Typo bertebaran,
Cerita gaje,
Yang mau luangin waktunya buat baca thanks banget lohh :*•••••
•••••
Veno memakirkan mobilnya di garasi lalu berjalan masuk ke dalam rumahnya. Setelah didalam, Veno melihat keluarganya yang sedang makan malam di meja makan. Veno langsung menaiki tangga dan menuju ke kamar, namun, suara bariton menghentikan langkahnya di tangga ketiga.
"Makan dulu sini nak," ucap Gavin dengan kedua tangannya yang sedang memegang alat makan.
Veno menoleh, lalu tersenyum.
"Veno mandi sama ganti baju dulu Pa,""Yasudah sana cepat, kita tunggu disini," kali ini Jean yang bersuara seraya menyuapi Nathan-adiknya-yang baru berumur lima tahun.
"Oh ya, dan juga ada yang Papa ingin bicarakan denganmu." Gavin tersenyum hangat.
"Oke," Veno menaiki tangga lalu memasuki kamar dan segera membersihkan dirinya.
Veno keluar dari kamarnya sudah lengkap memakai kaos hitam dengan celana joger abu-abu. Veno menuruni tangga lalu menyium pipi Nathan-adiknya yang berumur lima tahun-sebelum menggeser kursi lalu duduk bersebelahan dengan Gavin.
Veno mengambil lauk dan nasi lalu menyantap makanannya.
"Papa mau ngomong apa?""Oh iya," Gavin melihat Jean yang ada di seberangnya, lalu Jean mengangguk seraya tersenyum sekilas. Veno yang melihat itu mengerutkan keningnya.
Gavin menghela nafasnya. "Kami ingin menjodohkanmu nak,"
Seketika Veno berhenti mengunyah. Tangan yang tadinya sedang memotong daging pun ikut berhenti. Semuanya terdiam seakan menunggu reaksi Veno.
"Apa?" Tanya Veno masih dengan tatapan ke arah piringnya.
"Kami tau, kalau kamu sering bermain-main dengan perempuan. Kali ini Papa ingin membuatmu serius dengan hal itu. Kecuali kalau kamu membuktikan kepada kami kalau kamu bisa berpacaran lebih dari tiga bulan."
Veno tersenyum miring.
Tiga bulan?
Sungguh, itu bukan Veno sama sekali. Sejauh ini Veno tidak pernah berpacaran lebih dari satu bulan. Apalagi tiga bulan. Itupun ia tidak benar-benar berpacaran seperti orang-orang pada umumnya. Lebih tepatnya Friends with benefit. Keduanya hanya sebatas menikmati keuntungan semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Novela JuvenilButuh proses yang menyakitkan untuk membuat semua sempurna. "Lo harusnya dari awal tau. It's always be the game, about how to lose and win." "And i'm always be the loser, right?" Ucap Ferra lirih. Seperti rintik hujan yang selalu turun, meski harus...