Sembilan

120 13 0
                                    

"EH SAROOH! KEMANA AJA LO? GUE TELPONIN DARI TADI GAK DI ANGKAT-ANGKAT!" ucap suara seseorang disebrang sana.

Mendengar itu, Sara tersenyum kecil. Ia baru saja menghubungi Radi setelah tiba-tiba pergi tanpa kabar.

Sara memindahkan ponselnya dari telinga kiri ke telinga kanannya, "Hehe, maafin gue yaa. Tadi hp gue lowbatt soalnya." ucap Sara berbohong.

Radi memang sahabatnya, tapi bagi Sara, tidak semua masalah harus ia ceritakan pada sahabat-sahabatnya.
Termasuk masalah ini, Radi pasti akan kesal bila tau kelakuan Zetta. Dan bukan tidak mungkin Radi akan memarahi Zetta karena ia sudah bersikap seperti itu.

Sara bukan tidak ingin cerita. Tentu saja ia senang kalau Radi membelanya. Tapi ia tidak akan senang kalau Radi sampai memarahi Zetta. Bagaimana pun juga, Zetta adalah adiknya, adik yang sangat Sara sayang. Kakak mana yang suka adiknya dimarahi orang lain?

Belum lagi, kalau Radi sampai memarahi Zetta, yang ada hubungan Sara dan Zetta semakin memburuk. Dan Sara sama sekali tidak menginginkan itu.

"Lo darimana aja sih, Ra?" tanya Radi disebrang sana.

"Ng- gue telat bangun Rad. Baru bangun tadi, terus hp gue mati gak di cas semalem. Jadinya gue baru bisa hubungin lo sekarang." jawab Sara, masih dengan kebohongannya.

Terderngar suara helaan napas lega dari Radi, "Gue kira lo kenapa-napa Ra, panik gue. Terus sekarang lo lagi dimana? "

"Hahaha, tenang aja Rad, gue gapapa kok. Gue lagi di rumah, kan baru bangun." ucap Sara sambil berbohong lagi.

Padahal sebenarnya, sekarang ia tengah berada di sebuah cafe di daerah sekitar Lembang.

"Ya bagus deh kalau lo gapapa. Oh iya, gue juga udah bilang ke Saka kalau lo hari ini gak sekolah karena sakit. Nanti kalau temen-temen lo nanyain, jawaban lo harus sama ya!"

Bola mata Sara membulat mendengar nama Saka, "Hah? Saka? Lo bilang ke Saka?!" tanyanya.

"Iya, kenapa emang?"

"Gapapa sih, cuma gue baru inget hari ini ada presentasi Bahasa Indonesia. Dan kebetulan gue sekelompok sama Saka."

"Aduh, terus gimana dong?"

"Gatauu, gue takut si Saka marah nih Rad, gimana ya?"

"Semoga ngga deh, lagian kan gue udah bilang lo gak sekolah gara-gara sakit. Pasti Saka maklumin kok."

"Iya sih, tapi kan waktu itu lo bilang Saka orangnya perfeksionis banget! Mana pas ngerjain itu tugas, gue sama dia sampe bela-belain pulang sore lagi!"

"Ya, lo berdoa aja semoga Saka gak marah. Kalau dia marah nanti gue bantuin ngomong deh."

Raut wajah Sara mencerah seketika, "Asli ya Rad? Lo harus bantuin gue ngomong!"

"Iya-iyaa. Eh udah dulu ya Ra, udah bel nih. Nanti disambung lagi."

"Ohh, oke-oke. Selamat belajar ya Rad!"

"Iya-iya makasih yaa Sara cantikk."

"Hahah! Apa sih Rad? Udah sana belajar!"

"Iyaa! Yaudah  yaa gue tutup telponnya. Byee!"

"Bye!"

Sara mematikan sambungan telponnya dengan Radi. Tanpa ia sadari, sudut bibirnya terangkat. Ia tersenyum tipis mengingat kembali obrolannya dengan Radi tadi. Apalagi saat Radi bilang dia cantik.

Ah, untung saja Sara punya Radi. Karena berkat Radi, hidupnya jadi tidak terlalu sunyi dan sepi.

Omong-omong sepertinya ia lupa sesuatu.

"Ah iya!!" ucap Sara sambil menepuk jidatnya.

"Gue harus minta maaf ke si Saka! Tapi gue gak punya kontaknya,"

"Apa gue minta aja ya ke Adit? Aditkan KM, dia pasti punya lah kontak Saka."

Sara membuka ponselnya lagi. Ia melihat notice di grup kelasnya.

Adit Prawira invited Baruna Saka to the group.
.
.
Baruna Saka joined the group.

Sara tersenyum lebar melihat notice grup. Ia tidak perlu susah-susah meminta kontak Saka pada Adit. Karena kini Saka sudah bergabung dalam grup kelasnya. Jadi ia tinggal menambahkan kontak Saka, lalu mengetik pesan disana.

Lima menit berlalu, namun Sara masih belum mengetik pesan apapun disana.

"Gue mesti bilang apa ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia mengetikan sesuatu di room chat Saka, tapi tak lama kemudian ia menghapusnya.

Sara menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ah ngga-ngga, ini kepanjangan. Gue mau singkat-singkat aja biar keren." Ia menghapus lagi pesannya.

"Eh tapi kan gue emang salah ya, harus minta maaf dong ya?"

Sara mengetikan pesan lagi di room chat itu.

"Loh kok jadi alay gini sih?" Ia menggaruk-garukan kepalanya yang tidak gatal lalu menghapus lagi pesan disana.

"Ah bodo amat lah, nanti lagi aja." Sara akhirnya menyerah, mending ia tunggu Radi pulang sekolah saja supaya bisa minta pendapat harus bilang apa pada Saka.

Saat hendak mematikan ponselnya, matanya tertarik pada foto yang ada di profile Saka.

"Oh! Ini kan Gedung Arte della Pittura? Kok dia bisa ada disana ya?" ucapnya sambil melihat profil Saka.

Bola mata Sara membulat seketika,"LOH KOK KEPENCET TELEPON SIH?!!"

Sara panik, buru-buru ia mematikan sambungan teleponnya sebelum Saka menjawab panggilannya.

Tapi sayangnya,

'Hallo?' ucap suara di sebrang sana.

MAMPUS!

TBC.

Yaayy part 9 updatee!
Jadi baper dibilang cantik nihh ciee!
Ohh iyaa belum lebarann😂
Minal Aidizin Wal Faidzin ya, Readers
Mohon maaf lahir dan batin😘
Jangan lupa vote dan comment ya makasih❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AbstrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang