#Elsa_part_4
Wanita yang sedang hamil itu, perasaanya sangat sensitif, jangankan ada hal yang pada dasarnya memang penting. Hal sepele aja bisa kepikiran. Belum lagi mitos ini itu. (kecemasan wanita hamil)
"Nyonya, Elsa" seorang suster memanggilnya berdiri di pinggir meja yang penuh dengan berkas-berkas medis.
Di meja itu ada timbangan bayi. Timbangan badan untuk ibu hamil letaknya di bawah meja. Sebelum masuk ke ruang periksa dokter. Pasien haruslah melewati meja suster untuk ditimbang maupun pemeriksaan tekanan darah.
Sesosok bayi lucu menggapai-gapaikan tangan dalam timbangan. Elsa melihat dengan takjub. Bayi laki-laki berwajah bulat kemerahan. Mengenakan baju berwarna biru bergambar bulan sabit.
Elsa tak bisa mengalihkan pandangannya dari bayi itu. sedikit menyesali mengapa tak dari dulu saja dia memiliki bayi.
Elsa anak tunggal. Bisa jadi karena hal itulah dia tak terlalu menginginkan apa pun yang berbau bayi. Tak ada pengalaman hadirnya seorang bayi dalam kehidupannya.
Jika saat ini berkeinginan memiliki anak. Mungkin karena ketakutan akan kehilangan suaminya, Hafis.
Teman-temannya sering meledeknya. Nanti suaminya akan berpaling jika tak memberinya seorang anak. Walau dalam nada gurauan mungkin saja ada benarnya. Apalagi Hafis sosok yang hangat. Menyukai anak-anak. Tak sulit baginya menemukan mama baru.
Elsa akan cemburu ketika ada saudara jauh berkunjung ke rumah mereka. Membawa serta bocah-bocah lucu para keponakan. Mereka akan berkerumun bermain bersama Hafis.
Hafis bisa amat dekat dengan anak-anak. Entah apa yang membuat anak anak begitu nyaman. Bermain dengan suaminya itu.
Bisa jadi karena Hafis sering menjawil pipi mereka, mencubit gemas pipi montok itu. Atau bermain petak umpet dan berakhir dengan pemberian hadiah bagi siapa yang bisa menemukan Hafisnya itu.
Bahkan jika terjatuh atau terluka dengan sigap tak segan meniup-niup dengan amat lembut lukanya. Lalu mengobati dengan obat berwarna kecoklatan itu.
Hafis begitu sibuk bermain dengan bocah-bocah. Maka Elsa akan pura- pura sibuk dengan bacaan majalah di tangannya.
"Ih ... berisik, sana jangan dekat-dekat sini!" seru Elsa tega mengusir para keponakan itu.
"Ih, Aunti galak," anak-anak menjauh. Lantas mendekat pada Hafis yang tengah duduk di sudut taman.
"Biarin ... we, " Elsa menjulurkan lidah meledek anak-anak itu. Tentu saja dibalas dengan hal yang sama. oleh mereka sambil berlalu menjauh.
Elsa menyembunyikan wajahnya di balik majalah.
Elsa sendiri tak mengerti mengapa dia tak menyukai situasi macam ini. Di mana suaminya bisa begitu dekat dengan anak-anak dan dia tidak begitu nyaman. Egoiskah dirinya.
"Hm .. asik banget si bacanya nih, Aunti," Elsa pura-pura tidak mendengar suara Hafis.
"Oke .. baiklah aku engga akan ganggu, deh " canda Hafis dengan suara lembut.
Hafis mengintip tangannya memegangi majalah yang sedang Elsa baca. Lebih tepatnya pura-pura dibacanya.
Elsa mendongak ke arah Wajah tampan Yang jenaka. Wajah dengan senyum tulus. Siapa yang bisa menolak ini.
Elsa tersenyum keki. Senyum dengan bibir manyun dan merebut majalah yang di pegangi suaminya.
"Udah, sana main sama mereka," usir Elsa pada Hafis.
"Engga, ah, aku maunya main sama kamu," sahut hafis dengan mata di kedip-kedipkan nakal.
***
"Nyonya, Elsa," panggil seorang suster lagi. Suaranya sedikit lebih keras.
![](https://img.wattpad.com/cover/151442755-288-k764148.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Elsa
RomanceKeadilan Allah akan terasa nyata manakala sebagian hambanya justru sedang diuji. Rahmat-Nya akan terasa nikmat justru setelah seseorang kehilangan apa yang dianugrahkan. Saya sedang tidak ingin menggurui, hanya pengingat diri seberapa besar diri i...