Elsa keluar dari klinik ibu dan anak. hatinya gundah. Terngiang di kepalanya apa yang baru saja dia dengar dari Dokter kandungan.
"Bu, hasil test Hemoglobin Ibu sangat rendah. Bahkan untuk ukuran orang yang tidak mengandung itu sangat kurang. Bayangin, Ibu hanya memiliki 6 saja. Sedangkan untuk wanita, normalnya harus memiliki 12 hingga 14." dokter itu berhenti sejenak, lalu melanjutkan katanya-katanya.
"Memang ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan. Untuk seorang laki-laki yaitu 12 hingga 16. Jadi, saya kira tak akan sanggup jika nanti harus menolong, Ibu melahirkan." ditatapnya Elsa dalam-dalam.
"Orang yang akan melahirkan butuh darah merah yang banyak, Bu," pungkasnya mengakhiri pembicaraan mengenai hasil test laboratorium Elsa.
Kata-kata dokter di klinik itu sungguh mengganggu pikirannya. Besok dia harus menemui dokter lain agar mendapatkan second opinion.
kehamilannya memasuki bulan ke-4. Elsa baru sempat melakukan test hemoglobin karena kesibukan pekerjaan di kantor yang padat.
***
Klakson mobil Hafis mengagetkan lamunannya. Mobil menepi, sejurus kemudian Elsa membuka pintu mobil bagian depan, duduk di samping suaminya.
Hafis tak sempat mengantar ke klinik karena masih sibuk di kantornya.
Belum lagi jalanan yang macet tak bisa diprediksi. Entah akan sampai jam berapa di kantor istrinya itu. Jadilah Elsa pergi ke klinik sendirian."Gimana, Yang hasilnya baik-baik aja kan?" tanya Hafis setelah mobil mulai melaju.
"Iya sih baik, kok, " jawab Elsa cemas.
"Loh kok, tegang gitu capek ya? Maaf, enggak bisa anter tadi." Hafis meraih tangan Elsa agar mendekat ke arah wajahnya.
"Hm, iya enggak apa-apa," sahutnya mengganggukkan kepala menyembunyikan wajah cemasnya dengan senyuman.
Dia tidak ingin menceritakan apa saja yang dikatakan oleh dokter. Tak ingin membuat beban dalam pikiran suaminya. Menurutnya Hafis tak perlu tahu dulu. Toh, ini hanya masalah hemoglobin pikir Elsa.
Nanti dia akan memberitahu suaminya itu, jika sudah bertemu dokter lain. Yang lebih bisa menjelaskan dan ada kepastian. Apa sebenarnya yang menyebabkan rendahnya Hemoglobin Elsa.
"Duh macet, Yang Kita makan dulu yuk!"
"Mau makan di mana?" tanya Hafis.
"Terserah, kamu," sahut Elsa tak berselera.
"Loh, kok terserah aku, Kamu nggak laper? Inget, sekarang kamu berdua." Hafis mengingatkan Elsa lagi.
"Iya, deh kita makan bebek goreng aja," jawab Elsa sekenanya, tangannya menunjuk sebuah restoran berwarna hijau saat mobil melewatinya.
"Oke princesku, Elsa," ucap Hafis memutar setir mobil ke arah restoran yang diinginkan Elsa
Hidangan telah siap di meja ketika Elsa kembali dari mencuci tangan di wastafel. Hafis duduk dengan manis menunggunya untuk memulai makan.
"Kok, lama, Yang?" Tanya Hafis senyum hangat tak lepas dari bibirnya.
"Tadi ke toilet dulu," sahut Elsa duduk perlahan berhadapan dengan suaminya.
Pikiran itu tak juga mau pergi, berputar-putar di kepalanya. Rasanya tak sabar menunggu besok untuk mengecek ulang hasil laboratorium dan mendapatakan kejelasan.
"Sa, ada apa, sih? Ngelamun mulu," tanya Hafis alisnya turun naik lucu. Demi dilihatnya Elsa tidak seperti biasanya.
"Hm ... Sayang, besok aku mau chek lagi deh," akhirnya Elsa membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elsa
RomanceKeadilan Allah akan terasa nyata manakala sebagian hambanya justru sedang diuji. Rahmat-Nya akan terasa nikmat justru setelah seseorang kehilangan apa yang dianugrahkan. Saya sedang tidak ingin menggurui, hanya pengingat diri seberapa besar diri i...