terkejut dengan perkataan anak lelakinya itu. Sedikit demi sedikit air mata Rena jatuh.

Strange LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang