#Elsa_part_5
"Laa taghdob wa lakal Jannah"
(Jangan marah bagimu Surga)***
Elsa minta bantuan pak Umar, sopir yang biasanya antar jemput karyawan di tempatnya bekerja. Untuk mengantar ke rumah sakit. Mengingat perutnya sudah semakin besar. Dia tak berani pergi sendiri.Elsa memang menambah porsi makan. Setelah masa Tri-mester berakhir. Napsu makannya semakin tinggi. Selain itu dia berharap hemoglobinnya meningkat.
"Sa, Lo kayak bawa drambend gitu. Gue ngeri liatnya," suatu hari, pak Andre yang juga atasannya berkelakar.
Benar juga sih, Elsa nampak membesar. Tapi hebatnya yang besar hanya perutnya saja. Sedangkan tubuh lainya masih saja mungil.
Karena hal itulah mungkin pak Andre berpikir. Mirip mebawa sebuah dramben huh rutuk Elsa.
Hari ini untuk ketiga kalinya Elsa bertemu dengan dokter Henny.
Hafis sedang berada di luar kota. Elsa tak bisa menunggu suaminya pulang agar bisa mengantarnya. Jadwal periksa dan vitamin harus mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan.
Berhadapan kembali dengan dokter Henny dan masih mengerutkan keningnya.
"Eng ... gimana Dok? Kok, masih sama, ya hasilnya? " tanya Elsa cemas.
"Saya, juga heran," dokter Henny mengetuk-ngetukan pulpen di atas mejanya. Berpirkir serius. Sesekali matanya menatap Elsa. Kemudian melihat hasil test itu kembali.
"Hm ... gini deh, saya akan merujuk, Ibu ke Lembaga Eijekman," Sahut dokter Henny.
"Apa itu, Dok?"
"Kita akan periksa darah, Bu Elsa secara lengkap. Nanti pihak Eijekman juga bisa jelasin," dokter Henny menatap tajam ke arah Elsa.
"Maaf, saya masih belum ngerti, Dokter?" Elsa bingung.
"Bu, Elsa tenang dulu," dokter Henny mengerti kekhawatiran dari raut wajah Elsa.
"Bu, setiap manusia itu memang unik. Saya mencurigai ada gejala thalasemia. Kita, akan tahu mengapa hemoglobin ibu sangat rendah. Dari hasil pemeriksaan lembaga Eijekman."
"Maksudnya anemia, Dokter?"
"Bukan anemia tapi, thalasemia."
"Maaf, Dok saya baru denger kalau anemia, saya memang sering anemia," Elsa semakin cemas dan bingung.
"Hm .. Bu Elsa bawa surat ini."
"Tapi, kenapa harus di sana?"Elsa tak mengerti.
"Saat ini di Jakarta memang klinik itu lah yang memilik alat lengkap. Nanti hasilnya, Bu Elsa bawa lagi ke, saya".
Elsa mengambil amplop dari tangan dokter Henny, Surat rujukan. Kecemasan menguasai pikirannya. Apa sebenarnya yang terjadi.
Wajahnya linglung berbagai perasaan negatif berputar di kepalamya. Ada apa dengan kehamilannya.
Elsa merasa dari awal kehamilan baik-baik saja. Tak ada masalah yang berarti. Ah ... semoga saja ini bukan masalah besar. Elsa menenangkan diri.
"Pak Umar ayo... kita pulang langsung ke rumah saya ya, pak!"
"Oh gitu, Bu enggak balik kantor?" tanya pak Umar.
"Ga usah, Pak saya mendadak pusing. Nanti pak Umar anter mobil ini setelah saya pulang aja ya, pak."
"Monggo, saya manut."
"Makasih ya, pak Umar maaf, saya jadi merepotkan,"
"Iya, Bu Elsa ndak apa-apa, Bu," sahut pak Umar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Elsa
RomanceKeadilan Allah akan terasa nyata manakala sebagian hambanya justru sedang diuji. Rahmat-Nya akan terasa nikmat justru setelah seseorang kehilangan apa yang dianugrahkan. Saya sedang tidak ingin menggurui, hanya pengingat diri seberapa besar diri i...