The End..

10 0 0
                                    

Walikota semakin geram. Ia memutuskan untuk mencari sisa-sisa barang yang dapat digunakan.

Di dalam abu tebal menumpuk disana sini, membuatnya sulit melihat, terpaksa ia pun meraba-raba. Lama, ia meraba-raba, tangannya menyentuh sebuah kotak dan ia pun membukanya.

"Ahay.. Ini dia yang kubutuhkan.. ". Ia mendapatkan dua buah shot gun yang masih utuh. Ia menyimpannya, lalu keluar dari ruangan pengap itu.
Dan bergegas kembali ke mobilnya.

Sementara itu, Marry dan dua orang temannya itu telah selesai mengamankan rumah, mereka kemudian segera berlari keluar hutan. Karena hari semakin gelap dan mereka tak membawa alat pencahayaan apapun.

Namun sialnya, walikota bengis mendapati mereka, ia berniat ingin membunuhnya. Lalu ia mengeluarkan salah satu shot gun miliknya itu, mengarahkannya dari arah jendela. Tepat ke arah kepala gadis itu.. " Selamat tinggal nak..!! "...
"Duaarr.. ".

Marry tak melihat peluru tersebut melesat, tetapi salah satu kawannya yang berada di sampingnya itu sempat melihatnya, dan melindunginya dengan tubuhnya," Awaaasss.. ".

Croot.... 

Darah segar mengalir dari pelipisnya, peluru itu melesat mengenainya.

"Stevee..!!", Marry dan kawannya itu kaget bukan main. Steve yang masih tersengal-sengal itu memeringatkan mereka untuk lari,

" Larilah.. Di belakang ada walikota yang sedang mengincar kita.. Sampaikan salamku pada mereka, bilang aku menyayanginya.. Ehkk.. ", Steve pun tewas.

Marry dan seorang kawannya itu segera berlari sekencang mungkin, lalu berhasil menghilangkan jejak mereka.
Walikota nampak marah, ia kehilangan jejak. Hari pun semakin malam, ia akhirnya kembali ke gedung walikota itu.

Namun alangkah kagetnya, saat mendapati seluruh warga telah berkumpul merapat di depan gedung. Mengelilingi lebih tepatnya.

Supaya tak ketahuan, ia memarkirkan mobilnya di tempat yang agak jauh, kemudian menyamar menjadi warga. Dan masuk melalui pintu belakang. Ia berhasil.

Di dalam gedung ia amat kebingungan, ia berpikir, "mungkin inilah tamat riwayatnya... ".

Ia pun bergegas menuju penjara bawah tanah, menyeret Jack keluar dan memerintahkan para stafnya untuk menggantungnya di tanah lapang.

Setelah itu, ia bergegas keluar menuju tanah lapang, memegang dua buah shot gunnya itu dan mengarahkannya ke Jack.

Para warga diam sejenak, mereka tak pernah tahu kalau walikota mereka ini begitu kejam. Tak seperti biasanya. "Dorr.. Dorr.. ",dua peluru melesat kencang mengenai dada Jack. Ia pun kemudia berteriak penuh amarah,

"Hai para rakyatku.. Inilah akibat dari kebodohan kalian, kalian akan merasakan akibatnya...", belum selesai walikota itu berbicara, sebuah panah melesat kencang tepat mengenai dada walikota itu, ia tewas. Dan para warga pun langsung memberontak.

Menjebol pagar-pagar pembatas, dan menyerang para petugas dan staf walikota. Gerry yang memimpin. Bentrokan besar terjadi,  banyak memakan korban jiwa.

Perkelahian dimenangkan oleh kelompok kami, dan saat itu Marry dan kawannya itu belum kembali, mengetahui bentrokan terjadi, ia bersembunyi di balik pepohonan.

Setelah bentrokan itu selesai, barulah mereka keluar, lalu memberitahu bahwa Steve tertembak.. Dan ia amat menyayangi warga itu.. ".

" Tin.. Tin.. Tin.. ",tiba sebuah klakson taksi mengagetkanku. Taksiku yang sudah kupesan telah tiba.. Aku sungguh berat meninggalkan nenek tua itu.

Lalu ia berkata pelan, " Akhirnya, kota itu mempunyai walikota baru yang lebih adil, dan menjadi damai. Dan Marry sendiri, akhirnya menikah dengan Gerry.. ".
"Tin.. Tin.. ", taksi itu lagi - lagi membunyikan klakson lagi, menyuruhku cepat. Aku pun cepat-cepat berpamitan. Nenek itu lalu memberiku sebuah kartu nama, aku cepat-cepat masukkannya ke tas, lalu bergegas masuk ke dalam taksi.

Setelah menyebutkan tujuan, taksi melaju kencang. Meninggalkan stasiun dan nenek tua itu sendirian....

Di dalam taksi, aku tak bisa tenang, aku pun mengambil kartu nama yang diberikan oleh nenek tadi. Dan alangkah terkejutnya,  di kartu nama itu tertulis, "Marry Obert.. ", lalu dibawahnya terdapat nomor teleponnya.

Aku hanya bisa diam termenung, "Berarti... ".

The End.....

Story in TrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang