"Nyonya, Elsa ..." teriak suara dari mikrophone memanggil namanya.
Pemberitahuan untuk mengambilan obat di bagian depan kaca yang bolong itu.Tergopoh Elsa berjalan menghampiri ke tempat pengambilan obat. Dengan cepat dan teratur apoteker itu memberikan obat. Berikut masing- masing ketentuan dan cara meminumnya.
Elsa merogoh sekantong obat-obatan dari dalam kaca. Memperhatikan keterangan dengan seksama yang disampaikan apoteker. Mengangguk-kecil tanda mengerti.
Selesai sudah urusan di rumah sakit. Penat kini menyergap kepalanya. Diliriknya kedai kopi di samping apotek sebelum menuju parkiran.
"Ah, seharusnya tadi aku mau saja di antar Hafis"sesalnya. Tapi ketika terbayang betapa letih wajah suaminya itu. Elsa menepis semua rasa penatnya.
Tak mengapa dia menyeruput secangkir kopi sehari sekali saja.
Begitu nasehat dokter saat dia bertanya tentang boleh atau tidaknya wanita hamil meminum kopi."Boleh kok, Bu asal jangan berlebihan."
"Iya, Dok saya engak bisa tanpa kopi," sahutnya lega setelah mendengar kata-kata dokter.
"Iya, Yang ... tapi enggak boleh banyak- banyak," Hafis mengingatkan saat Elsa merajuk meminta minum kopi pagi.
Elsa mengerling manja dengan sudut mata ke arah suaminya.
Hafis hanya tersenyum penuh pengertian. Hal inilah yang membuat Elsa jatuh cinta. Hafis selalu mengerti apa yang diinginkan bahkan terkadang tanpa diminta
Seakan bisa membaca pikirannya."Sayang, aku udah siapin nih airnya," teriak Hafis dari dapur. Memanggilnya suatu pagi yang dingin.
"Air apa?"
"Buat, kamu mandi cuacanya dingin banget loh," sahut Hafis
"Ooh makasih, Sayang," sahut Elsa malas-malasan bangun dari tempat tidur.
Mengusap perutnya yang masih terlihat datar. Mendadak mual terasa menusuk ulu hatinya. Seraya berlari ke arah wastafel.
Mual di pagi hari sering menderanya. Hafis akan segera memegangi tangan dan mengelus dengan lembut belakang punggungnya dengan wajah iba.
"Duh, sakit banget ya, Yang?"
"Bukan sakit tapi, mual," ucap Elsa gemas.
"Oh iya, maaf maksudku itu," Hafis terkekeh meringis.
Hafis selalu memasang mimik wajah lucu serta senyuman di bibir. Senyum yang selalu mampu menenangkan Elsa.
Elsa bahkan tak ingat kapan Hafis terlihat marah atau tak pernah benar-benar marah."Entah terbuat dari apa Hafisku ini, "gumam Elsa penuh syukur.
Kadang pikiran iseng Elsa singgah sesekali. Mantan pacarnya Hafis nyesel deh udah buang orang sebaik ini. Elsa tersenyum sendiri pikirnya liar.
Hafis memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi tapi juga tak bisa dikatakan pendek. Sedang-sedang saja. Tidak gemuk tapi juga tak terlihat kurus. pipinya sedikit tembem, salah satu yang membuat Elsa jatuh cinta pada Hafis tembem.
Wajah putihnya kemerahan ditumbuhi bulu-bulu halus janggut. Membuat raut lembutnya sedikit garang.
"Loh, kamu gitu sih cukur janggut enggak bilang-bilang?" protes Elsa, saat mendapati suaminya klimis tanpa kumis dan janggut di wajahnyanya. Rasanya aneh terlihat seperti anak kecil.
Sebenarnya Elsa ingin tertawa melihat mimik wajah suaminya itu. Terlalu polos. Elsa menginginkan Hafis harus terlihat lebih tua dari usia yang sebenarnya. kalau tanpa janggut malah jadi imut-imut tampak seperti belia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Elsa
RomanceKeadilan Allah akan terasa nyata manakala sebagian hambanya justru sedang diuji. Rahmat-Nya akan terasa nikmat justru setelah seseorang kehilangan apa yang dianugrahkan. Saya sedang tidak ingin menggurui, hanya pengingat diri seberapa besar diri i...