• Chapter 4 | Her Laugh

32 8 0
                                    

Typo bertebaran,
Cerita gaje,
Yang mau luangin waktunya buat baca thanks banget lohh :*

•••••

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Ferra membuka lalu mengerjapkan matanya berkali-kali. Matanya melihat sekelilingnya lalu mengernyitkan dahinya karena tempat ini terasa asing. Kepalanya pun masih terasa pening. Ferra mencoba mengingat-ingat kejadian semalam namun ingatannya hanya sampai ketika ia melihat seorang laki-laki disampingnya.

Merasa ada sesuatu yang hangat di tengannya, Ferra menoleh. Ferra membelalakan matanya karena sungguh terkejut.

Seorang lelaki yang sedang tidur dikursi sebelah tempat tidurnya seraya menggenggam tangannya. Pikirannya langsung memikirkan yang tidak-tidak.

Ferra sama sekali tidak tau siapa lelaki ini karena wajahnya di benamkan pada pinggir kasurnya.
Ia menggoyang-goyangkan tubuh lelaki itu berniat untuk membangunkannya.

Lelaki itu pun terbangun dan terkejut karena melihat Ferra sudah sadar. "Morning sweetheart," canda lelaki itu dengan suara yang serak sehabis bangun tidur, tidak lupa dengan senyuman khas merias di wajahnya.

"Lo!" Teriak Ferra ke arah Veno dan langsung menarik tangannya yang masih digenggam Veno.

Ferra langsung menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan lantas terkejut karena pakaian yang dipakainya sudah berbeda.

"Lo apain gue semalem?!" Ferra menjauhkan tubuhnya ke arah tengah tempat tidur.

"Menurut lo aja," jawab Veno santai sambil menyilangkan kakinya di atas sofa single.

Ferra yang sudah kesal sampai ke ubun-ubun berusaha sabar menghadapi lelaki brengsek di depannya ini.

"Veno. Gue tanya sekali lagi, lo apain gue?" Tanya Ferra dengan tenang, padahal ingin sekali ia menghajar laki-laki didepannya ini yang tidak henti- hentinya melemparkan senyuman.

"Gue..., yah, eum gimana ya.., well,"

PRANG!

"Auh shit! What the fu-" Umpat Veno reflek karena Ferra tiba-tiba melemparkan jam bekker ke arahnya. Oh my! Untung saja Veno cepat reflek menunduk.

"Veno!!" Teriak Ferra.

Tiba-tiba pintu kamar Veno terbuka menampakan wanita separuh baya dengan raut wajah khawatir.

"Ya ampun den Veno suara apa tadi?" Bi Ela masuk ke kamar Veno lalu pandangannya jatuh ke arah Ferra.

"Eh neng Ferra udah bangun?" Tanya Bi Ela, membuat raut wajah Ferra berubah bingung.

"I-iya," jawab Ferra canggung.

"Bi! Masa Veno di tuduh apa- apain Ferra!" Rengek Veno.

Ferra melebarkan matanya ke arah Veno yang kali ini sedang menyeringai.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang