• Chapter 7 | Stranger

38 5 0
                                    

Typo bertebaran,
Cerita gaje,
Yang mau luangin waktunya buat baca thanks banget lohh :*

•••••

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Ferra turun dari mobilnya, lalu memberikan kunci mobilnya pada seorang valet.

Ia mengambil ponsel dari totebag, lalu melihat ponselnya yang sudah ada sepuluh miss call dan lima belas pesan dari Hana—ibunya Ferra.

Ferra mendengus.

Ferra membalas pesan ibunya lalu kembali memasukan ponselnya ke dalam totebagnya.

Ramai. Kata yang tepat mendeskripsikan isi dari gedung lantai dua yang baru saja Ferra pijaki. Namun, kebanyakan isinya juga hanyalah orang-orang kalangan kelas atas, yang menjadi owner perusahaannya masing-masing, jadi tidak heran kalau pertemuannya bisa semewah ini.

Ferra celingukan mencari keberadaan Hana diantara kumpulan orang-orang dihadapannya. Orang-orang memperhatikannya secara terang-terangan seperti sedang menilai penampilannya saat ini. Padahal, ia hanya mengenakan dress hitam diatas lutut, dipadu dengan rambutnya yang ia ikat hair bun dan sedikit anak rambut yang terjatuh di samping telinga membuat kesan baru pada Ferra.

Ferra merogoh tasnya lalu menelfon Hana.
"Halo?" Tanya Hana disebrang sana.

"Mom dimana? Rame." jawab Ferra sambil celingukan mencari Hana.

"Ye, namanya juga pertemuan antar perusahaan, ya rame lah."

Ferra memutar bola matanya. "Langsung ke intinya aja, dimana?"

"Ini mommy dikanan kamu, daritadi ngapain sih berdiri ditengah gitu?"

Ferra menoleh ke arah
kanan dan melihat Hana duduk di salah satu meja, sedang melambaikan tangannya, dengan tangan kirinya masih memegang ponsel.

Ferra mendecak sebelum mematikan sambungan ponselnya, lalu berjalan ke arah meja yang ditempati Hana.

Panggil kek daritadi. Cibir Ferra dalam hati.

Pandangan seorang pria paruh baya dengan iris mata berwarna hazel tiba-tiba teralihkan begitu melihat Ferra yang sedang menarik kursi disebrangnya. Begitu juga Ferra dengan raut wajah yang tak kalah terkejut.

Namun pria yang dahulu Ferra panggil sebagai ayahnya, sama sekali tidak menyapa, justru melanjutkan pembicaraan yang tertunda barusan dengan owner perusahaan lain.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang